Waspadai, prevalensi obesitas penduduk Indonesia yang berumur 18 tahun ke atas terus mengalami kenaikan. Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tahun 2018, perempuan memiliki prevalensi obesitas sebesar 44 persen – dan untuk laki-laki sebesar 26 persen.

Tentunya tingginya angka obesitas menjadi kekhawatiran tersendiri, kan? Apalagi, di zaman sekarang, gaya hidup sedentari semakin marak diterapkan, mendapatkan makanan cepat saji yang semakin mudah, hingga tidak adanya waktu untuk berolahraga. Kombinasi ini bisa menjadi faktor utama dalam menyebabkan obesitas, lho.

Ingat, obesitas bisa meningkatkan peluang pengembangan sejumlah masalah kesehatan yang serius. Bahkan, menurunkan sistem imunitas. Berikut pengaruh obesitas pada fungsi dan organ tubuh. Wajib kamu ketahui!

 

 

1. Sistem Peredaran Darah

Credit Image - nusantics.com

Dilansir American Society for Metabolic and Bariatric Surgery (ASMBS), orang dengan kondisi obesitas mengalami penurunan kapasitas untuk bernapas, menyebabkan tidak bisa menghirup dan mengeluarkan udara sebanyak mungkin. 

Fungsi pernapasan yang terganggu bisa disebabkan oleh penumpukan lemak di perut, yang akibatnya membatasi penurunan diafragma hingga ekspansi paru-paru. Penumpukan lemak perut itu dapat mengurangi fleksibilitas dinding dada, kekuatan otot pernapasan, dan menyempitkan saluran udara di paru-paru.

Semua hal tersebut berkontribusi atas terhambatnya fungsi paru-paru, mengacu hasil studi berjudul "Obesity and The Lung: Epidemiology" tahun 2008. Sementara itu, dua penyakit umum yang dikaitkan dengan obesitas adalah asma dan sleep apnea

Sleep apnea terjadi ketika penumpukan lemak di leher, tenggorokan, dan lidah yang menghalangi saluran udara saat tidur. Penyumbatan itu mengakibatkan seseorang berhenti bernapas untuk sementara waktu. Sekitar 50–75 persen orang yang mengalami sleep apnea adalah individu dengan obesitas. 

Selain itu, asma telah terbukti 3–4 kali lebih umum dialami orang dengan obesitas. Studi metaanalisis tahun 2007 berjudul "Overweight, Obesity, and Incident Asthma" menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko asma pada laki-laki dan perempuan sebesar 50 persen.

 

2. Sistem Pencernaan

Obesitas juga telah diketahui berhubungan dengan risiko penyakit refluks gastroesofagus (GERD) yang lebih tinggi terjadi. GERD disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan. Kelebihan berat badan memicu produksi asam lambung yang lebih tinggi.

Akibatnya, saat serangan GERD muncul, gejala yang umum ditemui adalah heartburn, atau sensasi terbakar di dada, muntah makanan, batuk (terutama pada malam hari), suara serak, dan sering serdawa.

Obesitas telah dikaitkan dengan peningkatan risiko GERD, radang kerongkongan, dan kanker kerongkongan, menurut studi dalam jurnal Annals of Internal Medicine tahun 2005 berjudul "Meta-analysis: Obesity and The Risk for Gastroesophageal Reflux Disease dan Its Complications".

 

3. Sistem Kardiovaskular

Credit Image - health.detik.com

Dilansir Harvard T.H. Chan School of Public Health, berat badan secara langsung berkaitan dengan berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Saat berat badan meningkat, begitu juga terjadi peningkatan pada tekanan darah, kolesterol jahat atau LDL, trigliserida, gula darah, dan peradangan (inflamasi).

Pada orang dengan obesitas, jantung perlu bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal itu menyebabkan tekanan darah tinggi yang dapat membuat pembuluh darah yang membawa darah ke jantung menjadi keras dan menyempit.

Berbagai perubahan tersebut diterjemahkan menjadi peningkatan risiko penyakit jantung koroner, stroke, dan kematian kardiovaskular. Seperti yang terangkum dalam hasil metaanalisis terhadap 26 studi yang melibatkan 390.000 laki-laki dan perempuan dari berbagai latar belakang.

