Diketahui, kekebalan kelompok – atau lebih dikenal sebagai herd immunity merupakan salah satu hal yang dapat membantu menghentikan pandemi Covid-19. Kekebalan tersebut bisa dibentuk dengan infeksi secara alami, atau memberikan vaksin sehingga masyarakat memiliki antibodi terhadap penyakit tersebut.

Belum lama ini pun disebutkan bahwa kekebalan kelompok sudah mulai terbentuk di DKI Jakarta. Benarkah hal tersebut? Menurut ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono memperkirakan herd immunity sudah memang sudah terbentuk di Jakarta, karena hampir lebih dari separuh penduduknya telah memiliki antibodi.

Kalau DKI Jakarta sudah hampir berhasil membentuk herd immunity, lalu bagaimana dengan Indonesia? Akankah seluruh daerah di Indonesia segera menyusul?

Untuk mengetahui jawabannya, berikut ini informasi lengkap yang perlu diketahui!

 

 

Apa Itu Herd Immunity?

Credit Image - khn.org

Herd immunity – alias kekebalan kelompok merupakan kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Semakin banyak yang sudah kebal, maka semakin sulit pula penyakit untuk menyebar, karena sudah tak lagi banyak orang yang dapat terpapar.

Cara yang dapat ditempuh untuk mendapat kekebalan kelompok, yakni salah satunya vaksinasi. Dikutip dari Alodokter, sebagai contohnya, vaksinasi polio yang dapat membantu tubuh membentuk kekebalan spesifik terhadap virus penyebab penyakit tersebut.

Suatu saat, ketika ada virus polio memasuki tubuh orang tersebut, sistem imun tubuhnya telah siap melawan virus polio, sehingga virus ini mati dan tidak sampai menyebabkan penyakit polio. Dengan begitu, virus juga tidak bisa menyebar ke orang lain.

Bayangkan bila dalam waktu yang bersamaan, hampir semua orang dalam suatu kelompok yang sama dengan orang tadi juga memiliki kekebalan terhadap virus polio. Tentunya kesempatan virus polio untuk menyebabkan penyakit dan menular menjadi sangat kecil.

Selain itu, kekebalan kelompok juga bisa diperoleh dengan infeksi alamiah – setelah berhasil sembuh dari penyakit tersebut. Usai pulih, tubuh akan memiliki antibodi untuk melawan virus penyebab penyakit, jika suatu waktu virus menyerang kembali.

Jadi, semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh, maka semakin banyak pula yang kebal, dan akhirnya membentuk herd immunity. Meski demikian, cara yang satu ini membutuhkan waktu yang lebih lama – dan punya risiko tinggi.

 

Jakarta Hampir Memiliki Kekebalan Kelompok, Gimana Dengan Indonesia?

Credit Image - corona.jakarta.go.id

Dilansir dari Detik, herd immunity dapat dicapai dari infeksi alami, begitu pula dengan mendapatkan vaksinasi. Yang sudah terinfeksi di Jakarta pada bulan Maret 2021, terdapat 45 persen dari suvei. Kemudian, di bulan Juli, masyarakat yang terinfeksi di Jakarta lebih dari 60 persen.

Sementara itu, saat ini cakupan vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 60 persen, dan dosis penuh sebanyak 39 persen – angka tersebut tentu mendekati 40 persen. Tapi, yang sudah vaksinasi pasti pernah ada yang terinfeksi. Jadi, diperkirakan sudah ada 80 persen masyarakat yang memiliki antibodi terhadap Covid-19.

Angka tersebut baru untuk wilayah DKI Jakarta saja. Lantas, bagaimana dengan seluruh daerah di Indonesia? Untuk herd immunity di Indonesia, diperkirakan masih jauh dari target, pasalnya angka vaksin dua dosis baru mencakup 20 persen.

Selain itu, cakupan vaksinasi di Indonesia pun masih terbilang rendah – dan angkanya masih belum bisa mencukupi sebagai syarat terbentuknya herd immunity. Untuk dapat mencapainya, paling tidak di bulan Desember mendatang cakupan vaksinasi lengkap sudah mencapai 50 persen. Dan pastinya, vaksinasi tersebut harus merata di seluruh Indonesia.

 

Sudah Vaksin? Prokes Masih Harus Dijalani!

Credit Image - homecare24.id

Seperti yang diketahui, vaksinasi merupakan salah satu cara untuk membentuk kekebalan kelompok. Meski demikian, angka vaksinasi yang sudah cukup tinggi pun tidak boleh membuatmu lengah. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya vaksin bekerja dengan mengenali sebagian dari virus – yang kemudian dapat diidentifikasi oleh sistem kekebalan tubuh. Harapannya, imunitas dapat dengan cepat mengenali serta melawan, ketika virus aslinya datang menyerang tubuh.

Namun, tidak ada vaksin yang dapat bekerja 100 persen efektif. Dalam hal ini, respons imun setiap orang bisa berbeda-beda terhadap vaksin. Untuk itu, tak menutup kemungkinan penerima vaksin masih bisa terinfeksi virus.

Kondisi tersebut pun dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Sebagian besar alasannya berkaitan dengan seberapa besar paparan seseorang terhadap patogen. Mungkin saja ada yang sudah terpapar, tapi hanya dosis kecil patogen saja.

Dalam proses imunitas mengenai virus penyebab penyakit, tubuh bisa saja membutuhkan paparan dosis yang lebih banyak dan konstan. Meski akhirnya vaksin bukanlah kunci utama tubuh terhindar dari Covid-19 – namun, dengan mendapat vaksinasi tetap bisa mengurangi kemungkinan tingkat keparahan penyakit. Jadi, bisa tetap terinfeksi, namun dengan gejala yang ringan.

Itulah alasan mengapa setelah mendapatkan vaksin, prokes masih harus dijalani. Namun, bukan berarti vaksinasi tidak bermanfaat, melainkan dengan vaksin risiko terinfeksi dapat semakin diminimalisir – dan, jika pun terkena penyakit maka gejala yang dirasakan tidak berat, atau bahkan tidak berisiko mengalami kematian.

Jadi, tetap jalani protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas – hindari bepergian kecuali untuk urusan mendesak.

Yang juga tidak kalah pentingnya, tetap jaga selalu kekebalan tubuh, salah satunya dengan rutin mengonsumsi suplemen. Jangan salah, minum suplemen masih tetap dianjurkan setelah vaksinasi. Adapun suplemen yang baik dikonsumsi, yaitu suplemen jenis imunomodulator.

Suplemen imunomodulator merupakan jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan pembentukan sistem imun, atau menahan laju pembentukan sistem imun ketika tubuh merasa sudah terbentuk sistem imun dalam jumlah cukup.

Untuk suplemen yang direkomendasikan – kamu dapat konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C dalam bentuk tablet yang mengandung 500 mg Vitamin C, atau Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Dari penjelasan di atas, Indonesia masih cukup jauh dari target untuk mencapai herd immunity. Untuk itu, meskipun sudah vaksin tetap jalani protokol kesehatan, serta jaga selalu imunitas tubuh agar risiko paparan virus dapat semakin diminimalisir.

 

 

Featured Image – intermountainhealthcare.org

Source – detik.com