Seperti diketahui, saat ini ada berbagai jenis vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi Covid-19 di Indonesia, di antaranya, yaitu jangan lupa untuk tetap menjalani prokes secara disiplin!

Dari berbagai jenis vaksin yang tersedia, masing-masing vaksin memiliki sejumlah perbedaan, termasuk interval dalam pemberian dosis pertama dan dosis kedua. Untuk Sinovac, jarak penyuntikan dari dosis pertama dan kedua, yaitu 14 sampai 28 hari. Begitu pula dengan vaksin Moderna dan Pfizer – yang punya jarak pemberian selama 21 sampai 28 hari.

Berbeda dari vaksin lainnya, AstraZeneca justru memiliki interval pemberian dua dosis vaksin yang cukup lama, yakni diperlukan waktu 4 sampai 12 minggu. Mengapa demikian?

 

 

Alasan Dua Dosis AstraZeneca Diberi Jarak Sampai 12 Minggu

Credit Image - id.taiwantoday.tw

Dikutip dari CNN Indonesia, seorang dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog, Dirga Sakti Rambe menjelaskan bahwa alasan mengapa vaksin AstraZeneca memiliki jarak – atau interval yang cukup panjang antara dosis pertama dan kedua, sebab jarak ini ditetapkan setelah dilakukan uji klinis berulang kali pada manusia.

Ketika uji klinis dilakukan, penyuntikan dosis kedua dilakukan dalam beberapa tahap, mulai dari siklus 14 hari, 21 hari, 28 hari, sampai tiga bulan. Hasilnya, ditemukan bahwa antibodi terbaik yang bisa terbentuk dari vaksin AstraZeneca didapat dari penyuntikan 12 minggu – atau selama tiga bulan.

Jadi, inilah alasan mengapa interval vaksin pertama dan kedua AstraZeneca membutuhkan jarak yang cukup lama dibanding dengan jenis vaksin lainnya. Dalam jangka waktu tersebut, antibodi dapat terbentuk secara maksimal, sehingga perlindungan yang didapatkan pun makin optimal.

Namun yang perlu diingat bahwa banyak masyarakat yang mengeluhkan rasa tidak nyaman – atau KIPI usai disuntik vaksin AstraZeneca. Jika mengalaminya, hindari sembarangan mengonsumsi obat, termasuk sebelum vaksinasi Covid-19.

 

Risiko Terpapar Virus Masih Ada, Jadi Tetap Patuhi Prokes!

Credit Image - review.bukalapak.com

Perlu diketahui bahwa pada dasarnya vaksin bekerja dengan mengenali sebagian dari virus – yang kemudian dapat diidentifikasi oleh sistem kekebalan tubuh. Harapannya, imunitas dapat dengan cepat mengenali serta melawan, ketika virus aslinya datang menyerang tubuh.

Namun, tidak ada vaksin yang dapat bekerja 100 persen efektif, lho. Dalam hal ini, respons imun setiap orang bisa berbeda-beda terhadap vaksin. Untuk itu, tak menutup kemungkinan penerima vaksin masih bisa terinfeksi virus.

Kondisi tersebut pun dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Sebagian besar alasannya berkaitan dengan seberapa besar paparan seseorang terhadap patogen. Mungkin saja ada yang sudah terpapar, tapi hanya dosis kecil patogen saja.

Dalam proses imunitas mengenai virus penyebab penyakit, tubuh bisa saja membutuhkan paparan dosis yang lebih banyak dan konstan. Meski akhirnya vaksin bukanlah kunci utama tubuh terhindar dari Covid-19 – namun, dengan mendapat vaksinasi tetap bisa mengurangi kemungkinan tingkat keparahan penyakit. Jadi, bisa tetap terinfeksi, namun dengan gejala yang ringan.

Itulah alasan mengapa setelah mendapatkan vaksin, prokes masih harus dijalani. Namun, bukan berarti vaksinasi tidak bermanfaat, melainkan dengan vaksin risiko terinfeksi dapat semakin diminimalisir – dan, jika pun terkena penyakit maka gejala yang dirasakan tidak berat, atau bahkan tidak berisiko mengalami kematian.

Jadi, tetap jalani protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas – hindari bepergian kecuali untuk urusan mendesak.

 

Perkuat Imun Tubuh Untuk Hindari Tertular Virus

Credit Image - experiencelife.lifetime.life

Yang tidak kalah penting, selain menerapkan protokol kesehatan, menjaga imunitas setelah vaksinasi juga penting dilakukan. Intinya, masyarakat sangat dianjurkan menjalani gaya hidup sehat, seperti memiliki pola makan bergizi seimbang, rutin berolahraga — aktif bergerak bisa kurangi risiko infeksi virus, miliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas, serta kelola stres dengan baik.

Kemudian, mengonsumsi suplemen setelah vaksin juga masih sangat dianjurkan, meskipun sudah mendapatkan vaksinasi. Adapun suplemen yang baik dikonsumsi, yaitu suplemen jenis imunomodulator. Ini merupakan jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan pembentukan sistem imun, atau menahan laju pembentukan sistem imun ketika tubuh merasa sudah terbentuk sistem imun dalam jumlah cukup.

Untuk suplemen yang direkomendasikan – kamu dapat konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Apakah kamu sudah mendapatkan vaksin Covid-19? Kalau begitu, jangan sampai lengah, ya! Pastikan tetap melakukan prokes secara disiplin, serta jaga selalu kekebalan tubuh untuk mengoptimalkan perlindungan.

 

 

Featured Image - cnbc.com

Source - cnnindonesia.com