Ada beragam cara yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan Covid-19 dalam tubuh seseorang. Saat ini, jenis tes yang paling sering digunakan, bahkan menjadi gold standard, yaitu transcriptase polymerase chain reaction, alias RT-PCR. Namun, sekarang berbagai jenis tes lainnya sudah dapat dipilih – guna menemukan jejak virus corona dalam tubuh.

Selain PCR, ada pula tes Antigen, hingga serologi antibodi – sejumlah jenis tersebut merupakan yang paling umum digunakan di tengah pandemi. Tapi, sebaiknya tes apa yang mesti dipilih? Dan akapan waktu tepat untuk melakukannya?

Berikut informasi lengkap mengenai hal tersebut.

 

 

Ragam Tes Covid-19: Siapa Saja yang Perlu Melakukannya?

Credit Image - halodoc.com

Yang pertama, yaitu kriteria suspek. Seseorang yang mengalami demam akut – dengan suhu tubuh 38 derajat celcius atau lebih, memiliki riwayat batuk, sekaligus disertai berbagai gejala Covid-19 lainnya, seperti kelelahan, hidung tersumbat, nyeri tenggorokan, sakit kepala, sesak napas, diare, hingga penurunan kesadaran.

Atau kriteria suspek yang sebelum timbul gejala memiliki riwayat bekerja di tempat berisiko tinggi penularan, bepergian ke wilayah dengan transmisi lokal, atau bekerja di fasilitas kesehatan – baik pelayanan medis dan non-medis.

Tes Covid-19 juga perlu dilakukan bagi seseorang tanpa gejala yang tidak memenuhi kriteria di atas – namun memiliki hasil tes Antigen positif.

Selanjutnya, tes juga dianjurkan bagi kriteria probable – seperti seseorang yang memiliki kontak dengan kasus konfirmasi, maupun berkaitan dengan klaster Covid-19. Kemudian, seseorang dengan gejala akut, mengalami anomsia, dan termasuk dalam kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah virus corona.

Yang terakhir, orang yang masuk ke dalam kontak erat juga perlu melakukan tes. Seperti, pernah melakukan berdekatan dengan kasus konfirmasi dalam radius 1 meter – dalam jangka waktu 15 menit atau lebih, bersentuhan fisik, hingga orang yang memberikan perawatan langsung tanpa menggunakan APD.

 

Kalau Memilih Tes PCR, Kapan Bisa Dilakukan?

Masyarakat dapat memilih jenis tes PCR – saat di mana kemungkinan negatif palsu rendah. Jika bergejala, lakukan swab tes di hari ke 2 sampai ke 5. Atau, kalau tidak bergejala, lakukan tes di hari ketujuh sampai kesepuluh usai melakukan kontak terakhir.

Untuk swab PCR, terkadang memang dibutuhkan pemeriksaan berulang jika hasil tidak sesuai dengan kondisi pasien. Perlu diingat, hindari melakukan tes PCR terlalu dini – sehingga risiko negatif palsu dapat diminimalisir.

 

Bagaimana Dengan Tes Antigen?

Credit Image - kompas.com

Jenis tes yang satu ini akan mendeteksi selubung protein virus, sensitivitias yang bergantung pada jumlah virus, dan hanya dapat mendeteksi virus aktif di masa menular. Tes Antigen juga memiliki hasil yang cukup akurat – seperti swab PCR.

Bagi pasien yang mengalami gejala, sebaiknya lakukan tes Antigen di hari pertama sampai kelima – usai gejala timbul. Jangan terlalu lama, karena ada kemungkinan false negative dan masih dalam fase menular. Umumnya, viral load puncak yaitu di hari kelima setelah muncul gejala.

Jika tidak bergejala – tes Antigen bisa dilakukan kapan saja. Namun, kalau hasil negatif tapi statusnya kontak erat, disarankan melakukan pemeriksaan berulang, seperti tes OCR. Karena, jumlah virus pada orang yang tidak bergejala, sama seperti pasien yang bergejala.

 

Tes Serologi Antibodi: Waktu Tepat Melakukannya

Dari tes Serologi Antibodi – akan memeriksa antibodi yang terbentuk setelah terinfeksi atau usai divaksinasi. Perlu diketahui, jenis tes yang satu ini bukan untuk screening maupun diagnosis virus corona.

Tes dapat dilakukan setelah lebih dari 7 hari – jika pasien mengalami gejala. Untuk pasien tanpa gejala, bisa lakukan Serologi Antibodi – lebih dari 14 hari setelah kontak terakhir, atau lebih dari 3 hari setelah divaksinasi.

Pemeriksaan antibodi yang terlalu dini akan menunjukkan hasil non-reaktif. Artinya, antibodi belum dapat terbentuk.

 

Kesimpulan dari penjelasan di atas, yaitu bagi pasien yang memiliki kondisi akut bergejala kurang dari 7 hari – disarankan melakukan swab PCR maupun Antigen. Bagi pasien dengan kondisi akut bergejala lebih dari 7 hari – boleh memilih tes PCR maupun Serologi Antibodi.

Untuk pasien dengan kondisi tidak bergejala maupun kontak erat, dapat melakukan tes PCR atau Antigen – tapi, jangan lupa konsultasikan dengan dokter. Dan, bagi orang yang sudah sembuh maupun telah divaksin – dapat melakukan tes Serologi Antibodi, swab Antigen jika curiga reinfeksi, atau tes PCR.

 

 

Featured Image - prosehat.com

Source - instagram.com/@Pandemictalks