Tak bisa dipungkiri, insomnia merupakan salah satu masalah tidur yang kerap dialami banyak orang. Apakah kamu salah satunya? Ya, gangguan yang satu ini membuatmu menjadi lebih sulit terlelap, tidur tidak nyenyak, atau bahkan gabungan dari kedua hal tersebut. Nah, seseorang yang mengalami insomnia lebih sering merasa lelah ketika bangun tidur, lho.

Kalau kamu tengah mengalaminya, hindari menyepelekan gangguan tersebut, ya. Jika dibiarkan, insomnia bakal menyebabkan berbagai penyakit kronis, seperti jantung koroner, kanker, diabetes, hingga tekanan darah tinggi.

Penyebab insomnia pun ada beragam, tak hanya sekedar gemar meminum kopi saja, lho. Padahal, ada 5 hal lain yang bisa memicu terjadinya gangguan tidur, termasuk insomnia. Apa saja hal tersebut?

Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

 

 

1. Kafein

Credit Image - alodokter.com

Umumnya, kafein digunakan untuk membuat seseorang tetap waspada. Sebabnya, kafein bertindak sebagai pemblokir adenosin, yakni zat dalam tubuh yang bisa menyebabkan kantuk. Kafein akan memengaruhi tubuh untuk waspada antara 3-5 jam, dimana tingkat puncak berharganya 30-60 menit, menurut laman Sleep Education.

Menurut Journal of Clinical Sleep Medicine, kafein memiliki efek yang membuat ksulit tidur. Satu studi ilmiah juga menemukan fakta jika mengonsumsi kafein sekitar 6 jam sebelum tidur, maka waktu tidurnya berkurang selama 1 jam. Ini karena, tubuh manusia memerlukan waktu lebih lama untuk memproses kafein sehingga kamu pun lebih sulit terlelap.

Untuk itu, cobalah mengonsumsi kafein, baik berupa kopi maupun teh paling lambat di waktu makan siang, sehingga kesulitan tidur pun dapat dihindari. Dan pastikan imbangi pula dengan mengonsumsi air mineral yang cukup.

 

2. Depresi

Orang dengan depresi lebih mungkin alami masalah tidur, seperti insomnia. Begitu juga individu yang mengalami gangguan kesehatan mental lainnya, seperti bipolar, gangguan kecemasan, dan obsesif-kumpulsif mengalami insomnia.

Satu studi dari National Alliance on Mental Illness, menemukan bahwa 50 persen kasus insomnia berhubungan dengan kecemasan, depresi, atau stres psikologis. Bukan hanya itu, buruknya insomnia dan gejala lainnya bisa membantu untuk menentukan penyakit mental seseorang.

Biasanya, penderita depresi akan bangun tidur dengan lesu, energi rendah, tidak bisa konsentrasi, dan perubahan nafsu makan yang memengaruhi berat badan. Jika mengenal seseorang dengan beberapa gejala tersebut, cobalah berbicara dari hati ke hati atau mengajaknya ke psikolog, ya. 

 

3. Gangguan Pernapasan

Credit Image - halodoc.com

Hal yang satu ini ternyata juga bisa menyebabkan seseorang mengalami insomnia, lho. Misalnya, terbangun akibat kaget mendengar dengkuran sendiri. Kalau kamu pernah mengalami hal tersebut, yuk coba segera di atasi.

Selain suaranya yang mengagetkan, mendengkur berat juga bisa jadi penanda sleep apnea, yakni gangguan tidur yang berisiko memotong pernapasan berulang kali dan mengganggu tidur, informasi dari Mayo Clinic. Bisa jadi, kamu tak sadar telah melakukannya, namun saat merasa pusing di keesokan harinya. Waspadai, ya!

 

4. Waktu Tidur Tak Teratur

Punya waktu tidur yang berantakan? Sudah pasti hal ini akan membuatmu lebih berisiko mengalami insomnia, ya. Jam tubuh yang tak teratur bisa membuatmu terjaga ketika orang lain tertidur. Dilansir dari laman Web MD, ada beberapa hal yang membuat waktu tidur berantakan, contohnya bekerja semalaman, ganti shift kerja, hingga jet lag.

Beberapa orang mempunyai ritme sirkadian yang berbeda, makan waktu tidurnya tidak singkron dengan yang lain. Karena itu, diperlukan kebiasaan tidur malam yang tepat untuk beberapa malam agar tubuh terbiasa tidak tidur terlalu malam.

 

5. Pruritus Nokturnal

Credit Image - raillynews.com

Dikutip dari Medical News Today, mengalami kondisi kulit seperti psoriaris dan eksim bisa membuat terasa terbakar dan gatal, sehingga inidividu mengalami pruritus nokturnal – atau kulit gatal di malam hari. Biasanya kondisi kulit seperti ini terjadi karena proses alami tubuh, obat-obatan, atau kondisi yang membuat kulit mengalami iritasi.

Sesuai riset International Journal of Molecular Science, pruritus nokturnal sering terjadi pada pasien yang mengalami gatal kronis dan berdampak buruk pada kualitas tidur. Tak jarang, ketika tidur, tanpa sadar kita akan menggaruk kulit dengan keras hingga terbangun.

Nah, sebenarnya kamu bisa mengurangi rasa gatal tersebut dengan obat tertentu – maupun salep oles. Namun, kalau rasa gatal semakin mengganggu, bahkan tidak berkurang, ada baiknya segera konsultasikan ke petugas kesehatan.

 

Memang mengalami kesulitan tidur wajar dialami, asalkan tidak secara terus-menerus, ya. Kalau kamu sedang berada di fase tersebut, cobalah lakukan cara untuk mengatasinya, seperti melakukan meditasi, menulis jurnal, membuat suasana kamar tidur menjadi nyaman, atau mendengarkan suara yang menenangkan.

Yang penting, pastikan waktu tidurmu sudah tercukupi dengan baik, sehingga kesehatan tubuh, termasuk sistem kekebalan dapat tetap terjaga secara maksimal ya, Enervoners!

 

 

Featured Image – blog.avoskinbeauty.com