Moms dan dads, seperti yang kalian ketahui, pendidikan seks di Indonesia mungkin masih terkesan tabu untuk diperbincangkan. Setuju? Padahal, ini tidak selalu mengarah ke hal yang negatif, lho. Melainkan juga turut mengajari Si Kecil soal consent.

Consent adalah menghormati batasan. Ketakutan akan serangan seksual dan pemerkosaan menjadi perhatian utama banyak orang. Tak perlu khawatir, untuk mengajarkan anak soal hal tersebut, tidak ada hubungannya dengan mengajari mereka soal seks, kok!

Tentu saja tidak ada orangtua yang menginginkan buah hatinya menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual, kan? Untuk itu, moms dan dads, selaku orangtua, harus mencari cara mendidik anak yang benar mengenai consent atau persetujuan sedari dini.

Berikut ini tips mendidik anak mengenai consent yang dapat moms dan dads lakukan.

 

 

Apa itu Consent?

Credit Image - kompas.com

Dilansir dari plannedparenthood.orgsexual consent adalah persetujuan kedua belah pihak yang terlibat dalam kegiatan seksual. Sebelum melakukan hubungan seksual dengan seseorang, keduanya harus sepakat dan dalam keadaan sadar, ingin melakukan hubungan seksual tersebut. 

Meminta persetujuan dan menyetujui terjadinya hubungan seksual adalah tentang menetapkan batas pribadi diri sendiri dan menghormati batas pribadi orang lain. Tanpa consent, aktivitas seksual apapun dapat dikategorikan sebagai tindakan pelecehan dan pemerkosaan.

Untuk anak-anak, mengajarkan consent memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, moms dan dads dapat memulainya dengan menerapkan tips di bawah ini.

 

Si Kecil Ingin Menyentuh atau Memeluk Teman Bermainnya? Ajari Ia untuk Minta Izin Dulu

Konsep utama dari sebuah consent adalah mendapatkan persetujuan untuk melakukan sesuatu. Ajari anak agar mereka dapat mengerti dan menghargai jika temannya menolak untuk disentuh seperti dalam bentuk pelukan, dekapan, maupun gelitikan.

Begitupun jika hal itu terjadi pada dirinya sendiri. Ia berhak menolak jika ia merasa tak nyaman. Ajari mereka bahwa kata “tidak” dan “berhenti” adalah kata penting yang harus dihargai.

 

Kenalkan Anak dengan Batasan

Credit Image - timesofindia.indiatimes.com

Mengajari anak tentang consent adalah mengajari mereka tentang batasan. Ajari anak mengenai otonomi tubuh mereka. Semakin anak bertambah usia, jelaskan bahwa orang-orang tertentu bisa mendapatkan akses yang berbeda tentang tubuhnya.

Seperti, tidak masalah jika seorang Ibu atau Ayahnya memeluknya, tapi tidak dengan orang asing. Atau, tidak masalah jika seorang dokter memeriksa bagian tertentu tubuhnya di bawah pengawasan orang tua, tapi tidak dengan orang asing, secara diam-diam.

 

Ajari Anak untuk Membaca Ekspresi Wajah atau Situasi

Jelaskan pada sang anak bahwa kadang-kadang, ia dapat merasa aneh di dalam hati ketika merasakan bahwa seseorang atau situasi tidak benar, bahkan ketika Si Kecil tidak dapat mengatakan alasannya. Beri tahu mereka bahwa mereka harus selalu mendengarkan suara hati itu, bahwa sebagai manusia, otak terhubung dengan cara itu untuk melindungi dari bahaya.

Tekankan bahwa mereka harus menghormati naluri mereka. Permainan tebak-tebakan dengan ekspresi adalah cara yang bagus untuk mengajari anak-anak cara membaca bahasa tubuh.

 

Beritahu Soal “Sentuhan Boleh dan Tidak Boleh”

Credit Image - beautynesia.id

Selanjutnya, cara menganai anak soal consent adalah dengan mengenal bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh. Untuk anak yang lebih kecil, sentuhan boleh dan tidak boleh ada lagunya. Jadi orang tua bisa mengajarkan ini melalui lagu. 

Sedangkan untuk anak yang lebih besar bisa dengan diberi pengertian. Sentuhan boleh meliputi kepala, tangan dan kaki. 

Sedangkan sentuhan tidak boleh meliputi bagian tubuh yang tertutup baju dalam ditambah mulut dan pipi. Mintalah anak segera menghindar saat ada yang menyentuh bagian tubuh tersebut lalu bilang pada moms maupun dads.

 

Ajarkan Alternatif Sentuhan Fisik dengan Orang Lain

Meski tidak bersedia dipeluk atau dicium, anak masih bisa menawarkan alternatif lain pada keluarga yang ingin menyentuhnya. Misal dengan tos tangan atau siku. Cara mengajarkan anak tetap sopan saat menolak sentuhan fisik dari keluarga bisa dengan contoh kalimat: “Jangan cium ya om. Tos aja, yuk,”.

 

Menjadi Pendengar yang Baik – Berikan Respon yang Bijak

Credit Image - journal.sociolla.com

Masa anak-anak adalah masa-masa di mana pemikiran kritis anak mulai berkembang dan ingin mengetahui banyak hal. Tak menutup kemungkinan mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar seputar masalah seksualitas yang tak jarang membuat orangtua terkejut saat mendengarnya.

Alih-alih mengalihkan pembicaraan atau menyuruh mereka berhenti membahasnya, dengarkan apa yang mereka katakan dan jawablah dengan tepat dan tidak perlu terlalu mendetail. Namun, dengan cara yang bijak dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sang anak. 

 

Berani untuk Katakan Tidak

Cara terakhir untuk mengajari anak soal consent adalah berani untuk menolak akan hal yang tidak nyaman baginya.

Dilansir dari laman Parents, kata “tidak” tidak hanya diperlukan anak untuk melindungi dirinya saat ada yang akan menyentuhnya, tapi juga saat temannya berkata “tidak” untuk sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, anak harus menghargainya. 

Misal, ketika temannya berkata “tidak” saat diajak bermain, anak perlu menghargainya dengan tidak memaksanya. Kata “tidak” yang diucapkan orang lain juga sama pentingnya dengan kata “tidak” yang mereka ucapkan sendiri.

 

Jadi, consent adalah hal yang harus dikenalkan pada anak sejak ia berusia dini, ya, moms dan dads. Meski tak mudah, namun kamu dapat mulai mengajarkannya dengan tips di atas. Karena, sudah menjadi tugas orangtua untuk menjaga sang buah hati dari kekerasan seksual yang mungkin dapat dialaminya di dunia luar.

 

 

Featured Image – people.com

Source – beautynesia.id