Sudah diketahui, lever – atau disebut juga sebagai hati merupakan organ penting yang bertugas untuk menyaring zat asing atau racun dari darah. Organ yang satu ini juga mampu regenasi jika sedang mengalami kerusakan.

Namun, jika kerusakan yang dialami cukup hebat, maka dampaknya pun bisa dirasakan oleh tubuh secara langsung. Salah satu ancaman terhadap organ ini adalah hepatitis. Bahkan, penyakit hepatitis akut pun tengah mengkhawatirkan masyarakat dunia, termasuk orangtua, karena penyakit tersebut sering menyerang anak-anak.

Jika biasanya banyak orang yang mengenal hepatitis A dan B saja, namun ternyata masih banyak jenis hepatitis lainnya yang penting untuk diketahui. Apa saja? Berikut ulasannya.

 

 

Hepatitis A

Credit Image - kompas.com

Disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV), virus tersebut bersifat stabil di lingkungan asam dan tahan terhadap panas. Berdasarkan buku Fields Virology, penyakit ini dapat menular secara fekal-oralArtinya, virus bisa masuk ke mulut lewat benda, makanan, atau minuman yang terkontaminasi feses penderita hepatitis A.

Bila kamu terinfeksi HAV, gejala umumnya muncul beberapa minggu setelah tertular. Gejala yang paling terlihat adalah perubahan warna mata dan kulit menjadi kuning. Namun, sebelum itu timbul, gejala yang bisa dirasakan meliputi:

  • Demam.
  • Badan lemas.
  • Mual muntah.
  • Warna urine menggelap.
  • Warna tinja jadi pucat.

Infeksi ini jarang menimbulkan kematian sel hati, karena gejala yang muncul bersifat akut. Hepatitis A tidak berkembang menjadi infeksi kronis atau pun menyebabkan kegagalan hati. Meskipun demikian, karena mudah menular, hepatitis A sering menjadi wabah di suatu daerah.

Karena penularan utama virus adalah lewat kontak langsung dengan benda, makanan, atau makanan yang terkontaminasi tinja penderita, maka cara utama pencegahan hepatitis A adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sebaik mungkin.

 

Hepatitis B

Hepatitis B adalah diakibatkan oleh virus hepatitis B (HBV). HBV adalah satu-satunya virus penyebab hepatitis yang termasuk DNA virus, tidak seperti virus penyebab hepatitis lainnya yang merupakan RNA virus.

Virus dapat ditularkan lewat jarum suntik yang terkontaminasi, kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, dan hubungan seks. Selain itu, virus bisa diturunkan dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya.

Hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga penderitanya tidak sadar bahwa dia terinfeksi. Walaupun demikian, gejala tetap bisa muncul setelah 1-5 bulan sejak pertama kali terpapar virus, meliputi:

  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Lemas.
  • Penyakit kuning.

Mengutip buku Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology, infeksi HBV awalnya bersifat akut. Namun, bila tidak ditangani dengan benar, infeksi bisa berkembang menjadi kronis. Tak hanya itu, sering sekali infeksi bersifat permanen, bahkan dapat menyebabkan kanker hati. Kabar baiknya, hepatitis B dapat dicegah dengan vaksinasi.

 

Hepatitis C

Credit Image - lifepack.id

Diakibatkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV), virus bisa menular lewat kontaminasi jarum suntik. Berdasarkan studi dalam  jurnal Nature tahun 2011, infeksinya bisa berkembang menjadi kronis. Tak hanya itu, hepatitis C bisa bersifat kronis aktif dan menyebabkan sirosis hingga kanker hati (dalam 20 tahun). Kebanyakan kasus hepatitis C berawal dari hepatitis B.

Biasanya, cuma sedikit orang yang mengalami gejala saat mengalami hepatitis C akut (enam bulan pertama sejak tertular HCV). Adapun gejala yang mungkin terjadi adalah:

  • Demam.
  • Hilang nafsu makan.
  • Sakit perut.
  • Muntah dan penyakit kuning.

Kalau penyakit sudah berkembang menjadi kronis, umumnya penderita juga tidak mengalami gejala, sampai akhirnya terjadi kerusakan pada hati. Gejala yang bisa timbul antara lain:

  • Tubuh lelah seharian.
  • Nyeri sendi dan otot.
  • Perut kembung.
  • Kulit gatal.
  • Nafsu makan menurun.
  • Mual dan muntah.
  • Mudah memar atau berdarah.
  • Gangguan ingatan jangka pendek dan sulit fokus.
  • Perubahan mood.
  • Penyakit kuning.
  • Asites (adanya cairan di rongga perut).
  • Muntah darah.
  • Penurunan kesadaran.

HCV tergolong virus yang memiliki keragaman genom tinggi. Ini menyebabkan respons terhadap antivirus berbeda-beda di tiap wilayah, meski gejala yang muncul sama. Selain itu, HCV juga mudah bermutasi pada infeksi kronis, sehingga sulit untuk menciptakan vaksin untuk virus tersebut.

