Tidak bisa dipungkiri orang tua sekarang pasti akan menghadapi anak yang bersinggungan aktif dengan teknologi. Mulai dari mereka kecil hingga usia sekolah, media belajar mereka sedikit banyak berasal dari gawai yang dipegang. Baik itu milik ayah dan ibu maupun milik bersama, seperti komputer keluarga. Namun hal ini tidak boleh membuat ayah dan ibu terlena dengan semua kemudahan anak dalam mengakses gawai. Pembatasan screen time anak menjadi penting untuk dilakukan agar efek sampingnya tidak semakin besar. WHO telah mengeluarkan panduan pembatasan screen time sesuai usia anak. Simak detailnya berikut ini.

Sebelum masuk pada pembahasannya, WHO adalah organisasi kesehatan dunia yang mengatur dan mengoordinasikan arah dan kebijakan terkait isu kesehatan masyarakat. Salah satu isu kesehatan yang paling disoroti beberapa tahun terakhir tentu saja terkait dampak perkembangan teknologi, termasuk pada anak-anak generasi milenial dan generasi alfa.

Jika Screen Time Tidak Dibatasi

Screen time atau waktu yang digunakan untuk menatap layar elektronik memiliki dampak negatif yang cukup besar pada manusia. Terutama anak-anak yang masih dalam masa tumbuh kembang secara fisik dan psikis. Selain kemampuan fisik yang kurang terlatih, screen time pada anak juga dapat mengganggu perkembangan kognitif dan konsentrasi mereka. Dalam hal kemampuan bersosialisasi, anak menjadi kurang peka dan berempati dengan lingkungannya. Bahkan pada level yang lebih mengkhawatirkan, anak dapat mengalami gangguan dalam mengelola emosi.

 

Batasan Screen Time Anak Sesuai Usia

1. Usia 0-1 tahun

Screen time untuk anak usia 0-1 tahun adalah 0 atau tidak disarankan sama sekali. Kegiatan maksimal yang bisa mereka lakukan di depan layar adalah ikut dalam video call. Dalam melakukannya pun harus ada pendampingan orang tua atau orang dewasa dan tidak boleh lebih dari 1 jam sehari. Anak pada usia ini membutuhkan stimulasi fisik yang lebih banyak untuk merangsang perkembangan motorik dan sensorik mereka. Beberapa contoh kegiatan yang dimaksud adalah tengkurap, mendengarkan cerita, dan ikut permainan interaktif. Imbangi kegiatan ini dengan tidur cukup untuk usia mereka, yaitu 14-17 jam sehari termasuk jam tidur siang.

2. Usia 1-2 tahun

Selanjutnya untuk anak usia lebih dari 1 tahun hingga 2 tahun boleh memiliki screen time maksimal 1 jam sehari. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin sedikit waktunya, akan semakin baik bagi mereka. Kegiatan yang boleh dilakukan pun harus bisa membantu merangsang proses belajar bicara dan berjalan. Selebihnya, dukung mereka melakukan aktivitas lain minimal 3 jam sehari dengan tipe aktivitas seperti saat kurang dari 1 tahun. Kemudian biasakan mereka pola tidur yang teratur, baik tidur malam maupun tidur siang dengan jumlah waktu tidur 11-14 jam sehari.

3. Usia 3-5 tahun

Ketika anak telah berusia 3-5 tahun, batasan screen time mereka adalah maksimal 1 jam sehari. Dengan ketentuan yang sama saat mereka masih berusia 1-2 tahun. Bedanya, anak usia 3-5 tahun bisa dikenalkan pada aktivitas dengan intensitas sedang hingga berat yang melibatkan kemampuan motorik kasar. Beberapa contoh aktivitas yang dimaksud adalah melompat, menyeimbangkan tubuh 1-6 detik dengan satu kaki yang diangkat, menyikat gigi sendiri, hingga mengenakan dan melepaskan pakaiannya tanpa bantuan orang tua.

4. Usia lebih dari 6 tahun hingga remaja

Kemudian saat anak sudah menginjak usia 6 tahun, orang tua disarankan memberikan mereka screen time dengan waktu maksimal 1,5 jam sehari. Tahap inilah orang tua dapat melibatkan mereka pada layar elektronik secara aktif. Beberapa contoh kegiatan yang disarankan adalah menonton video edukasi dan permainan interaktif yang mendukung aktivitas fisik dan perkembangan kognitif anak. Terutama saat anak sudah masuk sekolah, arahkan mereka untuk menggunakan gawai dengan bijak.

 

Tips Penerapan Screen Time pada Anak

Terlepas dari semua dampak negatif teknologi, orang tua harus mengetahui trik untuk menyeimbangkan screen time dengan proses belajar mereka. Terutama saat anak sudah aktif menggunakan gawai dalam kegiatan sehari-hari. Menurut Sara DeWitt, pakar media untuk anak saat menjadi pembicara TED mengatakan bahwa orang tua dapat mendekatkan diri dengan anak melalui komunikasi seputar aplikasi yang mereka gunakan. Misalnya, pancing anak dengan pertanyaan yang berkaitan dengan gim (game) yang mereka mainkan. Selain mempererat hubungan anak dan orang tua, hal ini juga akan membantu orang tua melakukan pengawasan. Cara ini juga dapat menjadi media untuk mengetahui perkembangan proses belajar mereka, terutama dalam hal mengambil keputusan.

Karena bagaimanapun juga anak harus mengetahui manfaat teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Membatasi screen time bukan berarti melarang dan mengekang mereka untuk mengenal dan memanfaatkan teknologi di sekitarnya.

Selain memperhatikan hal-hal di atas, orang tua juga harus mengimbanginya dengan asupan gizi yang lengkap. Untuk membantu Moms memastikan energi dan vitamin hariannya terpenuhi, Enervon Effervescent hadir dengan bentuk yang mudah dikonsumsi. Dengan rasa jeruk yang nikmat, anak aktif Moms dapat dengan mudah minum vitamin. Agar Moms lebih praktis mengakses Enervon Effervescent dan varian Enervon lain, marketplace Shopee dan Tokopedia Enervon yang resmi dapat dibuka kapan pun dan di mana pun.