Penelitian dalam jurnal Annals of Epidemiology tahun 2005 tersebut menyimpulkan bahwa obesitas sangat terkait dengan kematian akibat penyakit arteri koroner dan penyakit kardiovaskular.

Perempuan dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih (obesitas) berisiko sebanyak 62 persen lebih besar untuk meninggal dunia lebih awal karena penyakit arteri koroner, dan berisiko 53 persen lebih tinggi meninggal lebih dini akibat semua jenis penyakit kardiovaskular.

 

4. Kesehatan Mental yang Terganggu

Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, obesitas juga telah dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental yang berbeda, seperti kecenderungan memiliki kesejahteraan yang kurang, emosi negatif, dan gejala psikopatologis.

Dilansir Healthline, obesitas juga diasosiasikan lebih tinggi dengan depresi, harga diri yang rendah, dan masalah citra tubuh. 

Tingginya tingkat obesitas dan depresi telah mendorong banyak peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara berat badan dan suasana hati. Sebuah analisis dari studi bertajuk "Depression and Obesity" tahun 2010 menemukan bahwa orang yang mengalami obesitas lebih mungkin mengalami depresi daripada orang dengan berat badan yang sehat.

Studi berjudul "Overweight, Obesity, and Depression: A Systematic Review and Meta-Analysis of Longitudinal Studies" yang diterbitkan dalam jurnal Archives of General Psychiatry tahun 2010, menemukan bahwa orang dengan obesitas pada awal penelitian berisiko 55 persen lebih tinggi terkena depresi, dan orang depresi pada awal penelitian berisiko 58 persen lebih tinggi untuk mengalami kegemukan.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah berfokus pada intervensi positif, seperti teknik relaksasi dan keterampilan penguatan diri untuk meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi. 

 

5. Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh

Credit Image - suara.com

Berat badan berlebih atau obesitas dapat menurunkan daya tahan tubuh. Bagaimana bisa? Kondisi ini menyebabkan penumpukan sel-sel lemak di dalam tubuh yang bisa meningkatkan inflamasi, sehingga membuat penyakit lebih mudah sakit. Selain itu, penyakit yang masuk juga lebih sulit dilawan oleh sistem imunitas.

Jika tidak dikontrol dengan baik, obesitas akan menyebabkan penyakit lainnya, seperti diabetes. Nah, sistem kekebalan pada orang dengan diabetes pun lebih mudah menurun.

Menerapkan pola makan yang sehat dapat menghindarimu dari risiko obesitas sekaligus menjaga sistem kekebalan. Untuk itu, perbanyak konsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayur. Perhatikan pula asupan gula, garam, dan lemak. Kemudian, makan secukupnya – dan baiknya dikunyah secara perlahan, serta hindari tidur habis makan.

Dalam penerapan pola makan yang sehat guna mencegah obesitas, mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral juga tak kalah pentingnya, Selain menjaga kesehatan, kedua nutrisi tersebut dapat membantu menjaga daya tahan tubuh serta membentuk energi tubuh untuk beraktivitas seharian.

Kamu dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dengan rutin mengonsumsi multivitamin dari Enervon.

Multivitamin Enervon-C mengandung Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat  yang berperan menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C dalam bentuk tablet yang mengandung 500 mg vitamin C, atau Enervon-C Effervescent yang memiliki kandungan vitamin C 1000 mg yang dapat memberikan sensasi segar sepanjang hari.

Bagi kamu yang punya segudang aktivitas, direkomendasikan mengonsumsi multivitamin Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc untuk menjaga energi tubuh agar tidak mudah lelah.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

Untuk mendapatkan produk Enervon pilihan kamu bisa membelinya di official store di Tokopedia, ya!

 

Obesitas dapat dampak buruk pada tubuh serta merusak fungsinya. Tentu hal ini bisa merugikan kesehatan tubuh, ya? Untuk itu, terapkan gaya hidup sehat guna menghindari permasalahan kesehatan ini.

 

 

Featured Image – bola.com

Source – idntimes.com