Penyebab diare bukan hanya soal makanan yang kita konsumsi saja, namun bisa juga diakibatkan oleh infeksi saluran cerna hingga efek samping dari obat-obatan tertentu. Meski sering menyerang siapa saja, namun diare bukan kondisi yang boleh disepelekan, ya, Enervoners.

Jika dibiarkan begitu saja, diare dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dan akhirnya mengalami dehidrasi.

Diare sendiri ditandai dengan gejala berupa tinja yang tampak encer, nyeri perut, buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari, mual, perut terasa kembung, dan terkadang disertai oleh demam. Jika berlangsung lebih dari 2 hari pun diare harus diwaspadai, sebab bisa menjadi tanda adanya penyakit serius.

Nah, biar kamu gak salah langkah dalam pengobatan kondisi yang satu ini, berikut penyebab diare yang penting untuk diketahui. Simak informasinya secara lengkap, yuk!

 

 

Penyebab Diare

Credit Image - kompas.com

Ketika mengalami kondisi ini, penting sekali untuk mengetahui penyebab diare, sehingga penanganan yang tepat bisa didapat. Ada pun beberapa penyebabnya, yaitu:

1. Infeksi

Infeksi virus merupakan penyebab diare yang paling sering terjadi. Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah norovirus, rotavirus, dan hepatitis A. Diare akibat infeksi virus biasanya dapat membaik dengan sendirinya dalam waktu 2–3 hari.

Selain virus, infeksi bakteri dan parasit juga bisa menjadi penyebab diare. Jenis kuman yang sering menyebabkan diare adalah E. coli, Salmonella, dan Shigella. Sementara itu, parasit yang dapat menyebabkan diare meliputi parasit jenis Giardia lamblia dan Cryptosporidium.

Diare karena infeksi bakteri dan parasit biasanya berlangsung selama 3 hari atau lebih dan membutuhkan pengobatan dengan antibiotik. Konsumsi air atau makanan yang kurang higienis serta tidak menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar merupakan penyebab utama terjadinya diare akibat infeksi.

 

2. Intoleransi laktosa

Laktosa merupakan jenis gula yang terdapat pada susu dan produk olahannya. Untuk mencernanya, tubuh memerlukan enzim laktase. Namun, ada kalanya tubuh tidak mampu memproduksi enzim laktase sehingga tidak mampu mencerna laktosa di usus halus. Kondisi ini disebut juga intoleransi laktosa.

Intoleransi laktosa ditandai dengan gejala berupa perut kembung, sering buang angin, dan diare. Gejala ini biasanya muncul 30–60 menit setelah mengonsumsi susu atau produk olahannya.

 

3. Penyakit radang usus

Diare yang berlangsung lama bisa menjadi gejala dari penyakit radang usus. Penyakit ini dapat menyebabkan luka di dinding usus, sehingga fungsi pencernaan terganggu. Selain memicu diare, kondisi ini juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis.

 

4. Gangguan hormon

Peningkatan kadar hormon tiroid dalam tubuh atau disebut juga hipertiroidisme, bisa membuat pergerakan usus menjadi lebih aktif. Hal ini berdampak pada meningkatnya frekuensi buang air besar.

 

5. Alergi makanan

Alergi makanan merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu. Salah satu gejala dari alergi makanan adalah diare, sedangkan gejala lainnya dapat berupa gatal-gatal, kulit kemerahan, dan sesak napas.

 

6. Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Irittable bowel syndrome ditandai dengan gejala berupa diare atau sembelit, kram perut, dan perut kembung. Kondisi ini terjadi dalam jangka panjang dan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.

Penyebab IBS belum diketahui secara pasti, tetapi terdapat faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalaminya, seperti riwayat keluarga, kondisi usus yang terlalu sensitif, dan stres.

 

7. Efek pascaoperasi

Orang yang baru menjalani operasi pada saluran cerna, seperti operasi pada kantung empedu, pankreas, atau usus juga berisiko mengalami diare. Hal ini karena saluran cerna belum pulih sempurna sehingga fungsi pencernaannya belum dapat berjalan dengan normal.

 

Selain hal-hal di atas, diare juga bisa disebabkan oleh makanan dan minuman yang dikonsumsi, seperti makanan dengan pemanis buatan, makanan yang mengandung fruktosa, makanan pedas, dan kopi.

 

Gejala Diare yang Harus Diperhatikan

Credit Image - tribunnews.com

Gejala diare yang utama adalah buang air besar dengan tinja yang encer, yang bisa mengandung lendir atau darah. Gejala lain yang sering dialami oleh penderita diare adalah:

  • Demam
  • Perut mulas
  • Mual atau muntah
  • Pusing dan lemas
  • Kulit terasa kering

 

Bagaimana Cara Mengobatinya?

Credit Image - halodoc.com

Pengobatan utama diare adalah untuk mencegah dehidrasi. Penderita dapat meminum oralit, sup encer, dan air putih, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare.

Selain itu, konsumsi makanan lunak dan tidak pedas, suplemen probiotik, dan obat antidiare yang bisa didapatkan di apotek, juga disarankan untuk mempercepat pemulihan diare. Pada bayi yang masih menyusu, pemberian ASI tetap dilakukan meskipun bayi diare.

Pada kondisi yang lebih serius, dokter akan memberikan obat-obatan, seperti:

  • Obat antibiotik
  • Obat pereda nyeri
  • Obat yang dapat memperlambat gerakan usus

Untuk mencegah diare, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, misalnya dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mencuci buah dan sayur, dan tidak mengonsumsi makanan atau minum air yang belum dimasak sampai matang.

Dan jangan lupa terus tingkatkan perlindungan diri dengan rutin mengonsumsi multivitamin Enervon Active yang kaya akan vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

Enervon Active mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc.

Kandungan vitamin C yang ramah di lambung – dan juga zinc bermanfaat daya tahan tubuhmu agar tidah mudah terserang penyakit. Kemudian, vitamin B kompleks dalam Enervon Active dapat membantu mengoptimalkan metabolisme, sehingga makanan yang dikonsumsi bisa diubah menjadi energi yang lebih tahan lama.

Untuk memperoleh produk Enervon Active, kamu bisa segera dapatkan di sini, ya!

 

Jadi, itulah beragam penyebab diare yang penting untuk diwaspadai. Jika kamu mengalami kondisi ini, pastikan ditangani secara tepat agar tak semakin parah!

 

 

Featured Image – redcliffelabs.com

Source – alodokter.com