Beberapa kali pihak-pihak terkait mesti meluruskan dengan benar banyak kalangan yang sudah termakan berita hoax. Terlebih saat pandemi virus corona yang berkepanjangan ini. Memiliki tekanan tersendiri, banyak orang mudah sebar berita bohong.

Hoax atau informasi yang bohong, informasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya atau informasi yang tidak bisa divalidasi bisa merugikan banyak orang. Berulang kali berbagai pihak terkait mesti meluruskan berita yang ada agar tidak banyak kalangan yang tersesat.

 

 

Apalagi saat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini, dari hoax yang mengatakan bawang putih bisa menyembuhkan infeksi virus corona sampai cuaca panas bisa membunuh virus berbahaya tersebut, sampai sekarang masih saja ada informasi sejenis yang beredar di berbagai lini masa platform sosial media.

Untuk mereka yang menyebarkan, tidak sedikit lho public figure akhirnya tertangkap karena secara terang-terangan menyebarkan hoax mengenaik Covid-19 sehingga bisa membahayakan kesalahpahaman yang besar dan bisa merugikan banyak orang.

Dengan dampak negatif yang besar seperti itu, kenapa ya masih saja banyak orang bahkan public figure menyebarkan hoax? Apakah hal ini mendasari sesuatu? Apakah kamu memiliki pertanyaan yang sama karena sudah jengah dengan informasi tidak valid beredar dengan bebas?

Jika kamu mempunyai keresahan yang sama, tenang – kamu sudah berada di halaman artikel yang tepat karena di bawah ini, setidaknya ada beberapa alasan psikologis yang mendasari mengapa ada orang yang cenderung suka menyebarkan berita bohong atau hoax.

Penasaran apa saja alasan dibalik mereka yang suka menyebar hoax? Daripada menebak-nebak sendiri, sila simak bahasan kali ini untuk selengkapnya ya!

 

Banyak Berita Hoax Mengenai Corona, Ketahui Alasan Psikologisnya. credit image: kompas.tv

Totally a Toxic Person

Percaya atau tidak kalau mereka yang suka menyebarkan berita bohong atau hoax adalah orang-orang yang memang suka keributan. They are totally a toxic individual. Ada beberapa kalangan yang memang suka membuat keributan.

Menurut mereka, memancing keributan dengan melakukan provokasi dan melakukan penyebaran berita hoax adalah suatu kebanggaan tersendiri. Hal ini jelas sangat-sangat merugikan orang lain. Fakta berikutnya adalah mereka yang toxic bahkan tergolong orang pintar.

Menurut Dr. Andri SpKJ, FAPM seorang dokter spesialis kejiwaan dari Klinik Psikosomatrik RS Omni Alam Sutera, dilansir dari situs detik.com – menyatakan kalau malah sebagian besar mereka yang menyebar hoax adalah orang-orang pintar.

Ada kemungkinan mereka melakukan hal ini untuk kebutuhan atau ‘pesanan’ kalangan lain dengan harga yang fantastis sebagai bayarannya. Karena hal tersebut – bisa jadi mereka dengan sukarela melakukan penyebaran berita hoax.

 

Banyak Berita Hoax Mengenai Corona, Ketahui Alasan Psikologisnya. credit image: cnnindonesia.com

Memiliki Kecemasan yang Bisa Berlebihan

Alasan kedua yang cukup fundamental atau mendasar adalah memang orang yang menyebarkan berita hoax adalah mereka yang memiliki kecemasan yang bisa berlebihan. Kecemasan yang berlebihan membuat mereka tidak mencari lagi kebenaran dari berita tersebut dan langsung mereka bagikan lagi ke yang lainnya.

Ada hal unik yang dinyatakan oleh Dr. Roby Muhamad, seorang ilmuwan sosial dari Universitas Indonesia, mengatakan kalau orang berpendidikan saja bisa percaya hoax. Mereka lebih percaya diri sendiri dibanding data yang ada.

Bahkan mereka yang menyebarkan berita hoax, juga bisa jadi memiliki kepercayaan berlebihan pada konspirasi-konspirasi yang nyeleneh, sehingga ini bisa jadi acuan mereka untuk menyebarkan berita hoax.

 

 

Untuk kamu yang bisa memilah berita yang benar dan mana yang tidak, kamu perlu pertahankan hal tersebut karena bisa tetap sadar untuk bisa mencari data yang benar dan mana yang salah sehingga tidak mudah termakan oleh berita-berita hoax seperti itu.

 

Feature Image – forbes.com