Perceraian terkadang menjadi pilihan terakhir bagi ayah dan ibu. Namun dalam hal ini anak adalah salah satu pihak yang terkena dampak paling besar. Terutama jika anak sudah bisa memahami bahwa kedua orang tuanya berpisah. Selain memengaruhi emosional anak, keluarga broken home juga memengaruhi kondisi dan perkembangan psikologisnya. Pahami dampak psikologis anak broken home dan cermati hal-hal yang mereka butuhkan dari orang tuanya berikut ini.

 

Dampak Psikologis Anak Broken Home

1. Lebih Sensitif dan Rapuh

Perceraian tentu melalui proses konflik dengan frekuensi yang cukup tinggi. Sehingga besar kemungkinan anak sering melihat ketidakharmonisan ayah dan ibu. Hal ini membuat perasaan anak lebih sensitif dan mudah sakit hati atau rapuh. Anak biasanya akan lebih peka dan bersimpati ketika ada teman yang sedih atau mengalami hal yang sama. Sayangnya mereka menjadi cenderung lebih mudah percaya pada orang lain dan kurang bisa membedakan saat mereka dibutuhkan atau dimanfaatkan oleh orang lain.

2. Lebih Suka Menyendiri

Dengan alasan yang sama seperti poin pertama, anak juga cenderung suka menghindari rumah karena rasa aman dan nyaman yang hilang. Mereka akan lebih suka menyendiri saat di rumah. Komunikasi dengan orang tua menjadi hal yang paling tidak disukai. Jika bisa mengulur waktu, ia akan memilih berada di rumah teman atau di sekolah.

3. Rentan Mencari Perhatian dari Luar

Namun bisa juga berlaku sebaliknya, anak justru akan mencari perhatian dari luar karena ia tidak mendapatkannya dari orang tua. Terutama jika tinggal dengan ayah atau ibu saja yang sibuk bekerja. Sayangnya, tidak jarang mereka mencari perhatian dengan cara yang negatif. Misalnya, merundung teman, berbuat onar di kelas, hingga membolos sekolah.

4. Kurang Percaya Diri dan Pandai Bergaul

Anak broken home cenderung merasa dirinya menjadi salah satu penyebab orang tuanya berpisah. Mereka juga kurang mendapatkan kasih sayang sehingga kepercayaan dirinya menurun. Anak dengan kondisi ini menjadi sulit bergaul dengan teman-temannya karena mereka takut akan konflik. Namun jika diarahkan dengan baik, mereka justru dapat lebih berhati-hati dalam memilih teman yang memberikan dampak positif bagi dirinya.

5. Kesulitan Menyelesaikan Masalah

Dengan adanya fokus orang tua yang terpecah, anak menjadi kesulitan meluapkan emosi dan berkomunikasi. Baik emosi kecewa, marah, maupun saat menghadapi masalah. Mereka takut menambah beban ayah dan ibu namun sebenarnya mereka membutuhkan bantuan. Hal ini membuat anak-anak mudah lari dari masalah. Alih-alih menyelesaikannya, mereka justru menghindar dan mencari pengalihan.

6. Inner Child Terluka

Pengalaman menyedihkan ketika masa kecil memiliki pengaruh besar terhadap tumbuh kembang psikologisnya. Memori baik dan buruk terekam dan tersimpan dalam diri dan akan terus mengikuti anak hingga dewasa. Termasuk perpisahan orang tua juga menjadi salah satu penyebab inner child anak terluka. Saat dewasa, mereka cenderung sulit mengambil keputusan dan berhubungan dengan orang lain.

 

Hal yang Mereka Butuhkan dari Orang Tua

1. Komunikasi yang Sama atau Lebih Baik

Meskipun ayah dan ibu telah resmi bercerai, usahakan untuk tetap menjaga sebagian besar rutinitas keluarga. Terutama dalam hal komunikasi, baik ayah maupun ibu perlu memastikan hubungan dengan anak tetap terjalin dengan baik. Dengan begitu anak tidak akan bingung ketika salah satu orang tua terpaksa berbeda tempat tinggal.

2. Waktu Berkualitas

Selain komunikasi, waktu berkualitas bersama anak juga sangat mereka butuhkan. Ayah atau ibu bisa mengisinya dengan kegiatan yang mereka sukai, misalnya bermain, jalan-jalan, hingga mengerjakan PR bersama. Momen ini dapat dimanfaatkan untuk untuk bercengkerama, mengevaluasi kegiatan sehari-hari, serta memahami perasaan anak. Meskipun anak tinggal bersama ibu, waktu untuk bertemu ayah juga harus diberi izin, dan sebaliknya.

3. Rasa Aman dan Diterima

Rasa aman tidak hanya soal tempat tinggal dan kebutuhan materiel saja. Namun anak juga membutuhkan tempat dan sosok yang membuat mereka nyaman meluapkan emosi. Berikan juga mereka pemahaman bahwa, baik ayah atau ibu sama-sama mencintai mereka meskipun sudah tidak bersama lagi.

4. Terbebas dari Masalah Orang Tua

Agar anak broken home tidak ikut merasa bersalah dengan adanya perceraian tersebut, orang tua harus menghindarkan mereka dari masalah orang tua. Usahakan untuk tidak membahas urusan perceraian di depan anak-anak. Termasuk dalam hal pengasuhan setelahnya, ayah atau ibu yang akhirnya tinggal dengan anak harus bisa menghindari membicarakan hal jelek dari mantan pasangan.

5. Sikap Kuat dan Penerapan Co-Parenting

Sikap kuat dan tegar dari orang tua akan membuat anak juga ikut tabah meskipun banyak hal berubah. Meski sulit, sikap positif dari orang tua akan menular kepada anak. Terlebih lagi saat orang tua dapat menerapkan co-parenting dengan baik. Sehingga meskipun pada akhirnya anak mengetahui dan memahami perpisahan orang tua, mereka dapat melihat bahwa hal tersebut tidak mengubah rasa sayang keduanya kepada mereka.

6. Konsultasi dan Penanganan Ahli

Apabila ayah atau ibu melihat adanya perubahan perilaku menyimpang pada anak, jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan psikolog. Baik orang tua maupun anak tidak boleh ragu meminta bantuan dan penanganan ahli. Hal ini tidak hanya berfungsi sebagai tindakan represif saja, tapi juga preventif agar dampak negatifnya tidak semakin besar.

Selain hal penting di atas, ayah dan ibu juga harus memiliki tanggung jawab yang sama untuk memastikan anak broken home tumbuh dengan tubuh yang sehat. Selain pola makan dan gaya hidup sehat, konsumsi suplemen makan juga disarankan. Enervon-C Effervescent hadir dengan kandungan multivitamin dan mineral yang lengkap. Bentuk yang mudah dikonsumsi membuat proses pemenuhan vitamin anak lebih praktis. Temukan produk Enervon-C Effervescent dan Enervon lainnya di Tokopedia dan Shopee sekarang juga.