Hingga kini, pemerintah Indonesia masih terus menggencarkan program vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum, termasuk ibu hamil. Sejak Agustus 2021 silam, diketahui kelompok yang rentan terinfeksi virus.

Untuk itu, tak heran kalau pemerintah mulai melakukan sosialisasi pentingnya vaksin Covid-19 buat ibu hamil. Meski demikian, ada rintangan lainnya yang mesti dihadapi, yakni bolehkah ibu hamil dengan kondisi autoimun menerima vaksin?

Tak perlu khawatir, layanan vaksinasi untuk pengidap autoimun sudah tersedia, namun pengidapnya hanya boleh menerima jenis vaksin tertentu – atau yang sudah disesuaikan dengan kondisi kesehatannya.

Lantas, apakah aman ibu hamil dengan autoimun menerima vaksin Covid-19? Berikut ini informasi lengkapnya.

 

 

Ibu Hamil Dengan Autoimun Wajib Konsultasi Dahulu

Credit Image - halodoc.com

Dilansir dari PopMama, Dokter Obstetri dan Ginekologi, William T Wahono mengatakan, ibu hamil pengidap autoimun wajib konsultasi ke dokter – maupun petugas kesehatan terlebih dahulu sebelum menerima vaksin Covid-19.

Nantinya, dalam sesi konsultasi tersebut dokter pun akan memberikan rekomendasi, apakah boleh di vaksin, atau justru belum boleh. Jadi, jangan langsung vaksin begitu saja. Sebaiknya, periksakan dahulu kondisi autoimun yang dimiliki – pasalnya, kondisi tersebut punya banyak jenis.

Pada dasarnya semua ibu hamil diwajibkan konsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum divaksin Covid-19. Karena, ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil perlu menunda vaksinasi, seperti suhu tubuh di atas 37,5 derajat Celcius, tekanan darah di atas 140/90 mmHG, dan ada keluhan preeklampsia. 

 

Amankah Vaksin Untuk Pengidap Autoimun?

Masih mengenai vaksin untuk autoimun, dijelaskan pula bahwa vaksin yang tersedia aman untuk para pengidap autoimun. Meski demikian, lagi-lagi, dokter perlu mengetahui terlebih dahulu jenis autoimun – dan kemungkinan ibu hamil memiliki komorbid.

Jika kondisi ibu dan janin di dalam kandungan sudah baik, maka tidak ada masalah untuk menerima vaksinasi. Begitu pula sebaliknya, jika ibu punya komorbid – maupun terdeteksi adanya gangguan kehamilan, maka ada baiknya vaksinasi ditunda dahulu.

Tidak melakukan konsultasi ke dokter terkait bisa saja membuat ibu hamil pengidap autoimun lebih sulit menerima vaksin. Sebab, pemerintah pun mewajibkan pengidap autoimun untuk membawa surat rekomendasi dokter – yang menyatakan bahwa kondisi tersebut masih terkendali, sehingga aman untuk divaksinasi.

Surat rekomendasi tersebut juga diperlukan oleh ibu hamil yang sedang mengonsumsi obat penekan kekebalan – atau disebut juga sebagai imunosupresan. Untuk ibu hamil yang sedang mengonsumsi imunosupresan akan membuat vaksin lebih sulit bekerja.

 

Jadi, Kapan Ibu Hamil Boleh Divaksin?

Credit Image - cnnindonesia.com

Ibu hamil boleh divaksinasi ketika usia kehamilan sudah di atas 12 minggu. Kemudian, memiliki tekanan darah maksimal 140/90 mmHg, sekaligus tidak punya gejala preelkampsia. Kalau ibu hamil punya gejala sakit kepala – atau nyeri di ulu hati, ada baiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu, agar proses vaksinasi lebih aman dijalani.

Untuk vaksin yang diperoleh, ibu hamil disarankan menggunakan jenis vaksin berbasis mRNA, seperti Moderna. Penggunaan jenis vaksin tersebut berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan jenis vaksin mRNA aman diberikan kepada ibu hamil dan menyusui. 

Perlu diketahui bahwa vaksin mRNA tidak mengandung virus, melainkan komponen genetik yang menyerupai materi genetik virus corona. Selain itu, kandungan dalam vaksin mRNA lebih aman untuk janin karena tidak dapat menembus plasenta. 

 

Sudah Divaksin, Tapi Langkah Pencegahan Masih Harus Dilakukan!

Meskipun sudah divaksinasi, namun bukan berarti 100 persen kebal terhadap ancaman virus corona. Sebab, pada dasarnya vaksin bekerja dengan mengenali sebagian dari virus – yang kemudian akan diidentifikasi oleh sistem imun tubuh. Harapannya, kekebalan dapat dengan cepat mengindentifikasi dan melawan, jika virus aslinya datang menyerang tubuh.

Tapi sekali lagi, tidak ada vaksin yang dapat bekerja dengan memberikan kekebalan seutuhnya terhadap suatu penyakit. Selain itu, respons imun setiap orang bisa berbeda-beda terhadap vaksin. Dari hal ini, tak menutup kemungkinan penerima vaksin masih bisa terinfeksi virus.

Untuk itu, setelah vaksinasi, prokes masih harus dijalani. Namun, bukan berarti vaksin tidak bermanfaat, melainkan dengan vaksin risiko infeksi dapat semakin diminimalisir. Bahkan, kalau terpapar sekalipun makan gejala yang dirasakan tidak berat, atau tidak berisiko mengalami kematian.

Jadi, pastikan selalu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan — atau dapat gunakan hand sanitizer setelah menyentuh benda di ruang publik, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas – hindari bepergian kecuali untuk urusan mendesak.

Yang tidak kalah penting, selain menerapkan protokol kesehatan, menjaga imunitas setelah vaksinasi juga penting dilakukan. Masyarakat sangat dianjurkan menjalani gaya hidup sehat, seperti memiliki pola makan bergizi seimbang, rutin berolahraga — aktif bergerak bisa kurangi risiko infeksi virus, miliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas, serta kelola stres dengan baik.

Kemudian, mengonsumsi suplemen setelah vaksin juga masih sangat dianjurkan. Adapun suplemen yang baik dikonsumsi, yaitu suplemen jenis imunomodulator. Ini merupakan jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan pembentukan sistem imun, atau menahan laju pembentukan sistem imun ketika tubuh merasa sudah terbentuk sistem imun dalam jumlah cukup.

Untuk suplemen yang direkomendasikan – kamu dapat konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Selain dapat menjaga daya tahan tubuh, multivitamin Enervon Active juga bisa membantu mengoptimalkan proses metabolisme, sehingga makanan yang dikonsumsi dapat diubah menjadi energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini berkat kandungan Vitamin B Kompleks dalam kedua multivitamin tersebut.

Namun, bagi ibu hamil dan menyusui, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke petugas kesehatan – atau dokter terkait sebelum mengonsumsi jenis vitamin tertentu.

 

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa vaksin Covid-19 aman diberikan bagi ibu hamil dengan autoimun, selama jenis vaksinnya sudah disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing. Dan yang penting, lakukan konsultasi terlebih dahulu sebelum vaksinasi.

 

 

Featured Image - hellosehat.com/

Source - popmama.com