Sejak pandemi Covid-19 berlangsung – sebagian besar masyarakat pasti pernah mendengar berbagai istilah baru. Sejumlah istilah – mulai dari physical distancing, anosmia, komorbid, dan happy hypoxia yang berkaitan dengan virus corona kerap kali terdengar.

Lalu, apakah kamu pernah mendengar long Covid? Beberapa waktu belakangan, kata ‘long Covid’ banyak dibicarakan. Sudah tahukah kamu apa itu long Covid? Dan berbagai gejala yang terjadi pada pasien ketika mengalami kondisi ini?

Baca selengkapnya di sini.

 

 

 

Apa Itu Long Covid?

Long Covid-19: Fenomena yang Kerap Terjadi Pada Pasien, Bahkan Setelah Sembuh / Credit: kesehatan.rmol.id

Istilah long Covid sebenarnya mengarah pada fenomena gejala-gejala yang dialami oleh pasien setelah terinfeksi Covid-19. Long Covid terjadi karena masih ada virus yang bertahan di dalam tubuh – sehingga pasien pun masih terus merasakan berbagai gejala. Dalam kasus ini, pasien sudah dinyatakan sembuh dan hasil test PCR menunjukkan negatif.

Ketika pasien mengalami long Covid – biasanya mesti harus menjalani perawatan lebih lama di rumah sakit. Dibanding, pasien Covid-19 lainnya yang tidak mengalami long Covid. Umumnya, pasien long Covid masih harus dirawat tiga minggu lebih lama.

 

 

Bagaimana Pasien Dapat Dikatakan Mengalami Long Covid?

Long Covid-19: Fenomena yang Kerap Terjadi Pada Pasien, Bahkan Setelah Sembuh / Credit: superyou.co.id

Pasien dapat dikatakan terkena long Covid – dilihat dari lamanya perawatan. Selain itu, dapat dilihat pula dari sejumlah gejala yang muncul, baik ringan maupun berat. Perlu diketahui – semakin berat gejala yang dialami, maka semakin lama pula long Covid dirasakan pasien.

Ada pun gejala long Covid yang kerap terjadi – yaitu sesak napas, sakit kepala, merasa lelah, dan nyeri sendi. Pada beberapa kasus, ada pula pasien yang hilang ingatan, mengalami masalah konsentrasi, depresi, dan masalah mental lainnya.

Selain itu, long Covid dapat memengaruhi sejumlah organ dalam tubuh, di antaranya:

  • Jantung. Dapat terjadi kerusakan pada otot jantung dan gagal jantung
  • Paru-paru. Kerusakan jaringan paru dan gagal paru restriktif
  • Otak dan sistem saraf. Hilang indera penciuman dan gangguan kognitif seperti hilang memori serta konsentrasi.
  • Kesehatan mental. Terjadi kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma, dan gangguan tidur
  • Musculoskeletal dan lainnya. Merasa nyeri pada sendi dan otot, serta merasa kelelahan.

 

 

 

Tips Cegah Terinfeksi Virus Corona

Long Covid-19: Fenomena yang Kerap Terjadi Pada Pasien, Bahkan Setelah Sembuh / Credit: fame.grid.id

Dalam penyakit apapun, istilah lebih baik mencegah daripada mengobati memang benar adanya. Ini pun berlaku pada virus corona. Hal terbaik yang bisa dilakukan oleh masyarakat, yaitu terus menerapkan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan rutin mencuci tangan.

Lalu, hindari pula berada di kerumunan, tidak bepergian kecuali ada kepentingan mendesak, dan pastikan ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik – hal ini dapat mencegah terjadinya penularan melalui udara.

Yang tidak boleh dilupakan, terapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, penuhi kebutuhan cairan tubuh, olahraga rutin, dan kelola stres dengan baik. Pola hidup sehat – membantu kamu memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Agar semakin maksimal, kamu bisa mengonsumsi multivitamin secara rutin. Kamu direkomendasikan untuk minum Enervon-C dua kali sehari.

Enervon-C mengandung Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.

Kamu dapat minum Enervon-C dalam bentuk tablet yang mengandung Vitamin C 500 mg, atau Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C 1000 mg dengan rasa yang segar dan berkhasiat untuk memelihara daya tahan tubuh.

 

 

Featured Image - nationalhealthexecutive.com

Source - instagram.com/@kawalcovid19