Sudah bukan rahasia kalau gaya hidup sedentary alias jarang bergerak merupakan salah satu penyebab berbagai masalah kesehatan berbahaya. Untuk itu, masyarakat sangat dianjurkan untuk rutin berolahraga – sehingga, tubuh sehat dan bugar pun bisa dimiliki.

Bahkan, gaya hidup aktif dan sehat tersebut semakin direkomendasikan – sebab, selain dapat risiko terinfeksi virus. Ya, gaya hidup sedentary terbukti dapat meningkatkan kemungkinan infeksi Covid-19, bahkan sampai menyebabkan kematian.

Mengapa demikian? Dan bagaimana cara mengatasinya? Simak informasi lengkapnya berikut ini.

 

 

Kurang Gerak: Termasuk Faktor Penyebab Gejala Covid-19 Berat

Credit Image - tiktak.id

Dalam sebuah studi berjudul “Physical Inactivity is Associated with a Higher Risk for Severe Covid-19 Outcomes: a Study in 48,440 adult patients” – disebutkan bahwa kurang gerak memiliki kaitan erat dengan gejala Covid-19 kronis, serta risiko kematian tinggi. Perlu diketahui, gaya hidup pasif dan riwayat transplantasi organ – menjadi penyebab gejala kronis virus corona.

Studi yang dipublikasikan pada 13 April 2021 silam tersebut membeberkan temuan berbahaya yang mengintai orang-orang kurang gerak. Disebutkan, bahwa mereka yang aktivitasnya minim selama 2 tahun sebelum pandemi – lebih memiliki risiko tinggi untuk dilarikan ke rumah sakit, mendapat perawatan intensif, hingga meninggal dunia.

Pada umumnya, kondisi penyerta Covid-19 yang paling sering ditemukan, yaitu lansia, diabetes, obesitas, dan penyakit kardiovaskular. Tapi, kebiasaan kurang gerak – juga termasuk penyebab terkuat, namun seringkali diabaikan.

 

Dibuktikan Melalui Penelitian yang Melibatkan Hampir 50.000 Pasien

Untuk membuktikan kaitan kurang gerak dengan tingkat keparahan Covid-19, penelitian tersebut pun mengundang hampir 50.000 pasien Covid-19 dengan usia dewasa di Amerika Serikat. Para pasien tersebut menderita Covid-19 dalam rentang waktu 1 Januari hingga 21 Oktober 2020, dengan usia rata-rata 47 tahun.

Sejumlah pasien tersebut rata-rata memiliki indeks massa tubuh sebesar 31, yaitu tepat di atas ambang minimum menuju obesitas. Sekitar setengah dari peserta tidak memiliki penyakit penyerta, kemudian hampir 20 persen memiliki satu komorbid, dan lebih dari 30 persen mengidap dua atau lebih penyakit penyerta.

Para peserta pun di tes yang mencakup sejumlah pertanyaan terkait aktivitas fisik dasar, seperti frekuensi dan durasi olahraga per minggunya.

Bagaimana hasilnya? Sekitar 14,4 persen pasien Covid-19 melaporkan memiliki aktivitas pasif, dengan 0-10 menit per minggunya. Lalu, hampir 80 persen – memiliki aktivitas sedang, dengan 11-149 menit per minggunya. Dan hanya 6,4 persen dari peserta yang aktif secara konsisten, yaitu bergerak selama 150 menit per minggu.

Dari seluruh pasien yang berpartisipasi tersebut, sebanyak 8,6 persen dirawat inap – kemudian 2,4 persen dirawat di ruang ICU, dan 1,6 persen telah meninggal dunia.

 

Malas Gerak Buat Risiko Infeksi Lebih Tinggi Dibanding Merokok dan Diabetes!

Credit Image - cnnindonesia.com

Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa gaya hidup pasif dan kurang gerak – mengarah pada gejala Covid-19 berat dan risiko tinggi untuk menjalani rawat inap. Yang lebih mengejutkan, gaya hidup sedentary berkontribusi lebih besar – pada keparahan gejala virus corona, dibanding kebiasaan merokok dan diabetes.

Jika dibandingkan dengan pasien yang gaya hidupnya aktif, pasien dengan gaya hidup kurang gerak – memiliki kemungkinan 1,73 kali lebih besar untuk menderita gejala berat dan dilarikan ke ICU, serta 2,49 kali lebih berisiko mengalami kematian akibat Covid-19.

 

Lalu, Bagaimana Cara Menghindarinya?

Jadi, apa yang perlu dilakukan untuk menghindari sejumlah risiko tersebut? Sudah pasti, kamu mesti aktif bergerak! Ingatlah bahwa orang yang rutin berolahraga – punya peluang lebih baik untuk melawan infeksi virus, sementara bagi yang punya gaya hidup sedentary bisa mengalami keparahan infeksi lebih buruk.

Mulai sekarang, cobalah untuk rutin berolahraga – tak perlu langsung melakukan aktivitas yang berat, cukup dengan jogging 30 menit sehari dan 5 hari seminggu, maka manfaat baiknya pun sudah bisa diperoleh.

Jangan lupa, imbangi dengan pola makan sehat bergizi seimbang, istirahat yang cukup, kelola stres dengan baik, hingga tetap disiplin menjalani protokol kesehatan.

Yang tidak boleh dilupakan, optimalkan gaya hidup sehat dengan rutin mengonsumsi suplemen multivitamin – untuk memenuhi kebutuhan vitamin tubuh, yang berperan penting dalam menjaga kekebatan tubuh tetap optimal.

Tapi, multivitamin apa yang sebaiknya dikonsumsi?

Kamu direkomendasikan minum Enervon Active ketika sahur dan berbuka puasa! Multivitamin yang satu ini mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc yang dapat membantu jaga daya tahan tubuhmu.

Selain itu, kandungan Vitamin B Kompleks dapat optimalkan proses metabolisme, sehingga makanan yang kamu konsumsi – saat sahur dan berbuka, dapat diubah menjadi energi yang lebih tahan lama. Jadi, tak mudah lelah meski punya aktivitas padat!

 

Jadi, pastikan dirimu tetap aktif selama pandemi – dan imbangi dengan pola hidup sehat lainnya agar risiko terinfeksi virus pun dapat diminimalisir!

 

 

Featured Image - everydayhealth.com

Source - idntimes.com