Toxic Positivity: Kerap Terjadi Kala Pandemi, Kenali Cara Menyikapinya
Pandemi virus corona yang sedang dihadapi, tidak hanya dapat membahayakan kesehatan tubuh secara fisik saja, melainkan juga mental. Berbagai gangguan psikologis kerap terjadi selama pandemi, termasuk toxic positivity.
Selama pandemi berlangsung, sebagian orang ada yang bersikap merasa seolah baik-baik saja di tengah krisis pandemi Covid-19 bisa jadi merupakan bentuk gangguan psikologis. Kondisi inilah yang juga disebut sebagai toxic positivity.
Dilansir dari CNN Indonesia, toxic positivity merupakan sikap positif yang berlebihan. Seseorang yang mengalami kondisi ini akan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tetapi tidak melakukan tindakan apapun atas masalah yang sedang dihadapinya.
Toxic Positivity Kerap Terjadi Selama Pandemi
Toxic Positivity: Kerap Terjadi Kala Pandemi, Kenali Cara Menyikapinya / Credit: sehatq.com
Lebih lanjut mengenai toxic positivity – sebenarnya, hal ini tidaklah wajah. Sebab, seharusnya kondisi krisis seperti pandemi menimbulkan rasa khawatir, bahkan stres. Rasa tersebut perlu diakui, kemudian lakukan analisa.
Dari analisa tersebut, seseorang akan merencakan tindakan untuk mengatasi masalah, seperti melampiaskan emosi dengan berolahraga, menghubungi keluarga dan teman dekat, atau melakukan pekerjaan tertentu.
Sejumlah aktivitas yang dilakukan dapat memicu hormon bahagia. Dengan begitu, rasa stres dan khawatir perlahan akan mereda.
Jika pada umumnya, orang yang merasa stres akan melakukan hal di atas – berbeda dengan toxic positivity. Orang yang mengalaminya mengaku biasa saja dan merasa kuat, maka itu orang tersebut tidak melakukan tindakan analisa.
Dengan demikian, penderita toxic positivity tidak memiliki rencana apapun. Hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis yang kian menumpuk dan makin serius.
Lalu, Bagaimana Cara Atasi Toxic Positivity?
Toxic Positivity: Kerap Terjadi Kala Pandemi, Kenali Cara Menyikapinya / Credit: tribunnews.com
Jika kamu sedang mengalami toxic positivity selama pandemi Covid-19, berikut langkah untuk mengatasinya:
- Terima perasaan. Akui bahwa hidup tidak selamanya bisa bahagia. Dan sadari kalau perasaan tersebut adalah hal yang wajar.
- Kurangi penggunaan media sosial. Terkadang media sosial dapat menjadi sumber toxic, untuk itu batasi penggunaannya.
- Menjadikan perasaan sebagai bagian dari manusia. Setiap perasaan, seperti senang, kecewa, sedih, dan kesal merupakan hal yang menjadikan kamu manusia. Jadi, wajar saja kalau terkadang kamu merasa kurang bahagia.
- Tulis perasaan. Kamu dapat mencoba menuangkan perasaan kamu ke dalam tulisan.
- It’s okay not to be okay. Ingat, tidak masalah kalau terkadang kamu merasa tidak baik-baik saja. Sadari perasaan yang sedang kamu rasakan dan lakukan hal lain yang bisa membuatmu bahagia.
Featured Image - psychologytoday.com
Source - cnnindonesia.com