Moms, diketahui broken home memang identik dengan perceraian orangtua yang dapat terjadi akibat berbagai hal, misalnya adanya pertengkaran, maupun tindakan KDRT. Meski demikian, secara psikologi, ternyata anak pun dapat merasakan broken home dalam keluarga yang utuh, lho.  

Tak hanya perpisahan orangtua saja, tetapi broken home dalam keluarga utuh dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya ada salah satu orangtua yang kecanduan sesuatu, melakukan kekerasan fisik terhadap anak – maupun anggota keluarga lainnya, serta adanya eksploitasi anak.

Selain itu, kondisi tersebut juga dapat terjadi akibat orangtua terbiasa mengancam anak ketika keinginannya tidak terpenuhi, atau pola asuh yang otoriter sehingga anak tidak punya pilihan lainnya. Jadi, meski tidak terpisah, tetapi deretan faktor ini juga dapat melukai hati sang buah hati, ya.

Dari situasi broken home yang dialami Si Kecil, setidaknya ada 5 dampak buruk yang dapat dirasakan. Apa saja? Berikut ini ulasan lengkapnya, moms!

 

 

1. Masalah Emosional

Credit Image - alodokter.com

Dampak buruk dari broken home yang paling utama – dan sering dialami, yakni berkaitan dengan emosional anak. Adanya perpisahan orangtua tentu menyisakan luka mendalam, ya. Apalagi, kalau ia sudah memasuki usia sekolah – atau bahkan remaja, moms. Berdasarkan penelitian World Psychiatry, perpisahan orangtua dapat berisiko mengganggu kesehatan mental anak dan remaja.

Di masa awal perceraian dapat memicu depresi, serta rasa cemas – yang merupakan keadaan emosional jangka panjang. Di sisi lain, beberapa anak yang sudah beranjak dewasa mungkin menunjukkan reaksi emosional yang jauh lebih sedikit ketika menghadapi perpisahan orangtua.

 

2. Masalah Pendidikan

Tak hanya soal emosional saja, namun broken home juga dapat menyebabkan menurunnya prestasi akademik Si Kecil. Sebenarnya, anak dengan orangtua yang berpisah tidak selalu memiliki masalah pada prestasi akademik.

Meski demikian, menurut studi dari Proceeding of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa perceraian yang tidak anak duga bisa berpengaruh pada konsentrasi belajar. Tetapi, tidak semua anak broken home sudah pasti mengalami hal yang sama, kok.

Masalah pendidikan juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor lainnya, seperti lingkungan rumah yang kurang kondusif, rutinitas yang tidak konsisten, atau sumber keuangan yang tidak memadai. Alhasil, anak jadi malas belajar, sering bolos, hingga dapat membuat keributan di sekolah.

 

3. Masalah Sosial

Credit Image - sehatq.com

Kondisi keluarga yang tidak utuh – atau broken home pun dapat memengaruhi hubungan sosial anak dengan lingkungan sekitarnya, lho. Akibat perceraian atau peran orangtua yang hilang, sebagian anak akan melepaskan rasa kegelisahannya dengan bertindak agresif.

Nah, tindakan agresif yang dapat dilakukan anak pun dapat beragam, namun yang paling sering terjadi, yaitu anak dapat melakukan tindakan bullying – alias perundungan. Kalau orangtua membiarkannya, hal tersebut bakal memengaruhi hubungan anak dengan teman-teman sebayanya.

 

4. Timbul Rasa Cemas Berlebih

Dampak lainnya yang kerap dialami oleh anak broken home adalah munculnya rasa cemas secara berlebih. Seorang psikolog bernama Carl Pickhardt menjelaskan bahwa anak broken home akan memiliki sikap sinis – atau rasa tidak percaya terhadap sebuah hubungan.

Rasa tidak percaya diri tersebut bisa timbul pada orangtua atau pasangannya di kemudian hari. Kecemasan tersebut akan membuat anak sulit melakukan interaksi sosial yang positif – dan terlibat dalam kegiatan apa saja yang bersifat kelompok.

 

5. Perubahan Peran Anak

Credit Image - portalmadura.com

Perpisahan – atau peran orangtua yang tidak optimal akan membuat anak mengalami perubahan perannya di usia muda. Misalnya, anak menjadi perlu melakukan beberapa tugas rumah tangga, serta mengambil peran tambahan dalam fungsi rumah tangga yang baru.

Selain itu, pada beberapa keluarga broken home, anak sulung sering mengambil peran orangtua bagi adik-adiknya. Hal ini bisa disebabkan oleh kesibukan orangtua untuk bekerja, atau orangtua yang tidak bisa selalu hadir di sisi anak – sama seperti sebelum terjadinya perceraian.

Dikutip dari American Sociological Association menerbitkan penelitian bahwa efek perceraian tidak hanya anak rasakan saat itu saja. Namun, efeknya dapat bertahan lama jangka waktu yang cukup panjang, sekitar 12 sampai 22 tahun setelah perpisahan.

Kebanyakan dari anak yang mengalami broken home akan menampilkan tekanan emosional yang tinggi dan masalah perilaku. Tak jarang, anak yang sampai membutuhkan bantuan psikologis untuk membantu mengontrol emosinya sendiri.

Dari penjelasan di atas, bisa dikatakan bahwa kondisi broken home dapat menimbulkan beragam dampak buruk, terutama untuk tumbuh kembang Si Kecil. Menjaga keluarga tetap utuh – dan pastinya bahagia memang menjadi tugas utama bagi orangtua, ya.

Namun yang tidak kalah pentingnya dalam pertumbuhan anak, pastikan pula moms  kamu sudah memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya, termasuk vitamin. Hal ini dapat membantu anak punya energi, sehingga ia pun tak mudah merasa kelelahan.

Sebagai pelengkap, moms dapat berikan multivitamin untuk anak. Kamu direkomendasikan untuk memberikan Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D.

Sejumlah kandungan vitamin tersebut berperan penting untuk mendukung perkembangan kecerdasan anak, lho. Selain itu, Enervon-C Plus Sirup juga dapat bantu optimalkan tumbuh kembang Si Kecil, membuat anak tetap aktif di masa pertumbuhannya, meningkatkan napsu makan, membantu pembentukan tulang dan gigi, serta bantu pelihara daya tahan tubuhnya biar tidak mudah sakit.

 

Jadi, itulah kelima dampak buruk broken home yang mungkin dapat dialami oleh Si Kecil. Yuk, perhatikan kembali sejumlah risiko tersebut, ya!

 

 

Featured Image – klikdokter.com