Di beberapa negara, termasuk Indonesia, varian Delta sudah mulai mendominasi kasus Covid-19. Bahkan, dikhawatirkan varian tersebut dapat memperburuk gejala – hingga meningkatkan risiko rawat inap pasien Covid-19.

Varian Delta – atau B1617.2 yang pertama kali ditemukan di India memang menjadi salah satu penyebab ‘tsunami Covid-19 yang terjadi di negara tersebut. Dilansir dari Detik, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan bahwa varian Delta merupakan jenis yang tercepat dan terkuat.

Tapi, sebenarnya siapakah yang lebih rentan terserang varian Delta? Apa saja gejala yang dapat ditimbulkan? Dan, bagaimana cara meminimalisir risiko infeksinya?

Untuk menjawab sejumlah pertanyaan tersebut, berikut ini ulasan lengkapnya.

 

 

Varian Delta Covid-19, Siapa yang Paling Rentan Terinfeksi?

Credit Image - regional.kompas.com

Masih dilansir dari Detik, berdasarkan informasi dari National Health Service (NHS) Inggris menganalisis 92.029 kasus Covid-19 – antara awal bulan Februari, hingga pertengahan bulan Juni yang berkaitan dengan varian Delta.

Dari penelitian tersebut, ditemukan ada 82.500 orang yang terpapar varian Delta berada di usia 50 tahun ke bawah, dan 53.882 kasus di antaranya belum mendapatkan vaksin. Di antara kasus dalam kelompok yang belum divaksinasi Covid-19 – sebagian besar berada di kelompok usia di bawah 50 tahun, yaitu 52.846 kasus, dan hanya ada 976 kasus yang terjadi di atas usia 50 tahun.

Meski demikian, data menunjukkan 117 kematian warga Inggris yang terinfeksi varian Delta – dari data tersebut disebutkan bahwa pasien berada di kelompok usia di atas 50 tahun. Ada 8 kematian di antara usia di bawah 50 tahun – dengan enam di antaranya belum menerima vaksin, dan dua lainnya sudah menerima satu dosis vaksin.

 

Apa Saja Gejala yang Ditimbulkan Varian Delta?

Tidak terlalu berbeda dengan gejala infeksi strain aslinya, namun varian Delta disebut dapat membuat gejala menjadi lebih parah. Profesor Kedokteran Darurat dan Kesehatan Internasional di John Hopkins University Dr Bhakti Hansoti menyampaikan, ada beberapa gejala infeksi virus corona varian Delta, yaitu:

  • Sakit perut
  • Hilangnya selera makan
  • Muntah dan mual
  • Nyeri sendi
  • Gangguan pendengaran

Selain itu, seorang Profesor Epidemiologi Genetika di King’ College London, Tim Spector mengatakan bahwa gejala yang timbul akibat infeksi varian Delta terasa seperti flu yang parah. Adapun beberapa gejala yang paling sering dilaporkan, yaitu sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.

Gejala Covid-19 yang sebelumnya sering terjadi, seperti batuk dan kehilangan penciuman justru lebih jarang terjadu pada orang yang terinfeksi varian Delta. Sedangkan, pada pasien dengan usia lebih muda, gejala Covid-19 yang lebih dominan adalah pilek, tidak enak badan, dan kelelahan.

 

Bisakah Vaksin Membuat Lebih Kebal Dari Varian Ini?

Credit Image - infobanknews.com

Menurut data yang dilansir dari NHS, kebanyakan kasus varian Delta yang terjadi pada warga yang sudah divaksinasi penuh – relatif lebih sedikit. Dari total 92.029 kasus Covid-19 varian Delta, hampir 20 ribu orang sudah menerima vaksin dosis pertama, sementara 7.235 warga lainnya sudah menerima dua dosis.

Data tersebut diyakini para ahli sebagai pengingat bahwa tidak ada vaksin yang dapat memberikan 100 persen perlindungan. Hanya saja, dengan mendapat vaksin – risiko terinfeksi menjadi lebih rendah, dan jika terinfeksi pun mengalami gejala ringan.

 

Melakukan Upaya Pencegahan, Tetap Jadi Jalan Terbaik!

Di masa pandemi Covid-19, kesehatan merupakan hal paling berharga. Untuk itu, istilah lebih baik mencegah daripada mengobati – sangat benar adanya. Masyarakat diminta agar terus menerapkan upaya pencegahan, dengan menerapkan protokol kesehatan.

Pastikan sudah memakai masker ketika bepergian, menerapkan jaga jarak, rutin mencuci tangan, menghindari kerumunan, serta tidak bepergian – kecuali ada urusan yang mendesak. Sejumlah hal tersebut masih harus dilakukan meskipun sudah mendapatkan vaksinasi.

Selain itu, optimalkan perlindungan diri dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Hidup sehat – dapat bantu jaga imunitas tubuh tetap kuat.

Dan, yang tak boleh dilupakan – lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin, seperti Enervon-C yang memiliki kandungan vitamin lengkap. Multivitamin yang satu ini dianjurkan dikonsumsi dua kali sehari.

Konsumsi Enervon-C yang mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C 1000 mg untuk perlindungan ekstra.

Atau, bisa juga minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc – untuk bantu menjaga stamina agar tak mudah lelah, sekaligus optimalkan sistem kekebalan tubuh.

Untuk Si Kecil, moms dianjurkan untuk memberikan multivitamin Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D.

Deretan vitamin dalam Enervon-C Plus Sirup tersebut tak hanya dapat menjaga daya tahan tubuh anak saja, tetapi bermanfaat untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya, bantu memenuhi kebutuhan nutrisi, meningkatkan napsu makan, serta memelihara kesehatan tulang dan gigi.

 

Dengan adanya berbagai varian virus, termasuk varian Delta yang mudah menular – yuk, perketat kembali protokol kesehatan, serta jaga selalu imunitas agar tubuh dapat mendapatkan perlindungan maksimal!

 

 

Featured Image - hna.de

Source - detik.com