Kasus parental burnout atau kelelahan berlebih orang tua dalam melakukan pengasuhan mulai merebak ketika masa pandemi berlangsung pada hampir semua negara di dunia. Orang tua merasakan adanya tambahan peran dalam mendampingi anak-anak untuk memahami materi pelajaran dan mengerjakan tugas di rumah. Terutama bagi orang tua yang masih memiliki tanggung jawab di tempat kerja. Sayangnya fenomena ini tidak hanya menyerang kesehatan mental saja, tapi juga fisik orang tua. Simak tandanya secara bertahap dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasinya.

Parental Burnout

Menurut peneliti dari Universitas Katolik di Belgia, parental burnout adalah kondisi orang tua yang sulit dan berat dekat dengan anak karena adanya gejala kelelahan berlebih dan stres yang berkepanjangan. Fenomena ini mulai disadari karena orang tua, terutama dengan anak usia balita hingga remaja, harus berperan langsung terhadap proses pembelajaran anak. Orang tua menjadi kurang memiliki waktu sendiri dan muncul perasaan muak dengan peran tersebut.

Selain penyebab tersebut, kondisi ini juga dipicu oleh adanya perubahan drastis dari masa sebelum menjadi orang tua dengan masa setelah memiliki anak. Apalagi jika anak sedang jatuh sakit dan/atau sedang rewel. Ditambah dengan fakta bahwa tidak ada kata “resign” dalam peran dan tanggung jawab sebagai orang tua. Sehingga kemungkinan orang tua mengalami hal ini cukup besar. Untuk itu, kenali tandanya dengan memahami tahapan parental burnout di bawah ini.

 

Tanda yang Muncul secara Bertahap

1. Kelelahan Fisik Berlebihan

Sebagai tanda awal, orang tua akan mengalami kelelahan fisik yang berlebih meskipun memiliki waktu tidur yang cukup pada malam hari. Bahkan banyak juga orang tua yang akan mengalami kesulitan tidur dan gangguan tidur lainnya. Hal ini membuat tubuh tidak fit dan kemampuan untuk mengelola emosi semakin turun.

2. Mulai Menjauhkan Diri dari Anak

Dari kelelahan fisik yang mengganggu inilah, orang tua menjadi rentan mengalami kelelahan psikis. Mereka cenderung tidak memiliki energi untuk ngobrol, bermain, atau menemani anak belajar. Bahkan orang tua lebih suka menghindarkan diri dari anak.

3. Muncul Rasa Bersalah dan Tidak Puas yang Besar

Ketika gejala di atas semakin menumpuk, tanpa disadari orang tua akan mengalami krisis kepercayaan diri dalam mengasuh anak. Rasa bersalah, tidak puas akan pengaplikasian rencana metode parenting, hingga kecenderungan untuk membandingkan diri sendiri bisa muncul dan semakin besar.

4. Metode Pengasuhan Semakin Buruk

Pada tahap yang paling mengkhawatirkan adalah orang tua berpotensi besar menjadi lebih kasar kepada anak. Keputusan untuk menghukum anak hingga melukai atau membahayakan anak secara fisik menjadi lebih besar. Karena kesulitan untuk keluar dari lingkaran kondisi tersebut, bukan tidak mungkin orang tua ingin mengakhiri hidup atau melarikan diri. Itulah kenapa parental burnout harus diselesaikan sebelum tandanya semakin parah.

 

Cara Menyikapi dan Mengatasinya

1. Terbuka dengan Orang yang Dipercaya

Cara pertama untuk mengatasi tanda parental burnout adalah dengan membuka diri. Jangan ragu untuk bercerita kepada orang terdekat yang dipercaya agar penderitanya mendapat dukungan dari lingkungan. Selain itu, cara ini juga akan mengurangi rasa malu dan bersalah karena situasi yang tidak menghakimi tersebut mampu menurunkan rasa lelah. Bahkan jika perlu carilah bantuan ahli seperti psikolog untuk mendapatkan fasilitasi profesional.

2. Mengubah Sudut Pandang

Berikutnya adalah menyikapi kondisi yang sedang dihadapi dengan sudut pandang yang lebih positif. Termasuk mengurangi tekanan dan beban untuk diri sendiri agar lebih realistis. Orang tua mungkin lebih cepat capek namun nilai kedekatan dengan anak semakin meningkat. Metode pengasuhan mungkin melenceng dari rencana namun masih ada waktu untuk memperbaikinya. Sudut pandang positif seperti ini dapat menurunkan perasaan lelah selama pengasuhan.

3. Mengurangi Penyebab Stres Lain

Lihat kembali penyebab lain yang membuat beban pikiran ayah atau ibu semakin berat. Kemudian hindari dan/atau kurangi bersinggungan dengan penyebab tersebut. Misalnya dengan mengurangi beban kerja, mendelegasikan tugas domestik kepada pasangan, dan sebagainya. Termasuk meluangkan waktu untuk diri sendiri meski singkat. Contohnya, mendengarkan lagu favorit selama 20 menit selagi perjalanan belanja atau sesekali merawat wajah di kamar mandi lebih lama dari biasanya.

4. Meningkatkan Pengetahuan Parenting

Untuk mengurangi rasa malu dan bersalah yang menumpuk, tingkatkan pengetahuan kamu soal pola asuh dan ilmu parenting lainnya. Orang tua akan memiliki trik yang lebih bervariasi dan menghindari kejenuhan dalam mengasuh anak. Selain memperkaya keterampilan diri sendiri, hal ini juga membantu orang tua meningkatkan kepercayaan diri.

5. Memastikan Diri Kamu Sehat dan Berstamina Tinggi

Bentuk pertahanan terbaik dan paling bijak untuk menghadapi kelelahan mengasuh anak adalah menjaga kesehatan diri sendiri secara fisik. Mulai dari pola makan teratur dan bernutrisi, hingga menyempatkan diri untuk olahraga 15 menit sehari. Stamina tubuh yang tinggi akan mendukung pikiran positif secara signifikan. Sehingga tidak hanya orang tua yang sehat, namun anak-anak juga akan melewati proses tumbuh kembang yang baik.

Menjadi orang tua memang bukan pekerjaan atau tugas yang mudah. Tidak hanya tingkat kesulitannya, tapi jangka waktu yang dibutuhkan juga panjang. Apalagi dengan momok parental burnout yang bisa menyerang kapan saja. Meskipun begitu, memahami makna mengasuh dan menyaksikan anak-anak tumbuh dengan sehat dan bahagia adalah hasil yang tak ternilai. Enervon-C Tablet hadir untuk mendukung ayah dan ibu dalam menjalankan tugas mulia ini. Dengan kandungan multivitamin dan mineral yang lengkap, Enervon-C Tablet memastikan kamu memiliki stamina prima setiap hari dan menjaga daya tahan tubuh. Habiskan momen berharga dengan keluarga bersama Enervon sekarang juga dan kunjungi Tokopedia atau Shopee official-nya.