Selama pandemi Covid-19, istilah long Covid, atau disebut juga sebagai gejala berkepanjangan mungkin sudah tidak asing lagi. Bagaimana tidak? Kondisi yang satu ini kerap dialami oleh pasien Covid-19, bahkan usai dinyatakan negatif sekalipun. Bagi yang mengalami gejala berkepanjangan, pastikan terus memantau gejala yang dialami.

Meski demikian, ada kabar baik mengenai gejala berkepanjangan Covid-19. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa vaksinasi secara lengkap dapat membantu mengurangi risiko terjadinya long Covid, lho. Bagaimana bisa?

Berikut ini ulasan lengkapnya.

 

 

Apa Itu Long Covid?

Credit Image - kompas.com

Istilah long Covid sejatinya mengarah pada fenomena gejala-gejala yang dialami oleh pasien setelah dinyatakan sembuh. Gejala corona berkepanjangan ini terjadi, karena masih adanya virus yang bertahan di dalam tubuh – jadi, penyintas pun terus merasakan berbagai gejala.

Kasus ini sering juga terjadi ketika pasien sudah dinyatakan negatif, baik melalui tes Antigen maupun PCR. Tak perlu khawatir, sebab kondisi ini terbilang wajar dialami. Biasanya, pasien hanya memerlukan rawat jalan saja, namun tetap perhatikan berbagai gejala yang dirasakan, karena bukan tak mungkin gejala tersebut dapat memburuk.

 

Vaksinasi Penuh Bantu Turunkan Risiko Long Covid!

Credit Image - news.detik.com

Dilansir dari CNN Indonesia, menurut penelitian yang dipublikasikan di The Lancet mendapati bahwa risiko gejala berkepanjangan dapat berkurang, bahkan sampai 50 persen setelah seseorang mendapatkan dua dosis vaksin.

Temuan tersebut diperoleh setelah peneliti menganalisis data yang dilaporkan oleh orang dewasa di Inggris – ia mengalami infeksi Covid-19. Kemudian, peneliti pun membandingkan gejala yang dialami pada orang yang sudah mendapat vaksinasi, dengan yang belum. Lantas, bagaimana dengan hasilnya?

Perlu diketahui, data tersebut mencakup lebih dari 1,2 juta orang dewasa yang menerima dosis pertama vaksin Covid-19. Sebanyak 05, persen – atau setara dengan 6.030 positif Covid-19. Selain itu, hampir 1 juta orang dewasa yang sudah divaksin lengkap, dan 0,2 persen – atau 2.370 positif Covid-19 setelah mendapatkan vaksin.

Peneliti juga mendapati bahwa kelompok tertentu lebih rentan terhadap infeksi virus corona. Seperti, orang yang berusia di atas 60 tahun, orang dengan obesitas, serta orang yang tinggal di kawasan padat penduduk.

Jadi, dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa vaksinasi secara lengkap memiliki kaitan dengan gejala yang lebih rendah – ketika seseorang terinfeksi virus corona. Ini juga berhubungan dengan penurunan kemungkinan rawat inap, serta memiliki leih dari lima gejala di minggu pertama infeksi. Dan, mendapat vaksin lengkap juga meminimalisir risiko long Covid – yang kerap dialami pasien usai dinyatakan negatif.

 

Hindari Long Covid, Hentikan 4 Kebiasaan Buruk Ini!

Credit Image - alodokter.com

Selain mendapatkan vaksinasi secara lengkap, menghindari risiko gejala berkepanjangan juga dapat dilakukan dengan menghindari sejumlah kebiasaan buruk. Apa saja?

1. Kebiasaan merokok

Orang yang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko lebih tinggi terkena long Covid usai sembuh. Untuk itu, kebiasaan kurang sehat yang satu ini – penting sekali dihentikan. Selain agar terhindar dari gejala berkepanjangan, merokok pun dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Jadi, ketika disebutkan lebih banyak laki-laki yang terkena gejala Covid-19 berkepanjangan, mungkin disebabkan oleh kebiasaan merokok. Hal ini dapat membuat napas terasa lebih pendek, maupun sesak di bagian dada.

 

2. Terlalu banyak pikiran

Walaupun hal yang satu ini masih harus diteliti lebih lanjut, tapi seseorang yang kesehatan mental – atau jiwanya terganggu, lebih berisiko menderita long Covid. Sebab, aspek kesehatan jiwa juga berkontribusi dalam risiko terkena gejala berkepanjangan.

Ketika seseorang terlalu banyak pikiran, atau terlalu terbawa perasaan, tertekan, tidak bahagia – maupun mengalami gangguan mental lainnya, hal ini dapat memengaruhi sistem imun, sehingga terjadi long Covid.

 

3. Tak berkonsultasi setelah sembuh

Profesor Gusti Ngurah Kade Mahardika, seorang ahli virologi Universitas Udayana mengatakan bahwa kebiasaan menyepelekan sakit bisa meningkatkan risiko gejala berkepanjangan. Misalnya, ketika ada gejala ringan usai negatif Covid-19 – orang-orang cenderung mengabaikannya. Padahal, biasa jadi gejala ini perlu penanganan medis lebih lanjut.

Selain itu, penyintas Covid-19 yang telah dinyatakan negatif juga umumnya enggan melakukan konsultasi setelah sembuh. Hal ini perlu dihindari. Jadi, setelah sembuh, pasien tetap direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan petugas medis, sehingga kemungkinan buruk bisa dicegah secara tepat.

 

4. Kurang istirahat

Segera setelah sembuh dari Covid-19, penyintas disarankan untuk tetap beristirahat, setidaknya dua pekan. Hal itu dilakukan agar kondisi tubuh kembali fit, kemudian kembali siap untuk melakukan rutinitas sehari-hari.

Sayangnya, banyak pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 merasa bebas, kemudian menjalani sejumlah rutinitas seperti sedia kala. Padahal, kondisi tubuh masih belum siap sepenuhnya – sehingga, memungkinkan terkena long Covid.

 

Tetap Lakukan Langkah Pencegahan, Ya!

Credit Image - mediaindonesia.com

Dalam penyakit apapun, istilah lebih baik mencegah daripada mengobati memang benar adanya. Ini pun berlaku pada Covid-19. Jadi, lakukan langkah pencegahan – dengan menerapkan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Optimalkan perlindungan diri dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti Enervon Active dua kali sehari.

Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C 1000 mg untuk perlindungan ekstra, serta mampu memberikan sensasi rasa segar sepanjang hari. 

Bagi yang memiliki lambung sensitifi, direkomendasikan untuk mengonsumsi Enervon Active – yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc yang dapat bantu menjaga imun tubuh, sekaligus mengoptimalkan stamina agar tak mudah lelah.

Tak hanya membantu menjaga kekebalan saja, namun kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga makanan yang kamu konsumsi dapat diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Jadi, tak perlu khawatir tubuh mudah merasa lemas, ya.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Jadi, itulah informasi mengenai vaksinasi lengkap yang disebut dapat membantu mengurangi risiko long Covid. Agar tetap terlindungi dari paparan virus, pastikan kamu tetap mematuhi protokol kesehatan, serta menjaga daya tahan tubuh, ya!

 

 

Featured Image - responsumhealth.com

Source - cnnindonesia.com