Deretan Hal yang Perlu Diperhatikan Agar Kondisi Pasien Isoman Tak Memburuk
Umumnya, pasien Covid-19 yang mengalami merasakan sesak napas, sampai tidak sadarkan diri.
Perburukan kondisi harus diperhatikan, sebab hal tersebut bisa berisiko berbahaya, hingga menyebabkan kematian. Ketika ada anggota keluarga yang tengah isolasi mandiri, kemudian mengalami gejala yang lebih berat, seperti susah napas, ada baiknya segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Selain itu, ada beberapa hal lainnya yang harus diperhatikan guna menghindari terjadinya perburukan kondisi pasien yang sedang isolasi mandiri. Apa saja hal tersebut? Berikut ini ulasan lengkapnya.
Saturasi Oksigen — Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Selama Isoman
Credit Image - suara.com
Dilansir dari CNN Indonesia, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan untuk memutus mata rantai penularan virus corona, yaitu dengan menjalani isolasi mandiri – bagi pasien tanpa gejala dan dengan gejala ringan.
Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa selama isolasi mandiri, pasien harus memerhatikan saturasi oksigen. Perlu diketahui, sesak napas dapat dideteksi melalui hitungan napas. Normalnya, seseorang bernapas sebanyak 16 sampai 20 kali per menit. Ketika napas terhitung di atas 24 kali, maka pasien sudah mengalami sesak.
Selain itu, gunakan oximeter yang berfungsi untuk mengukur saturasi okigen – atau seberapa banyak jumlah oksigen di dalam darah. Saturasi oksigen dapat dianggap normal ketika angka pada alat menunjukkan 95 sampai 100 persen.
Pencatatan kondisi setidaknya sekali sehari juga perlu dilakukan. Catatlah setiap tanda dan gejala, komplikasi, atau risiko berbahaya, seperti sesak napas, napas berat, nyeri dada, atau dehidrasi yang mungkin dialami.
Terkadang, pasien yang menjalani isolasi mandiri bisa saja mengalami peburukan kondisi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keadaan sistem kekebalan tubuh – atau pasien mungkin sedang dalam kondisi yang kurang fit. Selain itu, ada pula risiko terkena varian baru virus, termasuk varian Delta yang mampu meningkatkan keparahan gejala pada pasien.
Perhatikan Pula Asupan Nutrisi
Credit Image - dherbs.com
Selama isolasi mandiri, pasien juga perlu mendapatkan asupan makanan bernutrisi, sekaligus vitamin dan obat-obatan yang sesuai dengan gejala agar proses pemulihan dapat berjalan dengan baik. Namun, perhatikan pula dosis dan cara minum obat agar tidak menimbulkan penyakit lainnya, seperti lambung yang nyeri.
Selain itu, pasien juga harus memerhatikan asupan makanan. Pastikan sudah mendapatkan makanan dengan gizi seimbang yang dapat membantu proses pemulihannya. Pasien dianjurkan untuk mengonsumsi sayur sebanyak 3-4 porsi dalam sehari, dan 2-3 porsi buah per hari. Satu porsi tersebut dapat diukur dengan satu kepalan tangan ya. Asupan buah dan sayur dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi mikro, seperti vitamin dan mineral.
Perlu diketahui bahwa pasien Covid-19 tidak boleh kekurangan Vitamin A, C, D, E, Selenium, dan Zinc yang berperan untuk meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga virus dapat dilawan secara maksimal – dan proses pemulihan bisa berjalan dengan baik.
Pasien Covid-19 juga harus memenuhi kebutuhan gizi lainnya, seperti protein – sebanyak 15 sampai 25 persen dari kebutuhan energi per hari, atau setara dengan ukuran satu telapak tangan ya. Jadi, dalam sekali makan, dibutuhkan sekitar 2,5 porsi sumber protein.
Kemudian, kebutuhan lemak juga diperlukan oleh pasien Covid-19, yakni sebesar 20 sampai 25 persen dari kebutuhan energi harian. Lemak biasanya dapat diperoleh dari minyak, santan, dan sumber protein hewani.
Tapi, lebih baik utamakan sumber lemak tak jenuh seperti Omega-3 – yang bisa diperoleh dari minyak kanola, ikan, dan kacang-lkacangan. Atau, Omega-9 yang bisa diperoleh dari minyak zaitun dan alpukat.
Lalu, hindari pula beberapa makanan tertentu, apalagi yang dapat menyebabkan inflamasi, seperti makanan cepat saji maupun camilan tinggi akan kandungan garam, gula, dan lemak jenuh. Hindari juga minuman-minuman yang mengandung tinggi gula.
Konsumsi Vitamin Untuk Bantu Proses Pemulihan
Credit Image - topcareer.id
Di masa isolasi mandiri, pasien juga perlu mendapatkan asupan vitamin yang cukup. Ada pun beberapa vitamin yang direkomendasikan, seperti vitamin C yang sifatnya non-acidic tiga kali sehari satu tablet (500 mg) selama 2 pekan – atau vitamin C tablet isap dua kali sehari satu tablet (500 mg) selama sebulan. Dan, bisa juga mengonsumsi multivitamin mengandung vitamin B, C, E dan zinc dua tablet sehari selama satu bulan.
Untuk suplemen yang dianjurkan, kamu dapat mengonsumsi multivitamin Enervon-C yang memiliki sejumlah kandungan vitamin, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.
Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra dan mampu membuat tubuh merasa segar sepanjang hari.
Atau, buat yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekaligus mengoptimalkan kinerja sistem imun.
Selain dapat menjaga daya tahan tubuh, multivitamin Enervon Active juga bisa membantu mengoptimalkan proses metabolisme, sehingga makanan yang dikonsumsi dapat diubah menjadi energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini berkat kandungan Vitamin B Kompleks dalam kedua multivitamin tersebut.
Itulah ulasan mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan selama isolasi mandiri, sehingga pasien tidak mengalami perburukan kondisi. Jika kamu atau anggota keluarga sedang menjalani masa karantina, coba perhatikan lagi sejumlah hal di atas, ya!
Featured Image - jakartanotebook.com
Source - cnnindonesia.com