Moms dan dads, apa pola asuh yang kamu terapkan pada anak-anak? Kebanyakan orangtua, ingin menjalani cara asuh yang membebaskan anak tetapi tetap dalam diawasi. Ini bisa disebut juga sebagai pola asuh demokratis.

Berbeda dengan lainnya, pola asuh demokratis memprioritaskan kepentingan Si Kecil. Di sini, anak dibebaskan untuk berkreasi dan bereksplorasi mengenai banyak hal. Pola asuh ini menunjukkan kematangan moms dan dads sebagai orangtua dalam mengasuh serta membimbing akan sesuai kemampuan anak tanpa ada tuntutan.

Selain itu, pola asuh demokratis ini juga sekaligus meningkatkan bonding antara moms dan dads serta Si Kecil, karena memiliki hubungan yang hangat. Tetapi, ini bukan tanpa aturan, ya. Orangtua tetap menerapkan aturan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Bisa dikatakan, pola asuh yang demokratis memiliki kelebihan positif bagi sang buah hati. Bahkan, disebut menjadi yang terbaik. Untuk menerapkannya, berikut hal-hal yang harus moms dan dads ketahui.

 

 

Pola Asuh Demokratis: Menganut Kebebasan dengan Arah yang Pasti

Credit Image - kompas.com

Pola asuh yang demokratis adalah gabungan dari pola asuh otoriter dan permisif. Orangtua tetap memberlakukan peraturan dalam praktiknya. Akan tetapi, anak diberikan petunjuk dan penjelasan dari setiap tindakan yang dilakukan.

Jadi, peraturan yang dibuat bukan hanya untuk memaksa anak. Tetapi dengan memberikan pengertian agar anak memahami makna dibalik hal yang dilakukannya. Walaupun menerapkan kedisiplinan, anak mengikutinya karena mengerti dan atas dasar kesadaran.

Aturan yang diberlakukan juga mempertimbangkan kondisi anak pada situasi tertentu. Dengan pola ini, rasa kepercayaan antara orangtua dan anak akan lebih mudah untuk terbangun. 

 

Berdasarkan Tujuan Orangtua dan Karakter Anak

Kebebasan tetap diberikan oleh orangtua. Hanya saja, orangtua tetap memberikan arahan kepada anak sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Orangtua akan memberikan petunjuk kepada anak ketika akan melakukan suatu hal.

Cara ini membangun komunikasi yang baik untuk orangtua dan anak. Sekaligus melatih anak untuk terbiasa bersosialisasi dan berdiskusi dengan orang lain.

 

Terbiasa dengan Kedisiplinan

Credit Image - haibunda.com

Kedisiplinan yang diterapkan merupakan bentuk penguatan perbuatan baik yang dilakukan oleh anak. Untuk menerapkan disiplin, orangtua dan anak membuat kesepakatan di awal. Memberikan anak sebuah penghargaan atas perbuatan baik dapat dilakukan dan konsekuensi bila anak melakukan kesalahan. 

Penghargaan akan diberikan dengan hal sederhana seperti pujian atau hal yang diinginkan oleh anak. Jika melanggar kesepakatan, anak akan mendapatkan konsekuensi sesuai yang telah disetujui di awal.

Dalam penerapan pola asuh demokratis, kedisiplinan tetap harus diterapkan agar anak tak kebablasan!

 

Anak Semakin Mandiri, Bahkan Mampu Menyelesaikan Masalah Sendiri

Keterbukaan orangtua dan keterlibatan anak dalam mengambil keputusan dalam pola asuh demokratis akan membuat anak terbiasa dengan negosiasi, diskusi, dan memecahkan masalah sendiri.

Memahami peraturan berdasarkan tindakan yang dibuat mengajarkan anak untuk berani dalam mengambil keputusan yang diambilnya. Anak menjadi terlatih dengan konsekuensi yang ditanggungnya.

Pola asuh yang satu ini pun mengajarkan anak untuk mampu berpikir secara rasional. Anak akan terbiasa dengan memilih berdasarkan keinginan yang sesungguhnya.

 

Sikap Orangtua dengan Pola Asuh Demokratis

Credit Image - klikdokter.com

Sebagai gambaran, ada beberapa sikap orangtua yang cukup berbeda dengan lainnya dalam pola asuh kebebasan ini. Tidak ada yang salah atau sepenuhnya benar, hanya saja sikap-sikap ini sebagai gambaran bagaimana moms dan dads akan mendidik anak nantinya.

Berikut adalah beberapa sikap orangtua dalam pola asuh demokratis:

1. Tidak menuntun anak

Bukan dalam artian pasrah, lho. Hanya saja, orangtua tidak mengharapkan lebih pada kemampuan anak. Mereka menghargai dan paham betul tentang kemampuan setiap masing-masing anak yang berbeda-beda.

 

2. Memberikan kebebasan

Kebebasan di sini artinya, anak bebas memilih apa yang mereka suka. Anak bebas untuk mengeksplorasi akan hal baru. Kelak, anak juga akan diberikan kebebasan untuk memilih.

 

3. Tetap memiliki aturan

Meskipun memberikan kebebasan, namun juga akan tetap menanamkan aturan. Tapi, di setiap aturan yang dibuat anak tetap diajarkan untuk dapat menerima konsekuensi. Jadi, anak bisa paham apa kesalahannya tanpa merasa terkekang.

 

Manfaat dari Pola Asuh Demokratis

Dilansir dari Berkeluarga.id, menurut psikologi Tika Bisono, yang dikutip dari Kompas, pola asuh ini sangat cocok diterapkan pada anak usia 6-12. Hal ini dikarenakan, pada usia tersebut anak sudah mulai bisa memilih apa yang diinginkan atau disukai. Bahkan, ada kalanya mereka akan cepat bosan pada satu hal.

Jadi, pola asuh ini memiliki kebebasan pada anak, karena Si Kecil pun bisa lebih bertanggungjawab, serta seperti yang sudah disebutkan – anak menjadi sosok yang lebih mandiri, ditambah ia pun memiliki sifat percaya diri hingga mampu mengambil keputusan.

 

Pola asuh demokratis mengajarkan anak untuk mampu berpikir secara rasional. Sehingga ia pun akan terbiasa dengan memiliki berdasarkan keinginan yang sesungguhnya. Bisa dibilang pola asuh ini sangat baik diterapkan, karena perkembangan anak menjadi lebih optimal karena adanya ruang untuknya dan terbiasa berpikir logis.

 

 

Featured Image – review.bukalapak.com

Source – popmama.com dan berkeluarga.id