Tugas dan peran orang tua dalam mengasuh anak adalah tanggung jawab yang tidak mengenal batasan waktu dan kondisi. Setidaknya dari anak lahir hingga mereka sampai di usia dewasa, kehadiran orang tua akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Begitu juga dengan orang tua yang terpaksa bercerai karena satu dan lain hal. Co-parenting adalah salah satu metode terbaik dalam mengasuh anak meskipun sudah tidak ada lagi ikatan pernikahan. Mari memahami co-parenting dari sisi pentingnya menjalankan pola asuh ini dan tipsnya.

 

Co-Parenting

Co-parenting adalah metode dan pola pengasuhan anak oleh orang tua yang sudah bercerai. Dikenal juga dengan istilah pengasuhan bersama, orang tua yang sudah berpisah tidak hanya sekedar bertanggung jawab memberikan kebutuhan fisik dan material saja. Namun yang terpenting adalah ikut hadir dan berkontribusi pada tumbuh kembang anak serta memastikan anak mendapatkan kasih sayang yang sama dengan sebelum berpisah. Karena sudah tidak lagi satu rumah, koordinasi waktu, peran, dan kesibukan masing-masing adalah tantangan yang harus dilalui oleh ayah dan ibu. Agar lebih memahami pentingnya co-parenting, simak ulasan detailnya berikut ini.

Alasan Pentingnya Co-Parenting

1. Berpengaruh pada Kesehatan Mental Anak

Sudah banyak ulasan yang menjelaskan bahwa orang tua yang bercerai memiliki potensi untuk memengaruhi kesehatan mental anak. Beberapa masalah yang umum ditemui adalah gangguan perilaku, masalah emosional, hingga gangguan mental. Apalagi jika kondisi perpisahan terjadi saat anak sudah mulai memahami konsep keluarga. Sehingga co-parenting penting dilakukan untuk mencegah masalah tersebut terjadi meskipun ayah dan ibu terpaksa berpisah. Selain itu, metode pengasuhan ini juga akan membantu tumbuh kembang emosional anak lebih maksimal.

2. Anak Lebih Tenang dan Percaya Diri

Pengasuhan bersama juga mampu mempertahankan rasa percaya diri pada anak, terutama ketika berhadapan dengan teman lain. Hal ini karena anak-anak masih mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian yang sama meskipun dengan cara yang berbeda. Mereka mungkin memahami konsep cerai namun hal tersebut tidak mengubah kehidupan mereka secara drastis. Sehingga hal ini juga akan berpengaruh besar pada rasa tenang tidak akan ditinggalkan oleh orang tua.

Berkaitan dengan alasan poin sebelumnya, ayah dan ibu juga dapat memiliki pola asuh yang konsisten. Ketika ayah dan ibu dapat bekerja sama dengan baik dalam hal pengasuhan, anak akan lebih terarah sesuai kebiasaan sebelum berpisah. Co-parenting juga dapat mencegah kebingungan pada anak dengan tidak menuntut mereka memilih salah satu model pengasuhan yang berbeda. Konsistensi ini juga akan membuat anak belajar bahwa pengelolaan dan koordinasi yang baik dapat mengantarkan mereka pada tujuan yang sama meskipun ada perubahan “posisi” pelakunya.


Tips Menerapkan Co-Parenting

1. Memahami Prinsip Co-Parenting

Tips pertama untuk menjalankan co-parenting adalah memahami prinsip pengasuhan bersama dengan benar. Beberapa contoh indikator yang harus dipenuhi adalah interaksi hangat dengan anak serta memenuhi aspek keterlibatan pengasuhan anak, seperti fisik, sosial, intelektual, dan spiritual. Baik ayah maupun ibu harus sama-sama merasa bertanggung jawab. Jangan sampai merasa sudah menjalankan co-parenting namun aksi nyatanya belum sesuai.

 


2.  Diskusi dan Komunikasi Berkualitas

Salah satu bentuk aksi nyata dimulai dari komunikasi dan diskusi yang baik antara ibu dan ayah. Fokuskan tujuan, target, dan pencapaian yang terbaik untuk anak. Kedua orang tua perlu memahami bahwa urusan anak adalah topik yang harus selalu terbuka. Dengan begitu konflik dapat diminimalisir, baik antara ayah dan ibu maupun antara orang tua dengan anak. Jauhkan bahan diskusi soal anak dari urusan pribadi dan perasaan bersalah.

3. Saling Mendukung dan Memahami

Sebagai orang dewasa, ayah dan ibu perlu memahami situasi dan kondisi satu sama lain. Kemudian saling mendukung ketika membicarakannya dengan anak. Ketika ibu atau ayah mampu memberikan penjelasan yang netral terkait kehadiran pasangan yang berkurang, misalnya, anak juga akan memahami dengan baik dan tidak bias dalam berpihak.

4. Strategi yang Disepakati Ayah dan Ibu

Dalam ranah teknis, ayah dan ibu mungkin memiliki cara mendidik atau pola asuh yang sedikit berbeda atau bahkan memiliki banyak perbedaan. Hal ini sah-sah saja jika ayah dan ibu mampu menemukan dan menyepakati strategi yang paling tepat. Tentu saja faktor keberhasilan tips sebelumnya berpengaruh besar pada tips yang satu ini.

5. Hati-Hati dengan Tindakan Remeh tapi Berpotensi Konflik

Selain tips di atas, ayah dan ibu harus berhati-hati agar tidak melakukan hal yang terlihat sepele namun berdampak besar di hadapan anak. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Menyampaikan pesan dari ayah ke ibu atau sebaliknya melalui anak. Hal ini memicu risiko kesalahpahaman dan membuat anak merasa bersalah.
  • Berbicara tidak baik tentang pasangan kepada anak. Hal ini dapat merusak rasa sayang anak kepada pasangan yang notabene masih ayah atau ibu kandung mereka.

Tips di atas masih bisa diturunkan dalam praktik sehari-hari sesuai dengan karakter keluarga. Menjalani pengasuhan oleh ayah dan ibu dengan situasi yang normal saja bukan perkara mudah, apalagi dengan perceraian. Meskipun begitu, selalu ada cara untuk mengusahakan kebahagiaan anak agar tidak terkena dampak negatif dari perpisahan orang tuanya.

 


Agar tips dan strategi yang diambil berjalan lancar, pastikan ibu dan ayah selalu dalam keadaan sehat ya. Baik sehat secara mental maupun fisik, terutama saat menghabiskan momen bersama anak. Khusus untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh tetap prima, Enervon-C Tablet siap mendukung kamu menjalani aktivitas sehari-hari. Dengan kandungan multivitamin kompleks dan mineralnya, kamu dapat menurunkan risiko tertular penyakit dan mempertahankan kebugaran tubuh. Jalani berbagai aktivitas dan waktu berkualitas dengan buah hati bersama Enervon-C Tablet. Untuk memastikan kamu mendapat produk yang asli, kunjungi toko official Enervon di Shopee dan Tokopedia sekarang juga!