Anak Lebih Kebal Terhadap Covid-19, Ini Fakta atau Mitos?
Virus corona penyebab Covid-19 dapat menyerang siapa saja, mulai dari orang dewasa, anak remaja, dan anak-anak. Gejala yang dialami setiap pasien pun dapat berbeda-beda, tergantung sistem kekebalan, komorbid yang dimiliki.
Meski demikian, belum lama ini banyak kabar beredar bahwa anak lebih kebal terhadap infeksi Covid-19, termasuk varian Omicron. Namun, apakah kabar tersebut benar? Dan, jika anak terpapar virus corona, apa saja gejala yang mungkin dialami?
Yuk, simak informasi lengkapnya di bawah ini!
Apakah Anak Lebih Kebal Terhadap Covid-19?
Credit Image - lifestyle.okezone.com
Dilansir dari CNN Indonesia, dokter spesialis anak-konsultan penyakit infeksi tropis, Profesor Hingky Hindra Irawan Satari mengatakan bahwa sampai sekarang belum ada yang dapat memastikan kebenaran kabar tersebut. Belum diketahui apakah anak lebih kebal – atau reseptor yang dimiliki belum matang, sehingga virusnya tidak bisa menempel.
Namun, melihat data kasus positif Covid-19, justru kasus pada anak masih terus meningkat sejak awal tahun. Tak hanya itu, sejak varian Omicron ditemukan, muncul juga laporan kematian pada balita, yang menyumbang angka 3 persen dari total 1.090 kematian.
Lagi pula, pandemi Covid-19 telah berlangsung selama dua tahun. Dengan demikian, virus yang pada dasarnya memiliki naluri hidup, terus beradaptasi dengan cara mutasi. Untuk itu, penting sekali memerhatikan kondisi anak ketika ia mulai merasakan gejala. Melakukan tes PCR dan isolasi mandiri juga sangat disarankan.
Gejala Covid-19 pada Anak
Credit Image - halodoc.com
Secara umum, gejala Covid-19 pada anak sendiri juga tak jauh berbeda dengan orang dewasa. Tubuh lemas, sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam menjadi gejala yang paling sering ditemukan. Sementara batuk cukup jarang ditemukan.
Namun, ada gejala khas yang mungkin lebih sering dialami anak, yakni penurunan nafsu makan. Anak dapat tiba-tiba menjadi susah makan – atau menghindari makanan padat. Hal tersebut terjadi karena dampak virus terhadap indera penciuman dan pengecap, sehingga rasa makanan pun ikut berubah.
Gejala tersebut berdasarkan dokter yang mengamati dua balita berusia di bawah 18 bulan – dan terinfeksi Covid-19. Saat mengonsumsi makanan padat, kedua balita sulit mengunyah, kemudian akhirnya memuntahkan kembali makanannya.
Kondisi tersebut berlanjut bahkan setelah 6-8 bulan dari sejak awal diagnosis. Kedua anak tersebut memerlukan waktu sampai bisa kembali mengonsumsi makanan padat dalam porsi, sama seperti sebelum infeksi Covid-19.
Hindari Si Kecil dari Infeksi Virus Corona, Lakukan Hal Ini!
Credit Image - popmama.com
Untuk menghindari anak terinfeksi virus corona, orangtua perlu mengajak anak lakukan protokol kesehatan 5M – yang meliputi, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Lalu, jaga selalu kesehatan tubuh dan imunitas si kecil – dengan mengajak anak hidup sehat, seperti memberi makanan bergizi dan bernutrisi, rutin melakukan aktivitas fisik, dan istirahat yang cukup.
Optimalkan pula hidup sehat Si Kecil dengan rutin memberinya multivitamin lengkap, seperti Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D.
Deretan kandungan vitamin tersebut mampu menjaga daya tahan tubuh anak agar tidak mudah sakit, membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, mengoptimalkan proses tumbuh kembangnya, memelihara kesehatan tulang dan gigi, sekaligus meningkatkan nafsu makan Si Kecil.
Jadi, apakah anak sudah pasti lebih kebal dari Covid-19? Ternyata, hal ini belum dapat dipastikan. Untuk itu, mengajak anak menjalani protokol kesehatan masih sangat diperlukan – dan menjaga kekebalan juga tak boleh dilewatkan. Hal ini dilakukan guna meminimalisir risiko paparan virus!
Featured Image – rdk.fidkom.uinjkt.ac.id
Source – cnnindonesia.com