Diketahui, pemberian vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penularan virus corona, sehingga pandemi dapat segera terkendali. Meski demikian, sayangnya tak sedikit masyarakat yang masih merasa ragu untuk mendapatkan vaksinasi. Mengapa begitu?

Masih banyaknya warga yang termakan hoaks – alias berita palsu soal vaksin menjadi salah satu penyebab ragu mendapatkan vaksinasi. Selain itu, adanya efek samping pasca vaksin – juga bisa menjadi faktor yang membuat masyarakat masih enggan diberikan suntikan.

Menurut studi, tidak mendapat vaksin Covid-19 berpotensi menimbulkan risiko berbahaya yang dapat merugikan diri sendiri, sekaligus orang-orang di sekitar. Namun, sebenarnya apa saja dampak yang bakal dihadapi kalau tak mendapat vaksin?

Berikut ini 3 di antaranya. Simak informasinya sampai habis, ya!

 

 

#1 – Kalau Terpapar Virus, Bisa Alami Gejala Lebih Berat

Credit Image - tribunnews.com

Mendapat vaksin Covid-19 memang tidak akan membuat tubuh menjadi kebal seutuhnya dari penularan virus. Tetapi, vaksinasi telah terbukti berhasil mengurangi tingkat keparahan gejala hingga risiko kematian jika terpapar virus corona.

Sebuah studi dari CDC Amerika Serikat menyatakan bahwa orang-orang yang belum divaksin memiliki peluang 10 kali lebih besar untuk dirawat inap di rumah sakit akibat Covid-19 – dan meningkatkan risiko kematian 11 kali lebih tinggi akibat infeksi virus.

Studi tersebut menjelaskan bahwa sistem imun orang yang belum mendapat vaksin bisa merespons dan bekerja melawan infeksi ketika terpapar virus penyebab Covid-19. Namun, proses tersebut membutuhkan waktu jauh lebih lama hingga berminggu-minggu dibandingkan orang yang mendapat vaksin.

Dalam kurun waktu tersebut, virus biasanya sudah telanjur menyebabkan berbagai kerusakan pada organ tubuh dan menimbulkan gejala-gejala berat bahkan berisiko pada kematian. Jadi, dengan divaksinasi, kamu tak perlu menghadapi risiko berbahaya tersebut. Vaksin akan membantu sistem imun membangun antibodi lebih cepat – dan pastinya lebih kuat dalam menghindari penularan Covid-19.

 

#2 – Terancam Mengalami Gejala Berkepanjangan

Credit Image - gaya.tempo.co

Bukan cuma memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala yang berat – sekaligus risiko kematian, orang yang tidak memperoleh vaksinasi juga lebih rentan mengalami kondisi long Covid, alias gejala berkepanjangan.

Long Covid – atau yang juga sering disebut dengan istilah post-acute sequelae syndrome of SARS-CoV-2 merupakan gejala yang masih bertahan setelah pasien dinyatakan negatif. Gejala-gejala tersebut biasanya akan muncul selama berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan setelah pasien sembuh dari infeksi virus.

Gejala berkepanjangan ditandai dengan berbagai indikasi, mulai dari sesak napas, kelelahan, hingga penurunan kemampuan berpikir – brain fog. Kabarnya, apabila seseorang yang sudah divaksin terkena infeksi virus, maka risiko untuk mengalami kondisi tersebut akan menurun sebanyak 49%.

Hal ini didukung oleh studi dari The Lancet Infectious Diseases – yang menyebutkan bahwa vaksin tidak hanya menurunkan risiko munculnya gejala berat, tetapi juga mengurangi peluang terkena efek jangka panjang setelah sembuh.

 

#3 – Menghambat Pembentukan Kekebalan Kelompok

Credit Image - alodokter.com

Selain membahayakan diri sendiri, memutuskan untuk tidak menerima vaksinasi Covid-19 ternyata juga mengancam kesehatan masyarakat. Kok bisa?

Kalau kamu tidak segera diberikan vaksin, maka hal tersebut akan menimbulkan risiko terhambatnya herd immunity alias kekebalan kelompok. Herd immunity merupakan situasi di mana persebaran dan penularan suatu virus melambat karena sudah cukup banyak orang memiliki kekebalan atau imunitas terhadap virus tersebut.

Idealnya, untuk mencapai herd immunity dalam suatu wilayah, sebanyak 70-80% penduduk sudah menciptakan kekebalan dalam tubuhnya, baik melalui vaksinasi maupun sudah pernah terkena penyakit tersebut secara alami.

Akan tetapi, untuk mencapai herd immunity secara alami tanpa bantuan vaksinasi tentunya memerlukan waktu yang lebih lama dan korban jiwa lebih banyak. Hal yang sama juga berlaku pada penularan Covid-19. Jika masih banyak warga dalam suatu wilayah yang belum mendapatkan vaksin, ini tentunya akan memperlambat pembentukan kekebalan kelompok terhadap virus penyebab penyakit tersebut.

Memperoleh vaksinasi memang penting demi membantu menghentikan pandemi. Kalau kamu sudah mendapatkannya, pastikan tetap menjalani protokol kesehatan, sampai pandemi terbukti benar-benar bisa terkendali.

Sekali lagi, tidak ada vaksin yang dapat bekerja dengan memberikan kekebalan seutuhnya terhadap suatu penyakit. Selain itu, respons imun setiap orang bisa berbeda-beda terhadap vaksin. Dari hal ini, tak menutup kemungkinan penerima vaksin masih bisa terinfeksi virus.

Untuk itu, setelah vaksinasi, prokes masih harus dijalani. Namun, bukan berarti vaksin tidak bermanfaat, melainkan dengan vaksin risiko infeksi dapat semakin diminimalisir. Bahkan, kalau terpapar sekalipun makan gejala yang dirasakan tidak berat, atau tidak berisiko mengalami kematian.

Jadi, pastikan selalu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan — atau dapat gunakan hand sanitizer setelah menyentuh benda di ruang publik, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas – hindari bepergian kecuali untuk urusan mendesak.

Yang tidak kalah penting, selain menerapkan protokol kesehatan, menjaga imunitas setelah vaksinasi juga penting dilakukan. Masyarakat sangat dianjurkan menjalani gaya hidup sehat, seperti memiliki pola makan bergizi seimbang, rutin berolahraga — aktif bergerak bisa kurangi risiko infeksi virus, miliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas, serta kelola stres dengan baik.

Kemudian, mengonsumsi suplemen setelah vaksin juga masih sangat dianjurkan. Adapun suplemen yang baik dikonsumsi, yaitu suplemen jenis imunomodulator. Ini merupakan jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan pembentukan sistem imun, atau menahan laju pembentukan sistem imun ketika tubuh merasa sudah terbentuk sistem imun dalam jumlah cukup.

Untuk suplemen yang direkomendasikan – kamu dapat konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau, bisa kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Jadi, itulah ketiga risiko yang dapat terjadi kalau kamu masih ragu mendapatkan vaksinasi Covid-19!

 

 

Featured Image – khn.org

Source – hellosehat.com