Memasuki musim hujan, tak bisa dipungkiri nyamuk pun semakin sering datang di malam hari. Bukan hanya bisa menjadi penyebab penyakit demam berdarah – alias DBD saja, namun nyamuk juga dapat menyebabkan penyakit chikungunya yang tidak kalah menyiksanya.

Dilansir dari CDC, chikungunya merupakan infeksi virus yang ditandai dengan gejala demam – dan terasa nyeri sendi secara mendadak. Sama seperti DBD, penyakit yang satu ini juga ditularkan dari nyamuk yang memiliki virus tersebut.

Menurut data yang beredar, di bulan April silam, setidaknya ada 50 warga Yogyakarta yang terserang virus penyebab penyakit chikungunya. Pasien merasakan nyeri, kesakitan, bahkan sampai ada yang sulit berjalan. Menanggapi gejala tersebut, sayangnya masih banyak yang keliru dengan indikasi Covid-19.

Lantas, apa yang membedakan di antara gejala chikungunya dan virus corona? Berikut ini ulasan lengkapnya.

 

 

Mengalami Demam

Credit Image - gooddoctor.co.id

Salah satu gejala umum yang dirasakan ketika terinfeksi Covid-19, yaitu badan mengalami demam. Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) demam juga dapat dialami oleh pasien yang terjangkit chikungunya.

Biasanya, pendertia chikungunya akan mulai merasa demam setelah 3 sampai 7 hari pasca digigit nyamuk pembawa virus tersebut. Demamnya juga tergolong tinggi, yaitu sekitat 39 derajat celcius. Gejala ini memang cukup mirip dengan indikasi virus corona.

 

Tubuh Terasa Ngilu

Ada pun gejala lain dari Covid-19 – dan kerap membuat orang langsung panik adalah timbulnya rasa nyeri di tubuh. Begitu pula dengan infeksi virus chikungunya yang juga bisa mengakibatkan gejala sama – biasanya, pasien merasa tubuh menjadi pegal, ngilu, dan rasa sakit berlebih pada tulang, tepatnya di sendi. 

Meski rasanya sangat mirip, namun yang membedakan adalah nyeri di sendi. Jika Covid-19 kebanyakan terasa nyeri sebadan, rasa nyeri akibat chikungunya justru akan sangat terasa di sendi-sendi tubuh. Selain itu, pada infeksi Covid-19, nyeri lebih mudah hilang beberapa hari pasca infeksi. Sedangkan pada chikungunya, nyeri bisa terasa hingga berbulan-bulan, hingga ada yang sampai mengalami kelumpuhan sementara. 

 

Sakit Kepala, Mual, dan Terkadang Diare

Credit Image - sehatq.com

Meski tidak dialami setiap orang, namun gejala lain dari chikungunya yang mirip dengan Covid-19, yaitu sakit kepala, sampai terasa mual. Biasanya, sakit kepala tersebut akan dibarengi dengan rasa sakit di sendi dan tulang.

Perbedaannya pada penyakit chikungunya, tidak terjadi perubahan fungsi penciuman yang berujung asmonia. Sedangkan hal itu terjadi pada penderita Covid-19. Dikutip dari WHO, ketika terinfeksi Covid-19, pusing akan dibarengi dengan melakukan kegiatan ringan

Selain itu, pasien juga bisa mengalami diare – gejala ini memang mirip dengan infeksi Covid-19, di mana diare menjadi salah satu indikasi umum. Gejala tersebut juga terjadi ketika terinfeksi chikungunya – tapi, di penyakit ini, diare bukan penyakit umum, hanya kasus-kasus tertentu saja yang mengalaminya.

Sampai saat ini, virus chikungunya memiliki pengobatan tersendiri, maupun vaksin yang bisa mencegah penularan. Jadi, bagi pasien yang terjangkit penyakit ini, perlu berusaha untuk sembuh dengan sendirinya.

 

Ruam Tubuh yang Juga Bisa Terjadi

Timbulnya ruam tubuh juga kerap menjadi gejala Covid-19, bahkan sudah sangat umum dialami para pasiennya. Ada yang mengalami ruam rata sebadan, tetapi ada pula yang hanya timbul di area-area tertentu saja.

Gejala ini pun mirip dengan pasien yang terpapar virus chikungunya. Ada kemungkinan penderitanya akan mengalami ruam di tubuh. Dalam kasus ini, ada kemungkinan penderita akan mengalami bercak-bercak merah, yang bisa muncul di beberapa titik berbeda.

 

Terapkan Hidup Bersih dan Sehat Untuk Hindari Penyakit Berbahaya!

Credit Image - saniter.co.id

Sebenarnya, virus chikungunya bisa dihindari, bahkan diobati dengan pembentukan sistem imun yang maksimal. Untuk mencapai kekebalan yang kuat, maka disarankan menjalani gaya hidup sehat dan bersih setiap harinya.

Langkah sederhana yang bisa dilakukan dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu rutin mencuci tangan, tetap menggunakan masker ketika bepergian – terutama di masa pandemi, menerapkan jaga jarak fisik, serta tetap jaga kebersihan rumah, dan pastikan tidak ada air yang tergenang.

Selain itu, dianjurkan untuk memiliki pola makan sehat bergizi seimbang, rutin berolahraga, istirahat yang cukup, dan jangan lupa selalu rutin konsumsi suplemen Vitamin C – yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh, serta mempercepat proses pemulihan ketika sakit, lho.

Lantas, suplemen seperti apa yang dianjurkan? Direkomendasikan untuk mengonsumsi multivitamin dari Enervon setiap harinya.

Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – berperan menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent – dengan kandungan 1000 mg Vitamin C yang dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap tubuh, sekaligus membuatmu merasa segar sepanjang hari.

Selain itu, direkomendasikan untuk mengonsumsi minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc – untuk bantu menjaga stamina agar tak mudah lelah, sekaligus optimalkan sistem kekebalan tubuh.

Tak hanya membantu menjaga kekebalan saja, namun kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga makanan yang kamu konsumsi dapat diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Itulah deretan gejala chikungunya yang mirip dengan Covid-19. Untuk menghindari risiko penyakit berbahaya, yuk terus terapkan gaya hidup sehat dan bersih!

 

 

Featured Image - prevention.com

Source - popmama.com