Selama pandemi Covid-19, sebagian besar aktivitas sosial menjadi terbatas. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang sulit bertemu dengan sanak saudara, kerabat, teman, atau orang terdekatnya. Meski demikian, saat ini pemerintah sudah memutuskan menurunkan level pembatasan tersebut di beberapa wilayah.

Sayangnya, terlalu lama di rumah saja membuat sebagian orang merasa bahwa interaksi – dan melalukan kegiatan normal seperti sebelum pandemi adalah hal yang menakutkan. Apakah kamu juga merasa hal yang sama?

Kecemasan selama beraktivitas tersebut memiliki istilah medis yang disebut juga sebagai Covid anxiety syndrome. Lebih lengkap mengenai kondisi yang satu ini – berikut ulasan lengkapnya.

 

 

Apa Itu Covid Anxiety Disorder?

Credit Image - edition.cnn.com

Sebagian besar orang mengalami kekhawatiran dan ketakutan terhadap dampak dari Covid-19 yang mendunia. Menurut para ahli, pengalaman yang terkait dengan rasa takut dan khawatir ini disebut dengan sindrom kecemasan Covid, atau Covid anxiety syndrome.

Kondisi tersebut merupakan sesuatu hal yang ditandai dengan kebiasaan mengecek gejala Covid-19 secara terus-menerus, menghindari tempat umum, terlalu takut kotor, dan kebiasaan lain yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri.

Para ahli menyatakan bahwa kemungkinan perilaku khawatir secara berlebihan akibat sindrom ini akan bertahan cukup lama, bahkan setelah situasi pandemi sudah terkendali.

Berdasarkan studi dari PLoS One pada Juni 2020, sebanyak 1.493 orang merasa terinfeksi Covid019, di mana kenyataannya hanya 245 yang terdeteksi positif. Studi ini melibatkan 6.149 partisipan berusia 18 tahun ke atas.

Studi tersebut juga menemukan bahwa sindrom tersebut berkaitan dengan tingkat kecemasan dan depresi di atas rata-rata. Selain itu, Covid anxiety syndrome juga memiliki gejala yang mirip dengan masalah mental lainnya, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD) dan obsessive-compulsive disorder (OCD).

 

Gejala Covid Anxiety Syndrome

Untuk mewaspadai kondisi tersebut, berikut ini sejumlah tanda – dan juga gejala yang berkaitan dengan Covid anxiety syndrome.

  • Terlalu sering memikirkan segala hal yang berkaitan dengan Covid-19
  • Rasa cemas sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, misalnya tidak mau sama sekali belanja ke supermarket meskipun risiko terkena virus di wilayahmu sudah terbilang rendah.
  • Mengisolasi diri dari orang lain meski sebenarnya baik-baik saja.
  • Merasa kehilangan harapan dan pesimis terhadap pandemi ini.
  • Mengalami kesulitan tidur.
  • Merasakan gejala-gejala fisik yang tak wajar, seperti sering sakit kepala atau sakit perut.

Selain itu, beberapa orang yang mengalami sindrom ini dikatakan dapat mengalami peningkatan stres, kecemasan, bahkan menimbulkan pikiran untuk bunuh diri. Jika bingung membedakan apakah kecemasan yang dialami masih tergolong wajar – atau sudah termasuk gejala Covid anxiety syndrome, coba tanyakan hal-hal di bawah ini kepada diri sendiri.

  • Apakah respons saya sejalan dengan potensi risiko atau bahaya yang ada saat ini?
  • Apakah orang-orang terdekat saya merasa khawatir akan tingkat ketakutan yang saya alami?
  • Apakah saya mematuhi protokol kesehatan Covid-19 di daerah saya, seperti menerapkan physical distancing, mencuci tangan, dan memakai masker?

Apabila tingkat kecemasan yang dirasakan tidak sesuai dengan potensi ancaman yang ada saat ini, mungkin ini waktu yang tepat untuk mencari pertolongan profesional seperti dokter – atau psikolog.

 

Apa yang Menjadi Penyebabnya?

Credit Image - prodiaohi.co.id

Menurut para ahli, Covid anxiety syndrome kemungkinan disebabkan oleh rasa takut tertular virus corona, serta pandemi yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Selain itu, sebuah penelitian dari jurnal Psychiatry Research menyatakan bahwa dimensi kepribadian The Big Five juga berpengaruh terhadap potensi terkena sindrom tersebut.

Masih dari studi yang sama, orang-orang dengan kepribadian neurotisisme berisiko tinggi mengalami sindrom ini. Neurotisisme sendiri merupakan kepribadian yang berkaitan erat dengan emosi negatif, seperti ketakutan, kesedihan, dan emosi tidak stabil.

Selain itu, orang-orang dengan gejala OCD juga lebih rentan mengembangkan sindrom ini di tengah-tengah ketidakpastian pandemi. Ditambah lagi, kondisi pandemi juga dapat memperparah gejala OCD.

Dan, ada pula beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang terkena sindrom ini meliputi hal seperti berikut:

  • Memiliki toleransi rendah terhadap ketidakpastian. Jika seseorang tidak dapat menghadapi ketidakpastian dengan baik, ia lebih rentan mengalami kekhawatiran berlebih dan mengembangkan sindrom ini.
  • Paparan terhadap media. Berita mengenai Covid-19 telah diliput secara luas oleh media sehingga masyarakat terus-menerus mengonsumsi hal-hal negatif terkait pandemi. Fenomena inilah yang meningkatkan risiko munculnya sindrom kecemasan.

 

Cara Mengatasi Sindrom Tersebut

Ada beberapa langkah yang bisa dicoba untuk mengendalikan gejala-gejala sindrom kecemasan akibat Covid-19, seperti:

  • Mencari berita-berita positif terkait pandemi, seperti perkembangan vaksin, penurunan kasus, serta pilihan pengobatan yang sudah ada.
  • Menjalani hari-hari secara perlahan dan tidak berekspektasi tinggi terhadap pandemi. Daripada memikirkan kapan situasi kembali normal. ada baiknya kamu mulai menerima dan menjalani kehidupan secara santai, sembari tetap menerapkan protokol kesehatan.
  • Bicarakan kecemasan dan kekhawatiran dengan orang terdekat. Hal ini akan membantumu mendapatkan dukungan moral untuk menjalani hari-hari.
  • Pertimbangkan untuk membatasi waktu berselancar di media sosial untuk menghindari berita-berita negatif terkait Covid-19.
  • Luangkan waktu untuk mempraktikkan self care setiap hari, seperti berolahraga, bersantai, mendengarkan lagu, dan kegiatan lain yang bertujuan untuk mengurangi stres.

Jadi, itulah ulasan mengenai Covid anxiety syndrome yang dapat dialami oleh siapa saja. Jika kamu mengalaminya, cobalah mengatasinya dengan sejumlah cara di atas, ya. Namun, kalau perasaan tak kunjung membaik, kamu juga bisa segera mencari bantuan dari profesional.

 

 

Featured Image – portstluciehospitalinc.com

Source – hellosehat.com