Hayoo, siapa di sini yang sering merasa takut ketinggalan kabar dari teman-teman – atau bahkan merasa sedih tidak bisa berlibur ke luar kota seperti orang lain? Wah, ini artinya kamu sedang mengalami FOMO alias fear of missing out, nih!

FOMO adalah istilah yang kerap kali digunakan di kalangan masyarakat, terutama milenial. Sepertinya, kamu pun sudah tidak asing dengan hal tersebut. Jangan salah, sikap ini bisa mengganggu kehidupan hingga produktivitas. Jadi, kalau merasakannya, ada baiknya kamu mengatasi dengan tepat.

Untukmu yang masih penasaran soal fear of missing out, yuk, simak informasi lengkapnya di bawah ini!

 

 

Apa itu FOMO?

Credit Image - halodoc.com

FOMO adalah suatu kondisi di mana seseorang kerap merasa khawatir akan ketinggalan kabar atau trend yang sedang berlangsung.

Orang-orang yang mengalaminya kerap merasa takut akan dicap ketinggalan zaman dan tidak gaul. Tak hanya itu, mereka juga beranggapan bahwa orang lain selalu bersenang-senang dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik daripada mereka.

Kondisi ini kerap dirasakan oleh anak-anak muda, terutama bagi yang aktif di media sosial. Meski media sosial sangat bermanfaat untuk menjalin komunikasi, wadah ini juga bisa memberikan dampak yang kurang baik.

Banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi yang paling update informasi tertentu atau menunjukkan kesenangan di media sosial.

Tak jarang berbagai unggahan foto dan video menimbulkan rasa iri dan membuat seseorang merasa bahwa hidupnya tak lagi menyenangkan, lho.

Selain itu, FOMO juga berkaitan erat dengan perasaan untuk selalu terlibat dalam segala momen yang menyenangkan agar bisa mengabadikannya dan mengunggahnya ke media sosial. Demi mengejar eksistensi dan pengakuan, beberapa orang bahkan sengaja memasang gambar, tulisan, atau bahkan menampilkan imej yang tak sesuai dengan jati diri sebenarnya.

 

Dampak dari Fear of Missing Out

Credit Image - businessinsider.sg

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, FOMO adalah suatu hal yang seringkali dialami banyak masyarakat di zaman sekarang. Jangan didiamkan, karena sikap ini bisa membawa dampak yang buruk buat kehidupanmu, lho.

Beberapa penelitian telah menunjukkan kaitan antara FOMO dengan perasaan terputus dari orang lain dan ketidakpuasan dengan kehidupan sendiri.

Berdasarkan studi tahun 2013 yang terbit pada jurnal Computer in Human Behavior, orang-orang dengan tingkat FMO yang tinggi merasa kurang terhubung dengan kehidupan sehari-hari.

Melihat unggahan di sosial media membuat orang-orang yang mengalami kondisi ini jadi mempertanyakan kemampuan diri sendiri dan hidupnya.

Mereka menganggap bahwa kebahagiaan, kesuksesan, dan pengalaman menarik orang lain yang tidak mereka miliki membuat hidup mereka jadi lebih menyedihkan. Sedikit banyak hal ini memengaruhi cara pandang mereka mengenai kehidupan yang ideal.

Lama-kelamaan, perasaan takut tertinggal ini juga bisa menimbulkan kecemasan. Perlu diketahui, kecemasan adalah suatu hal yang mampu memicu stres berlebihan.

Berdasarkan sebuah studi, kecemasan dapat membuat produksi hormon-hormon penting tubuh seperti serotonin dan adrenalin terganggu. Susah tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, dan mood kacau bisa muncul ketika hormon dalam tubuhmu tidak seimbang. Kalau sudah begini, produktivitas bisa terganggu, kan?

Selain itu, FOMO adalah perasaan yang juga dapat memengaruhi hubungan kamu dengan orang lain. Misalnya, seorang teman menolak ajakanmu untuk pergi ke suatu tempat. Namun beberapa hari kemudian, teman kamu mengunggah gambar yang menunjukkan bahwa ia pergi ke tempat tersebut bersama orang lain tanpa sepengetahuanmu.

Hal ini tentu dapat membuat kamu yang lebih dulu mengajak teman, akhirnya merasa terkhianati. Hubungan dengan teman tersebut pun jadi kurang baik.

