Beberapa waktu belakangan, salah satu penyebab terjadinya lonjakan kasus.

Dilansir dari Kesehatan Kontan, menurut Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia, Soumya Swaminathan yang dikutip dari Reuters memprediksikan bahwa varian Delta akan menjadi virus corona yang paling dominan di dunia. Hal tersebut pun mengacu pada tingkat penularan varian tersebut yang terbilang cukup tinggi.

Menurut cacatan dari WHO, varian Delta sudah berhasil menyebar hingga lebih dari 80 negara – per 16 Juni 2021 silam. Padahal, virus tersebut baru saja teridentifikasi di India pada akhir tahun 2020. Lebih lanjut mengenai varian virus ini, berikut 4 faktanya yang perlu diketahui!

 

 

Mudah Menyebar ke Berbagai Penjuru Dunia

Credit Image - alodokter.com

Varian yang disebut juga sebagai B1617.2 pertama kali teridentifikasi pada akhir tahun 2020 di India – selang, empat bulan dari waktu identifikasi, varian Delta berhasil menjadi penyebab tsunami Covid-19 di India.

Kemudian, dua bulan setelah itu, varian Delta pun telah menyebar ke lebih dari 80 negara. Dilansir dari keterangan yang tercantum di situs Gavi – WHO memproyeksikan varian Delta akan cukup mengcengkram Eropa. Sementara di Amerika Serikat, varian Delta disebut sebagai penyebab 10% dari total infeksi virus corona.

 

Terkesan Lebih Mudah Menular

Tingginya tingkat penularan varian Delta terlihat cukup signifikan di Inggris. Bahkan, varian tersebut tercatat sebagai penyebab 90 persen dari kasus infeksi baru Covid-19 di Inggris. Padahal, jenis virus ini baru saja terdeteksi di Inggris pada bulan Februari silam.

Sebelum muncul varian Delta, kebanyakan kasus infeksi virus corona di negara tersebut disebabkan oleh varian Alpha – atau disebut juga sebagai B117. Sebenarnya, penularan varian Alpha termasuk cukup tinggi, yaitu mencapai 90 persen lebih menular dibanding varian asli virus corona.

Namun, yang mengkhawatirkan, varian Delta jauh lebih menular dibandingkan Alpha. Dikutip dari situs Gavi – tingkat penularan varian Delta dibandingkan varian Alpha berkisar 30 persen sampai 100 persen. Hingga kini, para ilmuwan masih menyelidiki  penyebab tingginya tingkat penularan varian tersebut.

Tapi sejauh ini, hasil penelitian membuktikan adanya perubahan kecil pada protein berupa mahkota yang meningkatkan kemampuan varian Delta untuk mengikat reseptor ACE2 – yang digunakan untuk masuk ke sel manusia.

Kemudian, studi lain juga menemukan bahwa varian Delta mengalami mutasi yang meningkatkan kemampuannya untuk menyatu dengan sel manusia – begitu ia berhasil menempel. Jika virus dapat menempel dan menyatu dengan lebih mudah, virus mungkin dapat menginfeksi lebih banyak sel tubuh yang mungkin membuatnya lebih mudah untuk membanjiri pertahanan tubuh.

 

Menyebabkan Gejala yang Berbeda Dari Varian Sebelumnya

Credit Image - kec.puhpelem.wonogirikab.go.id

Di kawasan tenggara China, yaitu salah satu tempat tingkat penularan varian Delta yang tinggi, para dokter menemukan adanya perbedaan gejala. Bagi pasien yang terinfeksi varian ini mengalami pemburukan kondisi kesehatan lebih cepat, dibanding dengan yang terkena varian awal Covid-19.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh sebuah studi di Inggris. Sejak awal Mei, gejala yang paling sering dilaporkan oleh pasien Covid-19 adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam. Pada varian Delta, lebih sedikit yang mengalami batuk, sedangkan kehilangan indera penciuman tidak lagi masuk dalam daftar 10 gejala yang paling sering dialami.

 

Meningkatkan Risiko Rawat Inap

Menurut sebuah studi Skotlandia yang diterbitkan di The Lancet pada 14 Juni lalu, varian Delta dapat meningkatkan risiko rawat inap hingga dua kali lipat lebih tinggi, dibandingkan dengan varian Alpha. Kesimpulan tersebut merujuk ke 19.543 kasus komunitas Covid-19 dan 377 rawat inap yang dilaporkan di Skotlandia antara 1 April dan 6 Juni 2021. Orang yang memiliki penyakit penyerta alias komorbid memiliki risiko lebih besar untuk dirawat di rumah sakit.

Meski demikian, bagi yang sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap disebut lebih terlindungi. Dari studi yang disebut di atas, terungkap bahwa pasien yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap, memiliki risiko lebih rendah untuk menjalani rawat inap.

 

Lindungi Diri, Lakukan Langkah Pencegahan Secara Maksimal!

Credit Image - tirto.id

Di masa pandemi Covid-19, kesehatan merupakan hal paling berharga. Untuk itu, istilah lebih baik mencegah daripada mengobati – sangat benar adanya. Masyarakat diminta agar terus menerapkan upaya pencegahan, dengan menerapkan protokol kesehatan.

Pastikan sudah memakai masker ketika bepergian, menerapkan jaga jarak, rutin mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta tidak bepergian – kecuali ada urusan yang mendesak. Tak hanya itu, jika sudah memungkinkan untuk dapat vaksin, yuk segera lakukan vaksinasi agar risiko tertular semakin bisa diminimalisir!

Selain itu, Optimalkan perlindungan diri dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Hidup sehat – dapat bantu jaga imunitas tubuh tetap kuat.

Dan, yang tak boleh dilupakan – lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin, seperti Enervon-C yang memiliki kandungan vitamin lengkap. Multivitamin yang satu ini dianjurkan dikonsumsi dua kali sehari.

Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C 1000 mg untuk perlindungan ekstra.

Atau, bisa juga minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc – untuk bantu menjaga stamina agar tak mudah lelah, sekaligus optimalkan sistem kekebalan tubuh.

 

Itulah ulasan mengenai 4 fakta varian Delta yang wajib diketahui. Untuk meminimalisir risiko penularan virus, yuk patuhi kembali protokol kesehatan – dan jaga selalu kekebalan tubuh agar tak mudah jatuh sakit!

 

 

Featured Image - womenshealthmag.com

Source - kesehatan.kontan.co.id