Tekanan dan kesulitan di masa pandemi kerap menciptakan pola berpikir yang membingungkan, termasuk dalam urusan bertahan hidup. Hal ini termasuk survivorship bias – cara berpikir sesat yang ternyata banyak dimiliki banyak orang.

Sebab, semakin banyaknya kasus gejala ringan maupun tanpa gejala – kemudian berhasil sembuh dari Covid-19, semakin banyak pula jumlah orang yang justru menganggap enteng dan sebelah mata kondisi pandemi.

Lebih lanjut mengenai survivorship bias serta cara mengatasinya, berikut ini informasi lengkapnya.

 

 

Apa Itu Survivorship Bias?

Credit Image - europeandatajournalism.eu

Survivorship bias alias bias bertahan hidup merupakan pola pikir yang hanya fokus pada tingkat keberhasilan saja. Dalam konteks pandemi – orang yang berpikir seperti ini, cuma memusatkan pikirannya pada tingkat kesembuhan, keringanan gejala, dan kondisi lingkungan yang terlihat baik-baik saja.

Seseorang yang memiliki pola pikir survivorship bias – lebih memberi perhatikan pada kelompok yang “selamat”, tetapi melupakan mereka yang “tidak selamat”. Dalam kata lain, cenderung cuek dengan orang-orang yang sedang berjuang di masa pandemi.

Seperti apa sih contoh dari survivorship bias? Misalnya, ada yang berpikir bahwa “virus corona tidak terlalu berbahaya kok, saya juga penyintas – dan tidak alami gejala yang berat”. Padahal, di luar sana – masih banyak pasien yang sedang berjuang untuk sembuh, akibat alami kondisi yang lebih parah.

Atau, ada pula yang berpikir “saya dan keluarga lancar-lancar saja melewati pandemi. Kenapa sih yang lain ribet dan sulit dalam menghadapi kondisi seperti ini?”. Kenyataannya, tak semua orang memiliki anggota keluarga yang sehat, memperoleh kesempatan WFH, dan mendapat penghasilan tetap.

Pemikiran-pemikiran tersebut muncul karena banyak yang lebih percaya pada pengalaman dan intuisi – ketimbang fakta. Selain itu, orang yang alami survivorship bias – belum bisa melihat permasalahan sosial secara utuh.

 

Apa yang Menjadi Penyebabnya?

Penyebab terbentuknya pola pikir survivorship bias ini – bisa diakibatkan oleh berbagai penyebab. Di antaranya:

  • Tidak melihat secara utuh permasalahan sosial yang sedang terjadi
  • Merasa dunia berputar untuk diri sendiri saja
  • Terjebak Echo Chamber dalam kelompok sosialnya – dan punya pemikiran yang itu-itu saja
  • Tidak menyadari bahwa memiliki privilege
  • Kurang memiliki kecerdasan sosial
  • Yakin akan kebenaran dari pandangan yang dianutnya

 

Dampak Dari Survivorship Bias dan Cara Atasinya

Credit Image - klikdokter.com

Meski pola pikir ini terbilang wajar – mengingat ada kalanya manusia harus berpikir positif selama masa pandemi, tapi survivorship bias dapat menyebabkan dampak buruk, apalagi jika dibiarkan secara terus menerus.

Jika terlalu fokus pada sudut pandang diri sendiri dan mengabaikan kondisi orang lain – kecenderungan untuk meremehkan suatu masalah pun dapat timbul. Selain itu, rasa empati terhadap lingkungan sekitar akan semakin menipis.

Survivorship bias juga dapat membuat seseorang salah menilai sebuah situasi, sulit dalam membuat keputusan – bahkan, bisa menyebabkan kesalahan dalam menilai tindakan dan keputusan yang dilakukan orang lain.

Untuk itu, hal ini perlu diatasi segera. Bagaimana caranya? Cukup sadari bahwa survivorship bias itu nyata. Lalu, pahami konteks pandemi dan sosial masyarakat secara utuh. Hindari berpikir egois, serta tingkatkan sikap peduli dan empati terhadap sesama – terutama golongan yang lemah dan rentan.

Jika diri sudah terbiasa berpikir objektif dan meningkatkan rasa empati, maka konsep survivorship bias akan memudar.

 

 

Featured Image - teknoia.com

Source - instagram.com/@pandemictalks