 

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Credit Image - lifehack.org

Terlalu larut dalam ekspektasi hidup dan kesenangan di sosial media dapat menimbulkan dampak pada kesehatan mental – dan akhrinya ikut memengaruhi kondisi fisikmu, lho. Berikut berbagai tips yang dapat membantumu mengurangi kecenderungan ini.

1. Batasi waktu di sosial media

FOMO adalah kondisi yang sering disebabkan oleh terlalu banyak menggunakan sosial media. Masa sih? Ya, untuk itu, untuk mengatasi fear of missing out, ada baiknya kamu membatasi penggunaannya, ya.

Menghindari FOMO bukan berarti kamu tidak boleh menggunakan media sosial sama sekali. Hanya saja, ada baiknya membatasi kegiatan ini.

Coba tetapkan batasan waktu untuk memeriksa media sosial setiap hari. Misalnya, kamu hanya akan membuka aplikasi tersebut selama 2 jam dalam waktu yang terbagi. Kamu juga bisa mematikan notifikasi agar tidak muncul di ponsel setiap saat.

 

2. Media sosial bukanlah kehidupan nyata

Tekankan pada pikiranmu bahwa apapun yang diunggah orang lain di sosial media tidak selalu seindah kenyataannya. Gambar atau video yang mereka unggah tentunya hanya menampilkan momen-momen yang menyenangkan.

Ingat, seberapa sempurna atau menarik kehidupan seseorang menurut kamu, mereka tentu juga pernah mengalami kesusahan dan hari-hari yang buruk.

 

3. Bersyukur

Salah satu cara mengatasi FOMO adalah dengan rajin bersyukur.

Lagi-lagi, media sosial dapat membuat seseorang yang mengalami FOMO cenderung membandingkan hidupnya dengan hidup orang lain. Tak jarang perasaan ini diikuti dengan cemas dan iri hati.

Meski terasa klise, melatih menumbuhkan rasa syukur bisa membantu meningkatkan kepuasaan pada kehidupan yang kamu miliki. Setiap kamu merasa iri dengan hidup orang lain, alihkan fokus pada aspek yang positif dari kehidupan.

 

4. Menyaring konten yang ingin dilihat

Coba lihat kembali, hal-hal apa yang dapat memicu perasaan FOMO yang kamu alami. Kemudian, singkirkanlah hal tersebut dari linimasa media sosial.

Misalnya, kamu bisa menyembunyikan orang-orang yang menurutmu mengganggu atau senang menyombongkan diri. Sebagai gantinya, penuhi linimasa dengan orang-orang yang positif atau hal-hal yang disenangi.

 

5. Meditasi

Selain membatasi waktu di media sosial, coba luangkan waktu kamu untuk berlatih meditasi. Rutin bermeditasi dapat membantu menjernihkan pikiran dan mengurangi kecemasan, lho.

Untuk mendapatkan efek relaksasi, kamu juga dianjurkan mengonsumsi berbagai nutrisi, salah satunya vitamin B kompleks.

Vitamin B6 yang juga dapat dapat memelihara kesehatan fungsi saraf. Hal ini juga seringkali dikaitkan dengan gangguan mental, termasuk depresi. Vitamin ini memiliki peran untuk metabolisme estrogen yang berdampak pada mood.

Vitamin B12 juga dikenal sebagai nutrisi yang dapat membantu meningkatkan suasana hati dan energi positif di dalam tubuh. Hal ini juga dibenarkan oleh seorang Naturopath di Metro Integratate Pharmacy, Sally Warren, yang menyebutkan bahwa memenuhi kebutuhan Vitamin B12, dapat mempertahankan energi baik dalam tubuh.

Selain dari asupan makanan, vitamin B kompleks, terlebih vitamin B6 dan vitamin B12 dapat diperoleh dengan mengonsumsi Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc.

Kandungan vitamin B kompleks di dalam Enervon Active dapat membantu proses metabolisme, sehingga makanan yang dikonsumsi dapat diubah menjadi sumber energi. Kalau sudah begini, tubuh tak gampang lelah saat melakukan aktivitas.

Dan yang pasti kandungan vitamin C-nya berperan menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.

Untuk mendapatkan produk Enervon Active, kamu bisa mendapatkannya dengan klik di sini!

 

Dari penjelasan di atas, FOMO adalah suatu perasaan takut “ketinggalan” yang seringkali dialami oleh masyarakat di zaman sekarang. Kalau kamu salah satunya, jangan dibiarkan, ya. Yuk, segera lakukan cara untuk mengatasinya biar kehidupanmu tak terganggu!

 

 

Featured Image – uibsclinic.com

Source – glints.com