Memperoleh vaksinasi Covid-19 secara penuh merupakan tindakan tepat guna terinfeksi virus corona. Namun sayangnya, tak sedikit orang yang masih ragu untuk mendapatkan vaksin, tak terkecuali warga Indonesia.

Padahal, berdasarkan data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan (CDC) Amerika Serikat menyatakan bahwa risiko kematian pada orang yang tidak divaksin, 11 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang divaksinasi lengkap.

Sebenarnya, apa penyebab utama masih ada yang enggan divaksinasi? Dan bagaimana dengan rincian dari data yang diperoleh CDC tersebut?

Berikut ini ulasan lengkapnya.

 

 

Alasan Masih Ada yang Tak Mau Vaksin

Credit Image - jou.ufl.edu

Di Indonesia sendiri memang masih cukup banyak yang enggan melakukan vaksinasi. Mengapa demikian? Menurut survei yang dilakukan oleh peneliti dari Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP) menemukan bahwa masih ada 34 persen warga Indonesia yang enggan mendapatkan vaksin Covid-19. Survei tersebut sudah dilakukan terhadap 14 juta responden sejak bulan Mei 2021 silam – dan masih berjalan dengan data yang terus diperbarui setiap dua minggu.

Hingga bulan September silam, hasilnya ditemukan kelompok usia 55 tahun ke atas yang paling banyak menolak vaksin Covid-19. Dari responden, ada 40 persen orang dari kelompok usia tersebut yang mengakui tidak ingin divaksinasi. Mengapa demikian?

Setidaknya ada tiga alasan yang paling banyak diutarakan responden, yaitu:

  1. Alasan yang utamanya masih adanya keraguan terhadap keamanan vaksin.
  2. Selanjutnya, ada pula yang menolak karena ingin menunggu dan khawatir terhadap biaya.
  3. Serta lasan agama, dan merasa yakin tidak membutuhkan vaksin.

Untuk itu, memang perlu ditekankan kembali pentingnya sosialisasi mengenai keamanan vaksin, serta bahaya dari Covid-19.

 

Tidak Vaksin Dapat Tingkatkan Risiko Kematian

Credit Image - cnnindonesia.com

Dikutip dari CNN Indonesia, data terbaru dari CDC Amerika Serikat menyatakan bahwa orang yang tidak divaksin memiliki risiko kematian lebih tinggi, yaitu sebesar 11 kali lipat. Pengambilan data tersebut dilakukan pada bulan Agustus silam.

Selain itu, orang dewasa yang tidak divaksinasi juga memiliki risiko 6 kali lipat lebih tinggi positif Covid-19. Mereka pun berisiko 19 kali lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit, ketimbang orang yang sudah divaksinasi penuh.

Rasio risiko dapat bervariasi berdasarkan usia. Biasanya, tingkat rawat inap Covid-19 pada orang dewasa di bawah 50 tahun sekitar 15 kali lebih tinggi – ini berlaku bagi orang yang tidak divaksinasi. Sementara itu, orang berusia 50-64 tahun yang tidak divaksin, memiliki risiko 31 kali lipat lebih tinggi dirawat di rumah sakit. Dan, sedangkan orang yang berusia 65 tahun ke atas memiliki risiko 16 kali lipat lebih tinggi.

Data CDC tersebut menunjukkan terjadi penurunan risiko kematian seiring menurunnya jumlah kasus Covid-19. Risiko kematian di minggu terakhir bulan Agustus 30 persen lebih rendah dibandingkan pada minggu pertama bulan tersebut.

Sebaliknya, risiko orang yang divaksinasi lengkap tetap konsisten, tidak lebih dari 1,2 kematian per 100 ribu orang. Untuk itu, CDC mengimbau masyarakat untuk segera mendapat vaksin Covid-19, karena dapat mengurangi risiko infeksi, sekaligus terkena gejala berat.

 

Sudah Vaksin, Protokol Kesehatan Masih Harus Diterapkan

Credit Image - wolipop.detik.com

Seperti yang diketahui, vaksinasi merupakan salah satu cara untuk membentuk kekebalan kelompok. Meski demikian, angka vaksinasi yang sudah cukup tinggi pun tidak boleh membuatmu lengah. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya vaksin bekerja dengan mengenali sebagian dari virus – yang kemudian dapat diidentifikasi oleh sistem kekebalan tubuh. Harapannya, imunitas dapat dengan cepat mengenali serta melawan, ketika virus aslinya datang menyerang tubuh.

Namun, tidak ada vaksin yang dapat bekerja 100 persen efektif. Dalam hal ini, respons imun setiap orang bisa berbeda-beda terhadap vaksin. Untuk itu, tak menutup kemungkinan penerima vaksin masih bisa terinfeksi virus.

Kondisi tersebut pun dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Sebagian besar alasannya berkaitan dengan seberapa besar paparan seseorang terhadap patogen. Mungkin saja ada yang sudah terpapar, tapi hanya dosis kecil patogen saja.

Dalam proses imunitas mengenai virus penyebab penyakit, tubuh bisa saja membutuhkan paparan dosis yang lebih banyak dan konstan. Meski akhirnya vaksin bukanlah kunci utama tubuh terhindar dari Covid-19 – namun, dengan mendapat vaksinasi tetap bisa mengurangi kemungkinan tingkat keparahan penyakit. Jadi, bisa tetap terinfeksi, namun dengan gejala yang ringan.

Itulah alasan mengapa setelah mendapatkan vaksin, prokes masih harus dijalani. Namun, bukan berarti vaksinasi tidak bermanfaat, melainkan dengan vaksin risiko terinfeksi dapat semakin diminimalisir – dan, jika pun terkena penyakit maka gejala yang dirasakan tidak berat, atau bahkan tidak berisiko mengalami kematian.

Jadi, tetap jalani protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas – hindari bepergian kecuali untuk urusan mendesak.

Yang juga tidak kalah pentingnya, tetap jaga selalu kekebalan tubuh, salah satunya dengan rutin mengonsumsi suplemen. Jangan salah, minum suplemen masih tetap dianjurkan setelah vaksinasi. Adapun suplemen yang baik dikonsumsi, yaitu suplemen jenis imunomodulator.

Suplemen imunomodulator merupakan jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan pembentukan sistem imun, atau menahan laju pembentukan sistem imun ketika tubuh merasa sudah terbentuk sistem imun dalam jumlah cukup.

Untuk suplemen yang direkomendasikan – kamu dapat konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon yang asli, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.

 

Jadi, sudahkah kamu mendapat vaksinasi? Hal ini penting guna meminimalisir paparan virus, sekaligus menghindari risiko buruk ketika terinfeksi Covid-19. Agar perlindungan makin maksimal, setelah vaksin tetap jalani protokol kesehatan, ya!

 

 

Featured Image – klikdokter.com

Source – cnnindonesia.com