Tanpa disadari, masih banyak orangtua yang menerapkan pola asuh overprotektif. Memang, orangtua hanya ingin melindungi buah hatinya, namun sayangnya, cara mengasuh anak yang satu ini ternyata bisa menimbulkan dampak buruk bagi pertumbuhan Si Kecil, lho.

Menurut Journal of Child and Family Studies, pola asuh overprotektif dikenal juga sebagai istilah helicopter parenting. Biasanya, hal ini dilakukan oleh orangtua yang terlalu khawatir terhadap risiko – dan bahaya yang akan dialami oleh anaknya.

Pola asuh yang satu ini juga sering diterapkan dalam berbagai kegiatan sederhana, seperti melarang anak main di taman, karena takut kotor dan terluka. Atau, tidak mau mengajari Si Kecil naik sepeda saking takutnya ia jatuh, moms.

Segala yang berlebihan tentu tidak baik, moms. Begitu pula dengan pola asuh overprotektif yang bisa menimbulkan dampak buruk, seperti 6 hal berikut ini. Apa saja?

Yuk, simak selengkapnya sampai habis, ya!

 

 

#1 – Anak Jadi Penakut, Bahan Kurang Percaya Diri

Credit Image - kumparan.com

Ketakutan orangtua yang berlebihan akan membuat anak turut merasa takut, lho. Akibatnya, ia pun menjadi tidak percaya diri ketika melakukan hal-hal di luar pengawasan orangtua. Tidak hanya berefek saat masih kecil saja, pola asuh overprotektif yang diterapkan akan ikut terbawa hingga dewasa dan membentuk kepribadian anak.

Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Cambridge University Press, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang overprotektif akan tumbuh menjadi pribadi yang berkecil hati, takut mengambil risiko, tidak percaya diri, dan tidak punya inisiatif.

 

#2 – Sering Kesulitan Menghadapi Masalah

Seorang psikolog dari Amerika Serikat, Lauren Feiden, menyatakan bahwa overprotective parenting dapat membuat anak terlalu bergantung pada orangtua, sehingga di masa mendatang ia sulit mengatasi masalahnya sendiri.

Selain itu, anak menjadi sulit mengambil keputusan karena orang tua terlalu terlibat jika ia menghadapi kesulitan. Hal ini akan membuat anak akan selalu mengandalkan orangtua dalam menentukan atau menyelesaikan masalah dalam hidupnya.

 

#3 – Mudah Berbohong

Credit Image - berkeluarga.id

Orangtua yang menerapkan pola asuh overprotektif cenderung mengekang ruang gerak anak. Sepertinya, moms sudah mengetahui hal yang satu ini, ya. Cara ini tak selalu baik, pasalnya anak tetap membutuhkan keleluasaan untuk mengembangkan diri.

Jika merasa terlalu dibatasi, anak akan mencari celah dan akhirnya berbohong agar bisa lolos dari kekangan orangtua. Tak hanya itu, anak juga berbohong demi menghindari menghindari hukuman akibat melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua.

 

#4 – Mudah Merasa Cemas

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kiri Clarke dari University of Reading di Inggris, menunjukan bahwa kecemasan orangtua berefek signifikan pada kecemasan bahkan meningkatkan gejala ansietas pada anaknya.

Penelitian ini dilakukan terhadap 90 anak yang berada pada usia 7 sampai 12 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa 60 anak mengalami gangguan kecemasan yang terpengaruh dari kecemasan berlebih dari orangtua mereka.

Jadi, bisa dikatakan bahwa penerapan pola asuh overprotektif bisa menjadikan Si Kecil gampang merasa cemas. Dan, hal tersebut dapat terbawa hingga ia dewasa lagi.

 

#5 – Gampang Stres Karena Takut Salah

Credit Image - orami.co.id

Survei yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masalah kejiwaan sangat umum terjadi di kalangan mahasiswa. Sekitar 55 persen mahasiswa menginginkan konseling tentang gejala kecemasan, 45% soal depresi, dan 43% soal stres.

Ternyata, salah satu faktor penyebabnya adalah pengawasan orangtua yang berlebihan terhadap kegiatan akademis dan non-akademis anak. Penerapan pola asuh overprotektif – di mana orangtua terus mengawasi anak tanpa henti berisiko mengakibatkan ia menjadi mudah stres, karena ada rasa takut melakukan kesalahan.

 

#6 – Berisiko Jadi Korban Perundungan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi dari University of Warwick, anak-anak yang diasuh dengan pola asuh yang keliru cenderung menjadi korban perundungan – alias bullying di sekolah, lho.

Pola asuh yang keliru meliputi pengasuhan yang acuh tak acuh – atau malah overprotektif. Selain memperbaiki pola asuh, para psikolog juga menyarankan orangtua menjalin komunikasi yang baik dengan anak agar terhindar dari perundungan di lingkungan sekolah.

 

Jadi, itulah keenam dampak buruk dari penerapan pola asuh overprotektif, moms. Cara mengasuh anak yang satu ini tentu kurang baik, bahkan bisa mengganggu pertumbuhannya, ya.

Namun, agar proses tumbuh kembang Si Kecil semakin maksimal, tak hanya menerapkan pola asuh yang tepat, tetapi pastikan pula kamu sudah memenuhi kebutuhan nutrisinya. Berikan buah dan sayuran untuk mencukupi nutrisi, termasuk vitamin.

Sebagai pelengkap, moms juga dapat berikan multivitamin dengan kandungan lengkap untuk si kecil. Kamu direkomendasikan untuk memberikan Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D.

Sejumlah kandungan vitamin tersebut berperan penting untuk mendukung perkembangan kecerdasan anak, lho. Selain itu, Enervon-C Plus Sirup juga dapat bantu optimalkan tumbuh kembang Si Kecil, membuat anak tetap aktif di masa pertumbuhannya, meningkatkan nafsu makan, membantu pembentukan tulang dan gigi, serta bantu pelihara daya tahan tubuhnya biar tidak mudah sakit.

 

Lantas, apakah moms termasuk yang menerapkan pola asuh overprotektif terhadap anak?

 

 

Featured Image – klikdokter.com