 

Hepatitis D

Bersumber dari buku Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology, virus hepatitis D (HDV) berbentuk tidak sempurna (cacat), sehingga tidak bisa menginfeksi tanpa adanya HBV. Di dalam aliran darah, HDV menggunakan envelope HBsAg dari HBV untuk menginfeksi inang. Itulah kenapa pada beberapa kasus hepatitis B dan D bisa dijumpai secara bersamaan.

Penularan hepatitis D serupa dengan hepatitis B, kebanyakan melalui jarum suntik terkontaminasi ataupun kontak dengan cairan tubuh penderita.

Mirip jenis hepatitis lainnya, hepatitis D juga umumnya tidak menunjukkan gejala. Selain itu, gejalanya yang serupa dengan hepatitis B membuat keduanya sulit dibedakan. Gejala yang umumnya baru muncul 21-45 hari setelah tertular dapat berupa:

  • Sakit perut.
  • Nyeri sendi.
  • Mual dan muntah.
  • Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning.
  • Penurunan nafsu makan.
  • Warna urine jadi lebih gelap.
  • Warna tinja jadi lebih cerah.
  • Kelelahan yang tidak diketahui penyebabnya.
  • Pada beberapa kasus, penderita bisa mengalami linglung dan mudah memar.

Gejala tersebut lebih umum terjadi pada hepatitis D akut. Pada kasus hepatitis D kronis, seringnya gejala tidak muncul kecuali saat kondisinya sudah parah.

 

Hepatitis E

Credit Image - tribunnews.com

Menurut laporan dalam jurnal Review of Medical Virology tahun 2003, penularan virus hepatitis E (HEV) serupa dengan HVA, yaitu melalui benda, makanan, atau minuman yang terkontaminasi. Hepatitis E pernah mewabah di New Delhi tahun 1955 dan Kashmir tahun 1978, hingga menyebabkan kematian hingga 1.700 jiwa.

Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya ada sekitar 20 juta infeksi hepatitis E, dan hampir lebih dari 56 ribu kasus di antaranya berakhir dengan kematian. HEV memiliki strain RNA yang berbeda antara virus penyebab infeksi pada manusia dan hewan, sehingga dapat memungkinkan penularan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.

Setelah seseorang terpapar virus HEV, umumnya gejala bisa muncul sekitar 2-7 minggu dan dapat berlangsung hingga sekitar 2 bulan. Gejala yang timbul termasuk:

  • Warna urine menggelap.
  • Nyeri sendi.
  • Hilangnya nafsu makan.
  • Sakit perut.
  • Pembengkakan hati.
  • Gagal hati akut.
  • Mual dan muntah.
  • Kelelahan.
  • Demam.

Untuk mencegah risiko infeksi penyakit hepatitis, kamu disarankan untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan.

Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Kemudian, untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak  dari orang yang sakit agar tetap sehat.

Yang tak kalah pentingnya dalam mencegah penyakit, pastikan Si Kecil sudah menerapkan hidup sehat, seperti mendapat asupan makanan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, dan mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral – misalnya, dengan memberi asupan multivitamin.

Untuk suplemen multivitamin, kamu direkomendasikan untuk meminum Enervon Active yang pastinya punya kandungan kombinasi vitamin yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh.

Enervon-C mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat yang dapat menjaga daya tahan tubuh agar tak mudah sakit.

Minum Enervon-C secara rutin, baik dalam Enervon-C Effervescent – yang satu ini punya kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg.

Kamu punya masalah lambung sensitif? Tak masalah! Direkomendasikan untuk mengonsumsi Enervon Active yang punya kandungan non-acidic 500 mg Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc yang dapat menjaga stamina tubuhmu agar tidak mudah lelah, sekaligus menjaga daya tahan tubuhmu.

Kandungan vitamin C di dalam Enervon-C dan Enervon Active dapat membantu menjaga kesehatan jantung, sekaligus mendukung fungsi organ tubuh lainnya, ya. Selain itu, kandungan vitamin B kompleks di dalamnya dapat mengoptimalkan proses metabolisme, sehingga makanan yang dikonsumsi bisa diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama.

Dan untuk anak-anak, orangtua direkomendasikan memberi Enervon-C Plus Sirup yang mengandung Vitamin A, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Vitamin C, dan Vitamin D – yang dapat memaksimalkan proses tumbuh kembang Si Kecil, bantu memenuhi kebutuhan nutrisi, hingga menjaga daya tahan tubuhnya agar tidak mudah sakit.

Untuk mendapatkan produk Enervon kamu bisa membelinya di official store di Tokopedia, ya!

 

Jadi, itulah deretan jenis hepatitis yang patut diwaspadai. Jika mengalami gejala-gejala di atas, baiknya segera periksakan diri agar bisa mendapat tindakan tepat.

 

 

Featured Image – health.detik.com

Source – idntimes.com