Seiring berjalannya waktu, virus corona Covid-19 pun semakin berkembang. Tak hanya soal mutasi virus yang semakin banyak, namun gejala yang ditimbulkan ketika terinfeksi juga kian beragam. Diketahui, Covid-19 banyak dikaitkan dengan sejumlah komplikasi jangka panjang, termasuk adanya kerusakan paru-paru, kerusakan jantung, hingga gangguan neurologis.

Jadi, bisa dikatakan bahwa Covid-19 dapat menimbulkan gejala dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sehubungan dengan hal tersebut, dikutip dari Times of India, virus yang sudah menyerang ribuan orang juga dapat mengganggu pendengaran.

Berdasarkan International Journal of Audilogy, 7 sampai 15 persen orang dewasa yang terkena virus corona melaporkan gejala audio-vestibular – yang berupa tinnitus, alias telinga berdenging yang disertai ganggan pendengaran dan vertigo.

Lebih lengkap mengenai gejala yang satu ini, berikut ulasan lengkapnya.

 

 

Covid-19: Gejala Umum yang Kerap Dialami

Credit Image - tribunnews.com

Sebelumnya, ada baiknya kamu mengenali kembali deretan gejala virus corona yang cukup sering dialami para pasiennya. Perlu diketahui, gejala infeksi virus corona dapat muncul di periode inkubasi, yakni sekitar 2 sampai 14 hari setelah terpapar virus. Ada pun tanda-tanda yang mungkin dikeluhkan pasien, seperti:

  • Batuk yang cukup mengganggu, seolah berasal dari sesuatu yang jauh di dalam dada. Umumnya, pasien mengalami batuk kering.
  • Napas pendek, dialami oleh pasien yang sudah mengalami gejala berat. Gejala sesak napas bisa muncul tanpa adanya batuk.
  • Demam, namun suhu tubuh sering naik di sore menjelang malam hari. Ini merupakan cara umum virus menghasilkan demam.
  • Menggigil, terasa sakit, dan demam di malam hari.
  • Merasa lelah ekstrem, bahkan bisa berlanjut lama sampai virus hilang. Dalam sejumlah laporan, pasien menyebutkan masih merasa kelelahan dan kurang energi setelah dinyatakan negatif.
  • Kehilangan bau dan rasa – atau disebut juga anosmia. Kondisi ini biasanya dapat mengakibatkan pasien tidak napsu makan.

Sejumlah gejala tersebut memang bisa saja disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti flu, pilek, maupun batuk biasa. Meski demikian, tetap perhatikan gejala yang menetap dalam waktu lama – sehingga, tindakan tepat bisa segera dilakukan.

 

Dapat Sebabkan Gangguan Pendengaran, Seperti Tinnitus

Dari penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di University of Manchester dan NIHR Manchester Biomedical Research Center mengungkapkan bahwa gangguan pendengaran memang punya kaitan dengan infeksi virus corona.

Begitu pula menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Royal National Throat, Nose, and Ear Hospital dan University College London di Inggris yang juga membuktikan bahwa virus tersebut dapat memengaruhi pendengaran sejumlah pasien.

Salah satunya, yakni tinnitus, atai disebut juga sebagai sensasi telinga berdenging. Gejala ini memengaruhi hampir 17 persen pasien dari semua orang dewasa. Selain itu, sebagian orang yang didiagnosis dengan gejala tinnitus mengalami gangguan pendengaran yang menunjukkan bahwa ada hubungan erat di antara keduanya.

Penelitian juga menyebutkan bahwa tinnitus merupakan salah satu gejala long Covid yang paling umum, bahkan bisa berlangsung selama berbulan-sebulan – setelah pasien dinyatakan sembuh. Pemicunya adalah kondisi psikologis maupun emosional, terutama akibat faktor kualitas tidur yang buruk, kesepian, depresi, dan kecemasan.

Sejumlah penelitian pun menemukan kalau gejala pasien dengan tinnitus yang sudah ada sebelumnya menjadi memburuk selama pandemi, terlepas dari terinfeksi Covid-19 atau tidak. Namun yang perlu diketahui, tinnitus yang disebabkan virus bisa berupa telinga berdenyut, berdenging, dan mendesis.

 

Disertai Gangguan Pendengaran dan Pusing

Credit Image - klikdokter.com

Ada pula laporan yang mengatakan bahwa Covid-19 mengakibatkan kehilangan – atau gangguan pendengaran. Lalu, beberapa pasien juga mengalami kasus gangguan pendengaran mendadak di satu telinga yang disertai dengan tinnitus.

Setiap tahun, gangguan pendengaran tidak terduga terjadi pada sekitar 20 orang dari 100.000 orang. Kondisi bisa diobati dengan treatment tertentu untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan di telinga bagian dalam. Namun, pengobatan cenderung hanya berhasil jika segera diobati setelah terjadi gangguan pendengaran.

Telinga bagian berfungsi sebagai keseimbangan dan pendengaran. Jika saraf dan jaringan di bagian telinga ini rusak bisa menyebabkan vertigo dan masalah pendengaran. Antibodi yang dibuat oleh tubuh menyerang antigen – dan Covid-19 terutama terdapat pada area THT dan bisa merusak saraf koklea.

Kemudian, gejala lain Covid-19 yang sering dialami, yakni pusing. Meski demikian, gejala tersebut cukup sulit dibedakan dengan vertigo yang terjadi karena kerusakan sistem keseimbangan di telinga bagian dalam. Tetapi,, diperkiraan vertigo terjadi pada sekitar 11% kasus Covid-19.

Seseorang mungkin merasa seperti kehilangan keseimbangan, berputar dan merasa ingin muntah dan mengalami mual akut. Selain itu, pusing dan vertigo juga dapat terjadi apabila ada peradangan pada saraf vestibular yang berfungsi untuk mengirimkan informasi ke otak tentang koordinasi dan keseimbangan.


Untuk Itu, Tetap Lakukan Langkah Pencegahan!

Di masa pandemi Covid-19, kesehatan merupakan hal paling berharga. Untuk itu, istilah lebih baik mencegah daripada mengobati – sangat benar adanya. Masyarakat diminta agar terus menerapkan upaya pencegahan, dengan menerapkan protokol kesehatan.

Pastikan sudah memakai masker ketika bepergian, menerapkan jaga jarak, rutin mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta tidak bepergian – kecuali ada urusan yang mendesak. Sejumlah langkah pencegahan tersebut pun masih harus diterapkan, meskipun nanti sudah memperoleh vaksinasi Covid-19.

Selain itu, optimalkan perlindungan diri dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Hidup sehat – dapat bantu jaga imunitas tubuh tetap kuat.

Dan, yang tak boleh dilupakan – lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin, seperti Enervon-C yang memiliki kandungan vitamin lengkap. Multivitamin yang satu ini dianjurkan dikonsumsi dua kali sehari.

Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C dalam bentuk tablet yang mengandung Vitamin C 500 mg, atau Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C 1000 mg untuk perlindungan ekstra.

Atau, bisa juga minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc – untuk bantu menjaga stamina agar tak mudah lelah, sekaligus optimalkan sistem kekebalan tubuh.

Tak hanya membantu menjaga kekebalan saja, namun kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga makanan yang kamu konsumsi dapat diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Jadi, tak perlu khawatir tubuh mudah lelah, ya!

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Dapat dikatakan bahwa virus corona dapat menyebabkan gejala dari ujung kepala sampai kaki, bahkan termasuk mengganggu pendengaran. Untuk menghindari sejumlah risiko buruknya, yuk tetap jalani langkah pencegahan!

 

 

Featured Image – kenalitinnitus.id

Source – detik.com