Belakangan waktu terakhir, kasus reinfeksi Covid-19 mungkin sudah tidak lagi terdengar asing. Mulai dari keluarga, teman, atau dirimu sendiri mungkin saja mengalami kondisi tersebut. Bahkan, infeksi ulang pun kerap dialami oleh orang yang telah menerima vaksin.

Lantas, mengapa reinfeksi dapat terjadi? Hal ini tak selalu disebabkan oleh kekebalan yang melemah. Tetapi, adanya mutasi virus yang dapat meningkatkan kasus infeksi ulang. Dilansir dari IDN Times, berikut ini informasi lengkap mengenai penyebab reinfeksi Covid-19.

 

 

Varian Baru bisa Menipu Kekebalan

Credit Image - bbc.com

Mengapa reinfeksi atau infeksi ulang bisa terjadi? Bisa karena beberapa hal, seperti munculnya varian baru. Dilansir dari IDN Times, dikatakan bahwa varian Omicron memiliki karakteristik yang jauh berbeda dengan varian-varian sebelumnya.

Varian tersebut mampu menipu kekebalan tubuh manusia. Varian Omicron ini mengalami mutasi yang menimbulkan immune escape. Sehingga tidak dikenali lagi oleh sistem imun tubuh. Ketika ada infeksi, ini berarti sistem imunitas tidak memenuhi syarat, sehingga tidak mampu menahan serangan dari luar.

 

Antibodi Berkurang Setelah 3-6 Bulan

Sekitar 3–6 bulan setelah vaksinasi maupun infeksi alami, antibodi mulai menurun sehingga kita perlu mempertimbangkan vaksinasi ulang. Memang, vaksin tidak mencegah penularan. Namun, gejalanya tidak seberat jika tidak divaksinasi.

Yang jelas, vaksin bisa mencegah angka kematian dan perawatan di rumah sakit dan kita punya opsi untuk isolasi mandiri jika asimtomatik atau bergejala ringan. Akan tetapi, jangan merasa kengah apabila sudah divaksinasi, karena ini tidak ada artinya bila protokol kesehatan tidak dijalankan. Saat lengah, maka inilah waktunya virus akan masuk ke dalam tubuh.

Ketika sudah melakukan vaksinasi lengkap atau mungkin ada yang sudah memperoleh booster, yang paling baik adalah melakukan langkah-langkah pencegahan.

 

Risiko Reinfeksi Lebih Tinggi pada Orang dengan Komorbid

Credit Image - gatra.com

Komorbid didefinisikan sebagai lebih dari satu penyakit atau kondisi yang hadir pada waktu yang sama. Adapun berbagai penyakit yang bisa memperparah Covid-19 adalah diabetes, hipertensi, obesitas, penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, autoimun, hingga penyakit pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Orang yang memiliki komorbid memproduksi antibodi pasca vaksinasi lebih rendah dibandingkan dengan populasi sehat, sehingga risiko reinfeksi juga lebih tinggi.

Selain itu, efektivitas vaksin sudah jauh berkurang karena Omicron merupakan mutasi yang ke sekian. Makin banyak yang tertular, maka herd immunity yang dibutuhkan lebih tinggi. Karena varian Omicron menular sangat cepat, diperlukan herd immunity 85 sampai 90 persen dari total populasi.

 

Varian Omicron Lebih Sering Menyerang Saluran Pernapasan Atas

Dikatakan bahwa pasien Omicron banyak yang mengeluhkan sakit tenggorokan, batuk, dan pilek. Ketiga gejala inilah yang paling dominan. Hal ini cukup berbeda dari varian lainnya, mengingat setiap varian memiliki karakteristik dan organ target sendiri. Untuk Omicron, ini menyerang saluran napas bagian atas.

Meskipun penyebaran atau transmisinya begitu cepat, tetapi efeknya sangat berbeda dengan varian Delta atau Alpha. Gejalanya cenderung lebih ringan, tetapi tetap tidak boleh diremehkan. Setiap orang tetap berisiko tertular meski sudah mendapat vaksin.

Perlindungan bisa didapat dari kombinasi vaksinasi, istirahat cukup, makan makanan yang sehat, dan menerapkan protokol kesehatan. Semuanya adalah satu kesatuan, tidak bisa hanya mengandalkan salah satunya saja.

 

Hindari Reinfeksi, Terus Lakukan Langkah Pencegahan!

Credit Image - alodokter.com

Langkah paling efektif untuk mencegah penyebaran dan penularan varian Omicron, termasuk risiko reinfeksi, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan berupa menjaga jarak, memakai masker, rutin mencuci tangan, hingga membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi dan menghindari tempat yang ramai.

Selain itu, mendapatkan vaksinasi secara lengkap sekaligus booster juga tak kalah pentingnya. Nantinya, setelah vaksin, kamu juga masih disarankan untuk mematuhi protokol kesehatan dan menjaga kekebalan tubuh.

Menjaga kekebalan dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Hidup sehat – dapat bantu jaga imunitas tubuh tetap kuat. Dan, lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin, seperti Enervon-C dan Enervon Active.

Multivitamin andalanmu yang satu ini memiliki kandungan lengkap, mulai dari Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – yang dapat menjaga daya tahan tubuhmu agar tidak mudah sakit.

Konsumsi Enervon-C Effervescent dengan kandungan vitamin C lebih tinggi, yakni 1000 mg untuk memberikan perlindungan ekstra, serta mampu membuat tubuhmu terasa lebih segar.

Namun, jika kamu memiliki masalah lambung yang cukup sensitif, maka direkomendasikan untuk mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Dengan rutin mengonsumsi multivitamin dari Enervon, imunitas tubuh bakal lebih kuat, sehingga tidak mudah terjangkit penyakit, termasuk Covid-19. Selain itu, kandungan vitamin B kompleks di dalamnya juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga makanan yang kamu konsumsi dapat diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama.

 

Risiko infeksi ulang, terlebih akibat varian Omicron masih terus mengancam. Untuk menghindarinya, tetap lakukan langkah pencegahan dan jaga selalu kekebalan tubuh agar tidak mudah sakit!

 

 

Featured Image – wexnermedical.osu.edu

Source – idntimes.com