Anak-anak yang masuk dalam generasi alfa, yaitu anak yang lahir dari tahun 2011 hingga sekarang, pasti sudah tidak asing lagi dengan teknologi digital. Bahkan sejak mereka balita kehadiran teknologi sangatlah pesat, baik melalui orang tua maupun secara langsung. Tentu saja dampak negatif yang mengikuti tingginya arus perkembangan teknologi sangat beragam dan tak luput dari bahaya. Baik bagi tumbuh kembang fisik maupun psikologisnya. Itulah kenapa orang tua harus mulai menerapkan pola asuh digital parenting. Mari mengenal digital parenting dan cara menerapkannya kepada anak-anak.

 

Digital Parenting

Digital parenting adalah pola asuh anak yang melibatkan kecanggihan teknologi dengan tujuan agar anak tidak terkena dampak negatif dunia digital. Selain itu, metode ini juga mengharuskan orang tua mengajarkan anak-anaknya agar bijak bersikap dan beretika selama menggunakan perangkat digital. Metode ini memungkinkan orang tua mendukung potensi minat dan bakat anak jauh lebih efektif dan efisien. Mengingat arus informasi yang cepat dari berbagai macam media digital.

Sehingga ayah dan ibu harus hadir dalam setiap interaksi anak-anak dengan teknologi dan membantu mereka memanfaatkan teknologi pada hal yang positif semaksimal mungkin. Pada era teknologi canggih, anak-anak juga harus mampu mengikuti perkembangannya agar tidak tertinggal dengan kemajuan yang ada. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan benteng yang kuat terlebih dahulu sebelum mereka terjun secara mandiri.

Penerapan digital parenting memang akan terasa sulit pada tahap awal. Namun jika dilakukan dengan tepat, ayah dan ibu bisa mulai melonggarkan kontrol sejak anak beranjak remaja. Kurang lebih pada usia 13-15 tahun mereka perlu dilatih mengambil keputusan sendiri sambil orang tua mengawasinya secara berkala.

 

 

Strategi Menerapkan Digital Parenting

1. Tahap Pengenalan

Tahap pertama dalam menerapkan digital parenting adalah mengenalkan anak-anak pada lingkungan teknologi sesuai dengan kebutuhan usianya. Karena setiap usia perkembangannya, anak-anak memiliki preferensi yang berbeda. Ajarkan mulai dari cara menggunakan, informasi dan konten apa yang akan didapatkan, hingga mengenalkan mereka beberapa media saluran yang aman. Kemudian lihat minat anak-anak dan berikan mereka dukungan dengan mengenalkannya pada program atau aplikasi lain yang sesuai.

2. Tahap Awal Penggunaan

Setelah anak-anak bisa menggunakan gawai, orang tua kemudian memberikan aturan agar penggunaannya seimbang dengan aktivitas fisik. Terlalu banyak memiliki waktu untuk mengakses gawai dapat meningkatkan risiko bahaya screen time. Salah satunya adalah pola komunikasi yang terhambat. Sehingga kamu perlu memberikan mereka pemahaman awal terkait pengetahuan pemanfaatan teknologi yang bijak.

Banyak variasi aktivitas fisik yang bisa kamu lakukan bersama anak-anak. Di antaranya adalah permainan tradisional, mengenalkan mereka pada teman sebaya, olahraga, hingga aktivitas yang berkaitan dengan seni, seperti menari, melukis, menyanyi, dan lain-lain. Memperbanyak aktivitas interaktif dapat mengurangi anak-anak dari kecanduan terhadap gawai dan dunia digital.

3. Tahap Pengawasan dan Perlindungan

Untuk tahap yang satu ini dilakukan secara beriringan dengan tahap yang kedua, yaitu fungsi pengawasan dan perlindungan. Pengawasan perlu dilakukan agar anak-anak tidak terpapar informasi negatif yang sering muncul tanpa disengaja, misal melalui kolom iklan. Untuk konten negatif dan terlanjur diketahui, berikan mereka pemahaman cara menyikapinya. Misalnya anak terlanjur melihat video kecelakaan yang terlalu vulgar, maka beritahu mereka untuk menghindari informasi serupa dan jangan menyebarkannya.

Cara lain mengawasi mereka adalah dengan mengecek halaman atau aplikasi apa saja yang sudah diakses anak-anak secara berkala. Kamu perlu menelusuri riwayat aktivitas mereka di dunia digital. Lakukan penyaringan (filter) dan pemblokiran pada halaman yang berdampak buruk, baik sengaja atau tidak.

Tahap ini juga termasuk dengan menerapkan fungsi perlindungan agar mereka terhindar dari kenakalan remaja berupa perundungan di dunia digital. Hal ini biasanya terjadi ketika anak-anak sudah mengenal aplikasi media sosial. Berikan mereka pemahaman untuk tidak berkecil hati jika suatu saat mendapatkan komentar kurang menyenangkan. Jangan lupa juga untuk mendekatkan diri dengan anak agar mereka mau terbuka terkait hal semacam ini.

 

Hal-hal yang Dapat Mendukung Prosesnya

Selain strategi atau cara menjadi digital parenting di atas, kamu juga perlu memperhatikan beberapa hal berikut untuk mendukung proses pembelajaran anak-anak. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Orang tua perlu memahami berbagai fitur suatu aplikasi atau gawai. Selain untuk mengenalkan mereka fitur yang bermanfaat secara optimal, kamu juga bisa memberikan kontrol secara tidak langsung. Misalnya, memanfaatkan fitur pembatasan waktu menonton Youtube sehingga kamu tidak perlu melakukan pemaksaan.
  • Akan jauh lebih efektif apabila orang tua juga menerapkan pola asuh demokratis. Salah satunya dengan mengajak anak-anak diskusi dan bekerja sama. Hal ini akan membantu anak kritis terhadap pengaruh negatif dan tanda-tandanya.
  • Orang tua perlu memberikan contoh atau teladan kepada anak terkait penggunaan gawai. Meskipun sifatnya kecil, anak akan memahami tujuan baiknya seiring tumbuh kembang mereka. Misalnya dengan mengusahakan untuk menghindari gawai selama berinteraksi dengan anak dan membatasi penggunaan gawai sebelum tidur.

 

 

Untuk mendampingi semua aktivitas belajar anak-anak, orang tua perlu mendukung pemenuhan energi hariannya. Selain memastikan pola makan sehat dan teratur, perkuat fisiknya dengan konsumsi suplemen berkualitas. Enervon-C Effervescent hadir dengan kandungan multivitamin dan mineral lengkap mampu meningkatkan kesehatan anak, kamu, dan keluarga. Pastikan kamu mendapatkan produknya yang asli dalam jumlah yang cukup sebagai stok dari e-commerce official Enervon Shopee atau Tokopedia.