Waspada, Long Covid Sebabkan Risiko Kematian Tinggi!
Sejak akhir tahun 2019 silam, dunia masih terus bergelut dengan ancaman Covid-19. Terkadang naik, terkadang turun – begitulah kondisi angka kasus positif yang terjadi.
Meski sebagian besar pasiennya sembuh, namun yang harus diingat adalah infeksi virus ini masih bisa menyisakan gejala di tubuh, sesuatu yang disebut sebagai long Covid. Hal tersebutlah yang kerap dikhawatirkan.
Tidak boleh dianggap sepele, dilansir dari IDN Times, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa gejala berkepanjangan dapat berakibat fatal, hingga menyebabkan kematian. Berikut ini ulasan lengkapnya.
Melibatkan Ribuan Kasus Kematian Akibat Long Covid
Credit Image - cv.nmhealth.org
Dimuat dalam jurnal Vital Statistics Rapid Release pada Desember 2022, para peneliti AS bermaksud menghitung jumlah kematian di AS yang disebabkan oleh long Covid. Periode pengumpulan data adalah 1 Januari 2020–30 Juni 2022 dari National Vital Statistics System (NVSS).
Dalam penelitian tersebut, kematian dibatasi menurut definisi di ICD-10 kode U07.1 yang berarti long Covid. Selain itu, data riwayat kematian adalah yang diterima dan diproses oleh National Center for Health Statistics (NCHS) per 7 Oktober 2022.
Terdapat Lebih dari 3.500 Pasien Long Covid yang Meninggal Dunia
Dalam penelitian bertajuk "Identification of Deaths With Post-acute Sequelae of Covid-19 From Death Certificate Literal Text: United States, January 1, 2020-June 30, 2022" tersebut, para peneliti mencatat sebanyak 3.544 kematian akibat gejala berkepanjangan.
Penelitian tersebut menemukan bahwa riwayat kematian yang menyebutkan long Covid pertama kali disebutkan pada April 2020. Lalu, dari banyaknya riwayat kematian tersebut, para peneliti menemukan bahwa Februari 2022 adalah masa saat kematian akibat gejala berkepanjangan menyentuh angka tertinggi, yaitu 393 kematian.
Dari angka tersebut, 88,2 persen kematian disebabkan oleh virus corona dan sebanyak 67,5 persen akibat long Covid. Laki-laki lebih banyak yang meninggal dunia akibat Covid-19 (56 persen) dan long Covid (51,5 persen). Lalu, kelompok lansia di atas 75 tahun dan 85 tahun berkontribusi hampir 57 persen kematian akibat long Covid.
Angka Kematian dapat Terus Bertambah
Credit Image - consultqd.clevelandclinic.org
Salah satu peneliti dari NCHS, Farida B. Ahmad, M.P.H., mengatakan bahwa penelitian ini berhasil mengumpulkan data terkait kematian akibat long Covid. Menurutnya, laporan ini adalah yang pertama melihat kematian akibat gejala berkepanjangan menggunakan data NVSS.
Pada 2020, long Covid bukanlah hal yang lazim. Hal ini terlihat dari ungkapan "pasca-Covid” yang 89,6 persen terlihat di penjelasan mengenai kematian terkait kondisi tersebut. Ini karena long Covid adalah fenomena yang sulit didefinisikan atau didiagnosis sehingga rancu untuk dicantumkan di surat kematian.
Kerancuan tersebut bisa berarti bahwa angka kematian yang tercatat dalam penelitian sebenarnya masih di bawah yang sebenarnya. Selain itu, hasil penelitian ini bisa berubah mengikuti data, sehingga kematian akibat long Covid bisa saja meningkat.
Vaksinasi Menjadi Langkah Pencegahan yang Penting
Penelitian ini memang dilakukan di AS sehingga perlu dilakukan perhitungan kasus kematian akibat long Covid di kawasan lain. Namun, penelitian ini menjadi peringatan bahwa virus corona dan gejala berkepanjangan tidak bisa dianggap remeh.
Oleh sebab itu, vaksinasi adalah kunci utama. Jika memang sudah bisa mendapatkan vaksin berikut booster-nya, maka jangan ditunda lagi. Selain vaksinasi, tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti:
- Memakai masker berlapis ganda.
- Menjaga jarak 1,8 hingga 2 meter di kerumunan.
- Mencuci tangan dengan air dan sabun selama 20 detik.
- Tidak keluar rumah jika sedang tidak fit atau tidak ada keperluan mendesak.
- Tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut.
Selain menjalani protokol kesehatan, menguatkan proteksi diri sesudah vaksin juga masih harus dilakukan. Hal ini akan semakin menguatkan kekebalan tubuh, sehingga risiko infeksi virus dapat terus diminimalisir.
Optimalkan kekebalan tubuh dengan menerapkan pola makan sehat yang dimulai dari mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Serta, lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin Enervon Active.
Enervon Active mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc.
Kandungan vitamin C dan zinc di dalamnya dapat membantu menjaga kekebalan tubuh agar tidak mudah sakit. Selain itu, kandungan vitamin B kompleksnya akan membantu optimalkan proses metabolisme, sehingga tubuh dapat memperoleh energi yang lebih tahan lama, sehingga tak mudah lelah saat beraktivitas!
Yuk, segera dapatkan multivitamin andalan satu ini dengan mengunjungi official store Enervon, ya.
Kondisi long Covid tidak boleh dianggap remeh, karena dapat membawa dampak yang tak kalah fatal dari infeksi Covid-19 itu sendiri. Untuk itu, menguatkan proteksi diri demi menghindari infeksi sangat disarankan.
Featured Image – yesdok.com
Source – idntimes.com