Di musim pancaroba, tak bisa dipungkiri ada menderita DBD, namun setelah diperiksa kembali ternyata tidak. Memang, DBD dan Covid-19 memiliki gejala yang hampir mirip, apalagi terkait demam.

Ketika seseorang mengeluhkan gejala sakit, seperti demam dan lemas – beberapa tes pun dilakukan, termasuk tes darah. Dilansir dari PopMama, ada beberapa yang dikatakan mengalami gejala DBD karena melihat dari jumlah trombosit dan leukosit dari hasil lab.

Meski demikian, setelah dirawat lebih lanjut, beberapa pasien tersebut justru bukan mengalami DBD, justru terinfeksi Covid-19. Lantas, apa sih yang membedakan keduanya, terutama terkait gejala demam?

Berikut ini ulasan lengkapnya.

 

 

Covid-19: Gejala Umum dan Tidak Biasa

Credit Image - health.grid.id

Salah satu pertanda jelas bahwa seseorang terkonfirmasi positif Covid-19, yaitu merasa sesak napas.

Meski demikian, menurut WHO ada pula beberapa gejala virus corona yang tidak biasa – bahkan, masih jarang dialami oleh pasien Covid-19, yaitu ruam kulit, sakit tenggorokan, kelelahan, mengalami masalah pencernaan, seperti diare, serta sering mengalami cegukan.

Selain itu, masa inkubasi virus corona biasanya akan berlangsung hingga 14 hari, dengan rata-rata 4-5 hari dari paparan sampai akhirnya merasakan gejala. Untuk DBD, masa inkubasi akan berlangsung sekitar 3-10 hari. Kemudian, di hari ke 5-7 barulah muncul gejalanya.

 

Demam Akibat Covid-19 Akan Dibarengi Dengan Gejala Lainnya

Masih dilansir dari PopMama, pada DBD, fase demam terjadi akibat diremia. Artinya, demam disebabkan karena ada virus yang beredar di dalam darah. Demam jenis ini lebih sulit untuk diturunkan – meskipun sudah minum obat penurun panas, biasanya demam akan mudah kembali terjadi. Selain itu, durasinya juga cukup lama, yaitu sekitar 3 hari.

Yang juga perlu diperhatikan, pada DBD, demam memiliki pola mendadak dan tinggi. Jadi, demam tinggi – berlangsung berhari-hari, kemudian tidak mudah diturunkan – dan, terjadi secara mendadak.

Meskipun infeksi virus corona cenderung memiliki sifat demam yang sama, namun yang membedakan di antara keduanya, yaitu adanya gejala lain terutama terkait masalah respirasi. Ketika terinfeksi Covid-19, akan mengalami gejala lainnya, seperti sesak napas, batuk, susah menelan, dan anosmia.

 

Rasa Sakit Kepala Juga Cenderung Berbeda

Credit Image - health.kompas.com

Menurut Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Mulya Rahma Karyanti SpA(K), saat mengalami DBD – pasien cenderung tidak merasakan sakit kepala yang terlalu mengganggu. Melainkan, ciri sakit kepala pada DBD adalah sakit di bagian depan kepala, atau di belakang bola mata. 

Sedangka, pada infeksi Covid-19 sakit kepala biasanya lebih dominan dan disertai pilek yang kadang bisa cukup parah. Selain itu, demam akibat virus corona bisa terjadi selama 5-7 hari dan dibarengi dengan saturasi oksigen yang menurun. 

 

Perbedaan Dapat Dilihat Pada Kondisi yang Lebih Parah

Jika tidak diperhatikan, penyakit DBD yang parah dapat membahayakan nyawa penderitanya. Untuk gejala parah tersebut – bisa berupa kebocoran plasma yang menyebabkan syok, akumulasi cairan yang berujung pada gangguan pernapasan, pendarahan hebat, dan gangguan organ parah seperti penyakit hati dan tidak sadarkan diri. 

Sementara itu, pada infeksi virus corona, pasien dapat mengalami gejala yang lebih buruk, seperti mengalami sesak napas, hipoksia, gagal napas, dan disfungsi sistem multiorgan. Jika tidak diwaspadai, bisa terjadi perburukan mendadak dan nyawa jadi di ambang kritis. 

 

Yuk, Terapkan Gaya Hidup Bersih dan Sehat Untuk Hindari Risiko Penyakit!

Credit Image - menshealth.com

Seperti diketahui, menerapkan gaya hidup bersih dan sehat memang penting dalam menjaga kesehatan tubuh, termasuk mempertahankan sistem kekebalan. Tak hanya selama musim pancaroba dan pandemi saja, namun kebiasaan ini perlu diterapkan dalam kondisi apapun.

Langkah sederhana yang dapat kamu lakukan dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu lakukan etika batuk dan bersin, serta tetap jaga kebersihan toilet – yang bisa saja menjadi sumber penyakit!

Selain itu, dianjurkan untuk memiliki pola makan sehat bergizi seimbang, rutin berolahraga, istirahat yang cukup, dan jangan lupa selalu rutin konsumsi suplemen Vitamin C – yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh, serta mempercepat proses pemulihan ketika sakit, lho.

Lantas, suplemen seperti apa yang dianjurkan? Direkomendasikan untuk mengonsumsi multivitamin dari Enervon setiap harinya.

Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – berperan menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent – dengan kandungan 1000 mg Vitamin C yang dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap tubuh!

Selain itu, direkomendasikan untuk mengonsumsi minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc – untuk bantu menjaga stamina agar tak mudah lelah, sekaligus optimalkan sistem kekebalan tubuh.

Dan tentunya, kandungan Vitamin B Kompleks dalam Enervon-C maupun Enervon Active dapat membantu optimalkan proses metabolisme, sehingga makanan yang dikonsumsi dapat diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama.

 

Itulah sejumlah perbedaan demam pada DBD dan infeksi Covid-19. Yuk, tetap jaga kesehatan tubuh agar risiko terkena berbagai macam penyakit dapat diminimalisir!

 

 

Featured Image - honestdocs.id

Source - popmama.com