Moms dan dads sudahkah kamu menerapkan pola asuh yang baik untuk buah hatimu?

Seperti diketahui, pola asuh orang tua merupakan salah satu kebutuhan dasar Si Kecil yang harus dipenuhi. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa ada tiga kebutuhan dasar anak, yaitu Asah, Asih, dan Asuh.

Asah merupakan stimulasi, asih merupakan kebutuhan emosi dan kasih sayang, sementara asuh merupakan kebutuhan fisik anak. Nah, semua aspek tersebut sebaiknya moms dan dads penuhi dalam penerapan pola asuh, ya.

Di dalam dunia psikologi, setidaknya ada empat macam pola asuh orang tua. Masing-masing jenisnya pun memiliki dampak yang berbeda terhadap pembentukan karakter sekaligus tumbuh kembangnya. Berikut ini ulasannya.

 

 

1. Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)

Credit Image - klikdokter.com

Pola asuh orang tua yang pertama ini ternyata masih sering diterapkan, lho. Di sini, moms dan dads akan berperan menjadi pemegang kekuasaan tertinggi alias otoriter.  

Karakteristik otoriter, yaitu kaku, tegas, merasa selalu benar dalam mengemukakan pendapat, dan menerapkan hukuman jika tidak sesuai aturan atau kemauan orang tua. Pola asuh ini akan membentuk seorang anak dengan karakter disiplin dan patuh.

Namun sayangnya, orang tua yang otoriter sering melayangkan ungkapan “pokoknya” ketika sedang mengutarakan pendapat, tanpa memedulikan atau mendengar pendapat dan keinginan anak. 

Hal ini dapat membuat anak menjadi tidak terbiasa dalam membuat keputusan sendiri dan takut mengungkapkan pendapatnya. Tak hanya itu, anak bisa stres serta berdampak terhadap perkembangan emosinya. 

Anak nantinya menjadi mudah meledak-ledak, mengalami hubungan interpersonal yang kurang baik, serta cenderung menjadi pribadi yang otoriter di kemudian hari.

 

2. Pola Asuh Indulgent (Permisif)

Berikutnya, pola asuh orang tua yang permisif merupakan kebalikan dari otoriter. Dalam hal ini, moms dan dads cenderung untuk mengikuti semua keinginan anak atau istilahnya ‘memanjakan’ anak. Apakah kamu menerapkan pola asuh yang satu ini?

Biasanya, orang tua yang permisif dapat menjadi seorang teman baik bagi anaknya, karena memberikan perhatian, kehangatan, dan interaksi yang cukup baik. 

Ciri lainnya dari jenis pola asuh ini, yakni orang tua selalu mendorong anaknya untuk berbuat apa pun yang diinginkan, jarang mengatur jadwal anak, mendukung perilaku anak sekalipun itu negatif, serta menghindari hukuman bagi anak. 

Anak yang tumbuh dengan pola asuh permisif akan tumbuh kreatif karena terbiasa bebas mengekspresikan dirinya dalam berbagai hal.  Namun, dalam jangka panjang, anak menjadi tidak disiplin, berperilaku agresif terutama bila keinginannya tidak dipenuhi, dan kurang inisiatif. 

 

3. Pola Asuh Authoritative (Demokratis)

Credit Image - sisternet.co.id

Tahukah kamu bahwa yang satu ini merupakan contoh pola asuh orang tua yang paling ideal? Yap, karena adanya keseimbangan permintaan orang tua dibarengi tingginya respons yang diberikan orang tua terhadap anak. 

Orang tua dengan jenis pola asuh ini dapat mengarahkan anak secara rasional. Anak akan diberikan batasan dan konsekuensi yang konsisten ketika batasan tersebut dilanggar.  Tujuan dan konsekuensi tersebut dijelaskan kepada anak pada awal penentuan dan disepakati juga oleh sang buah hati.

Selain itu, orang tua tetap memberikan pujian, hadiah, serta dukungan emosional saat anak mencapai suatu prestasi. Komunikasi antara orang tua dan anak terjalin baik sehingga anak juga menjadi jujur, patuh, dan disiplin.

Pola asuh ini menjadikan anak memiliki kepribadian yang seimbang, mandiri dalam mengambil keputusan, disiplin dengan komunikasi yang baik, memiliki rasa percaya diri, kreatif, dan bahagia secara psikologis. 

                              

4. Pola Asuh Neglectful (Cuek)

Pola asuh orang tua cuek atau abai merupakan pola asuh yang minim keterlibatan moms dan dads. Orang tua cenderung membiarkan anak berkembang dengan sendirinya. 

Pada jenis pola asuh ini, orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisik dasar anak, seperti makan, tempat tinggal, dan pakaian. Sementara itu, kebutuhan secara psikologis dan emosional jarang terpenuhi.

Berbagai latar belakang menjadi penyebab pola asuh ini, umumnya karena kesibukan atau ada masalah pribadi yang dialami oleh orang tua, seperti kesehatan mental, tindakan kriminal, masalah ekonomi, dan lain sebagainya.

Pada pola asuh cuek, tidak jarang jika anak lebih banyak dididik oleh gawai, televisi, atau video game. 

Saat kecil, mungkin anak belum sadar atas ketidakacuhan orang tuanya. Namun, lambat laun anak menjadi sadar bahwa dirinya tidak ‘penting’ dalam hidup orang tuanya sehingga cenderung menjadi anak yang mandiri. 

Anak yang tumbuh dengan pola asuh cuek cenderung tidak mampu mengontrol diri, kepercayaan diri rendah, sulit menjalin relasi dan komunikasi, emosi tidak terkontrol hingga berdampak kepada nilai akademis yang buruk. 

 

Jadi, itulah beberapa jenis pola asuh orang tua – dan dampaknya terhadap pembentukan karakter maupun pertumbuhan Si Kecil. Nah, agar anak tumbuh menjadi sosok yang baik, maka pastikan moms dan dads sudah menerapkan cara asuh yang tepat, ya.

 

 

Featured Image – kompas.com

Source – klikdokter.com