Dapat sembuh dari infeksi long Covid – atau gejala berkepanjangan.

Salah satu efek dari gejala berkepanjangan tersebut, yakni turut memengaruhi kemampuan otak. Disebutkan, penyintas berisiko mengalami penurunan kecerdasan. Lantas, benarkah hal tersebut bisa dialami?

Untuk mengetahui informasi selengkapnya, simak ulasannya di bawah ini.

 

 

Penyintas Berisiko Alami Penurunan Kecerdasan

Credit Image - glints.com

Beberapa studi mengungkapkan bahwa infeksi Covid-19 berpotensi menyebabkan timbulnya efek jangka panjang meski tubuh pasien telah dinyatakan negatif dari virus. Salah satunya adalah penelitian dari Institute of Global Health Innovation yang mengatakan setidaknya terdapat 5-24% pasien yang sudah sembuh dan mengalami sisa gejala 3-4 bulan setelahnya.

Kondisi yang patut dikhawatirkan adalah beberapa penyintas dilaporkan mengalami penurunan fungsi kognitif serta mengingat. Kondisi ini disebut dengan brain fog alias “kabut otak”.

Hal tersebut diungkapkan sebuah survei yang diselenggarakan oleh Imperial College London. Survei ini disebut dengan The Great British Intelligence Test. Tujuan dari survei tersebut, yakni memahami kemampuan kognitif para peserta dan bagaimana faktor-faktor seperti usia, konsumsi alkohol, serta pekerjaan dapat memengaruhinya.

Survei yang dilakukan pada Januari 2021 silam tersebut membuat tim peneliti memutuskan untuk membandingkan kemampuan kognitif pasien Covid-19 – dan partisipan yang masih sehat. Oleh karena itu pada Mei 2020 pertanyaan survei diperbarui dan ditambah seputar pengalaman terinfeksi virus corona.

Hasilnya, dari 81.000 partisipan yang mengikuti survei sejak Januari hingga Desember 2020, sekitar 13.000 orang dilaporkan terinfeksi Covid-19 mulai dari yang bergejala ringan hingga parah. Setelah dikaji lebih lanjut, diketahui bahwa para penyintas menunjukkan hasil tes kecerdasan yang lebih buruk dibandingkan partisipan yang belum pernah terinfeksi.

Tes tersebut mengukur kemampuan peserta survei dalam pemecahan masalah, penalaran, serta perencanaan.

 

Penurunan Kecerdasan Berpotensi Dialami Pasien Dengan Gejala Berat

Credit Image - cnnindonesia.com

Memang, penurunan kemampuan kognitif tersebut berpotensi dialami oleh setiap penyintas Covid-19, termasuk dengan gejala ringan. Meski demikian, gangguan yang satu ini ternyata lebih banyak ditemukan pada pasien dengan infeksi berat.

Dalam sebuah studi di Journal of the Neurological Sciences, sebagian besar partisipan yang pernah dirawat di RS akibat Covid-19 mengalami gangguan kognitif yang cukup parah setelah sembuh. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami kesulitan saat harus kembali bekerja dengan normal. Gangguan tersebut berlangsung setidaknya selama 6 bulan.

 

Dampak Covid-19 Terhadap Otak

Credit Image - alodokter.com

Covid-19 merupakan infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan. Lalu, bagaimana bisa penyakit ini juga memengaruhi otak penderitanya? Sebenarnya, hal tersebut masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Pasalnya, hingga saat ini belum cukup banyak penelitian yang dapat membuktikan kalau virus SARS-CoV-2 bisa masuk ke dalam otak.

Ketika virus berhasil memasuki otak pun jumlahnya tidak cukup banyak sampai bisa menyebabkan kerusakan otak. Biasanya, virus hanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di pembuluh darah otak.

Namun, ada kemungkinan mengenai bagaimana paparan virus tersebut bisa memicu penurunan kecerdasan – dan juga fungsi otak, terutama bagi para penyintas, yakni:

1. Memicu peradangan otak

Kemungkinan yang pertama adalah, infeksi virus SARS-CoV-2 berpotensi menyebabkan inflamasi atau peradangan pada otak.

Beberapa pasien Covid-19 dilaporkan menderita ensefalitis – atau radang otak, yang menyebabkan gejala-gejala seperti kebingungan dan penglihatan ganda. Dalam kasus yang lebih serius, ensefalitis akibat Covid-19 uga bisa menyebabkan gangguan penglihatan, bicara, serta mendengar. Ini tentu berdampak pada kemampuan kognitif pasien.

Namun, belum diketahui secara pasti bagaimana infeksi virus tersebut bisa memicu peradangan pada otak. Muncul dugaan bahwa peradangan tersebut disebabkan oleh antibodi tubuh yang berbalik menyerang tubuh sendiri.

Antibodi dihasilkan tubuh ketika terkena infeksi, termasuk Covid-19. Jika antibodi terlalu aktif, ia akan menyerang sel-sel di dalam tubuh sendiri dan mengakibatkan inflamasi. Beberapa pasien memiliki antibodi di cairan serebrospinal – yang merupakan cairan yang mengalir pada otak dan saraf tulang belakang.

Ada pula dugaan kuat bahwa infeksi Covid-19 memengaruhi kemampuan memecahkan masalah serta mengingat, serupa dengan gejala-gejala pasien penyakit Alzheimer. Hal tersebut diungkapkan lewat sebuah studi dari jurnal Nature. Studi tersebut meneliti jaringan otak pada 8 pasien yang meninggal karena virus tersebut.

Hasilnya, terjadi inflamasi atau peradangan parah serta perubahan molekul pada korteks serebral, yaitu bagian otak yang berperan dalam pemecahan masalah dan daya ingat manusia.

 

2. Kekurangan oksigen berpengaruh pada otak

Ada kemungkinan pula bahwa kerusakan otak yang terjadi dipicu oleh kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan serta kerusakan paru-paru ketika terinfeksi Covid-19.

Turunnya kadar oksigen dalam tubuh – atau hipoksia termasuk salah satu gejala berat yang umum terjadi. Infeksi yang parah mengakibatkan paru-paru tidak mampu menyebarkan oksigen ke dalam darah dengan baik. Padahal, oksigen diperlukan seluruh organ tubuh agar tetap berfungsi secara normal, termasuk otak.

Kurangnya asupan oksigen bisa memicu penurunan fungsi otak sehingga mungkin bisa berdampak pada tingkat kecerdasan penyintas. Meski sudah ada banyak studi yang menunjukkan adanya pengaruh Covid -19 terhadap fungsi otak, masih belum diketahui secara jelas apa penyebab dan cara virus dalam merusak otak.

Bagi penyintas yang mungkin mengalami gejala berkepanjangan berupa gangguan kognitif, maka cobalah untuk tetap menerapkan gaya hidup sehat setelah sembuh. Misalnya, bisa berolahraga secara rutin, konsumsi makanan bergizi, serta mengelola stres dengan baik.

Selain itu, perhatikan pula asupan vitamin dan mineral. Untuk memenuhinya, selain dari makanan, kamu dianjurkan rutin mengonsumsi multivitamin dengan kandungan lengkap, seperti Enervon-C dan Enervon Active.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Kondisi gangguan kognitif usai sembuh dari infeksi Covid-19 memang rentan dialami. Untuk itu, agar tak terkena dampak buruk dari virus tersebut, tetap lakukan langkah pencegahan secara disiplin, ya!

 

 

Featured Image – klikdokter.com

Source – hellosehat.com