Saat ini, peningkatan kasus positif Covid-19 sedang kembali terjadi, mengingat adanya varian terbaru yang mudah menular, yakni Omicron. Tak hanya memberikan dampak jangka pendek saja, namun virus corona mampu menyebabkan dampak dalam waktu lama, termasuk dialami oleh anak-anak.

Belum lama ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan bahwa anak-anak yang terinfeksi virus corona memiliki risiko lebih tinggi menderita diabetes. Bagaimana dengan ulasan lengkap soal penemuan tersebut?

Simak rangkuman lengkapnya di bawah ini.

 

 

Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan 2

Credit Image - alodokter.com

Sebelum memasuki ulasan mengenai diabetes yang dialami oleh anak infeksi Covid-19, penting sekali mengetahui perbedaan diabetes tipe satu maupun dua. Dilansir dari American Diabetes Association, kedua jenis tersebut melibatkan gangguan tubuh dalam memproduksi atau menggunakan hormon insulin, yang menghasilkan peningkatan gula darah.

Diabetes tipe 1 pada dasarnya adalah ketidakmampuan untuk memproduksi insulin apa pun. Kemudian, tipe ini sering didiagnosis selama masa remaja – dan seringkali dianggap sebagai penyakit autoimun.

Sementara itu, diabetes tipe 2 menurunkan kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin yang dihasilkannya. Tipe 2 lebih sering berkembang di usia paruh baya dan memiliki komponen genetik yang kuat. Selain itu, diabetes juga dapat diperburuk oleh kondisi lain.

Segala macam penyakit, termasuk infeksi bakteri, menyebabkan stres pada tubuh, yang menyebabkan peningkatan kebutuhan insulin. Untuk seseorang yang sudah pradiabetes, ini bisa meningkatkan risikonya.

 

Penyintas Covid-19 Anak Berpotensi Mengembangkan Diabetes Tipe 1 atau 2

Dilansir dari Prevention, sebuah riset terbaru yang dilakukan oleh oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mengatakan bahwa anak-anak yang terinfeksi Covid-19, secara signifikan lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 1 atau tipe 2.

Penelitian tersebut meninjau data yang dikumpulkan dari lebih dari 2,5 juta pasien anak antara usia 0 dan 17 tahun dari Maret 2020 hingga Juni 2021.

Para peneliti menemukan bahwa mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, memiliki risiko 2,66 kali lebih mungkin didiagnosis menderita diabetes daripada anak-anak yang tidak pernah tertular virus corona.

Kondisi ini muncul lebih dari 30 hari setelah terinfeksi, daripada rekan-rekan mereka yang tidak terinfeksi.

 

Kaitan Covid-19 dan Penyakit Diabetes

Credit Image - kompas.com

Menurut CDC, kedua jenis diabetes lebih mungkin didiagnosis pada anak-anak dengan Covid-19 daripada mereka yang tidak pernah memilikinya. Diungkapkan bahwa ada beberapa dugaan kalau Covid-19 mungkin memiliki beberapa interaksi negatif dengan sel-sel yang membuat insulin, yang menyebabkan resistensi insulin.

Selain itu, untuk diabetes tipe 2 ini bisa dikaitkan dengan peningkatan angka obesitas yang meningkat selama pandemi.

CDC juga mengatakan bahwa kedua jenis diabetes dapat menyebabkan ketoasidosis diabetikum, komplikasi serius yang terjadi ketika hati memecah lemak untuk bahan bakar, bukan gula, yang menyebabkan kelebihan keton dalam darah. 

 

Namun, Kondisi Tersebut Tak Selalu Terjadi pada Pasien Anak

Dilansir dari Good Morning America, Sanjoy Dutta, Ph.D., yang merupakan wakil presiden penelitian untuk Juvenile Diabetes Research Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada penelitian dan advokasi diabetes tipe 1, angkat bicara terhadap studi ini.

Ia mengatakan orangtua harus menyadari bahwa penelitian baru menunjukkan hubungan antara Covid-19 dan diabetes, tetapi tidak mengidentifikasi bagaimana virus itu bisa atau apakah itu benar-benar meningkatkan risiko diabetes pada anak-anak.

Namun, studi ini tidak memasukkan informasi tentang siapa yang mungkin memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya yang dapat menyebabkan diabetes, dan tidak termasuk data laboratorium yang mengkonfirmasi diagnosis baru.

Dengan adanya penemuan tersebut, para orangtua masih harus berhati-hati akan gejala diabetes pada anak. Ini termasuk haus, lapar, sering buang air kecil, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, penglihatan kabur dan kelelahan.

Setiap perubahan pola perilaku anak yang tidak biasa, apalagi terjadi dalam wakt singkat harus terus diwaspadai. Jika anak mengalami perubahan tersebut, orangtua harus segera mencari bantuan, sehingga penanganan tepat dapat diperoleh anak.

Selain itu, anak-anak yang sudah memenuhi syarat vaksinasi Covid-19 juga harus segera mendapatkannya. Karena, vaksin sudah terbukti mengurangi risiko komplikasi pada pasien, termasuk menurunkan dampak jangka panjang yang mungkin terjadi.

 

Pastikan Si Kecil Terus Mematuhi Langkah Pencegahan

Credit Image - halodoc.com

Untuk menghindari anak terinfeksi virus corona, orangtua perlu mengajak anak lakukan protokol kesehatan 5M – yang meliputi, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Lalu, jaga selalu kesehatan tubuh dan imunitas si kecil – dengan mengajak anak hidup sehat, seperti memberi makanan bergizi dan bernutrisi, rutin melakukan aktivitas fisik, dan istirahat yang cukup.

Optimalkan pula hidup sehat Si Kecil dengan rutin memberinya multivitamin lengkap, seperti Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D.

Deretan kandungan vitamin tersebut mampu menjaga daya tahan tubuh anak agar tidak mudah sakit, membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, mengoptimalkan proses tumbuh kembangnya, memelihara kesehatan tulang dan gigi, sekaligus meningkatkan nafsu makan Si Kecil.

 

Infeksi virus corona pada anak memang bisa menyebabkan risiko jangka panjang, termasuk diabetes. Untuk itu, orangtua harus semakin gencar mengingatkan Si Kecil agar patuh terhadap protokol kesehatan. Ingat, mencegah lebih baik dari mengobati!

 

 

Featured Image – hellosehat.com

Source – popmama.com