Pernahkah kamu memiliki perasaan takut kehilangan orang tua, anak, pasangan, atau orang terdekat lainnya? Perpisahan memang sesuatu yang menakutkan bagi semua usia, tak terkecuali anak-anak. Mungkin kamu berpikir bahwa anak belum terlalu paham soal berpisah, baik karena pergi jauh maupun karena meninggal. Namun nyatanya, anak usia 1,5-3 tahun memiliki risiko cukup tinggi mengalami gangguan separation anxiety. Mari memahami penyebab, gejala, dan cara mengatasi separation anxiety pada anak.

Separation Anxiety dan Penyebabnya

Dilansir dari ulasan Stanford Medicine Children’s Health¹, gangguan separation anxiety adalah kondisi di mana anak mengalami takut, gelisah, dan/atau cemas saat ditinggal pergi atau berpisah dengan orang tua atau keluarga terdekat mereka. Tidak hanya takut kehilangan, mereka juga takut orang yang sangat mereka sayang terkena suatu bahaya jika mereka tidak dekat dengan orang tersebut. Perasaan seperti ini sebenarnya normal, namun jika gejalanya mulai mengganggu aktivitas harian anak serta orang tua, maka kamu perlu mengatasinya dengan cara yang tepat.

Dari sumber yang sama dinyatakan bahwa gangguan ini disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor biologis seperti terjadinya ketidakseimbangan proses kimia dalam otak bisa menjadi salah satu faktor internal. Selain itu, faktor eksternal seperti kejadian yang menimbulkan trauma atau orang tua yang memiliki gangguan kecemasan juga berpengaruh. Untuk itu, perhatikan gejalanya di bawah ini.

Gejala yang Kerap Muncul

1. Gejala Awal

Pada gejala awal, gangguan ini kerap sekali sulit dikenali karena umumnya juga terjadi pada anak yang normal. Namun jika terjadi secara terus menerus dan bersamaan, kamu perlu berhati-hati. Di bawah ini adalah gejala awalnya:

  • Terlalu lengket dengan ayah atau ibu meski sama-sama sedang di rumah.
  • Sulit atau tidak mau tidur sendiri di kamarnya.
  • Terlalu khawatir saat harus berpisah dengan keluarga meski hanya berpisah beberapa jam.
  • Saat bepergian bersama, ia takut tersesat dan/atau takut anggota keluarga yang lain tersesat.
  • Saat keluar rumah, ia cenderung terlalu mengkhawatirkan keamanan diri sendiri dan anggota keluarga yang ikut serta.
  • Kerap mendapat mimpi buruk soal perpisahan.

2. Gejala yang Perlu Diwaspadai

Pada tahap yang lebih berat, anak bahkan dapat mengalami gejala yang melibatkan gangguan fisik. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Mengalami sakit atau nyeri pada beberapa anggota tubuh tanpa ada penyebab yang jelas, terutama saat terpisah dengan orang tua atau pengasuhnya. Misalnya pusing, nyeri otot, kram, mual, hingga sulit tidur.
  • Jika anak belum bisa berbicara, mereka akan menunjukkan kegelisahannya dengan menangis dan/atau tantrum berlebihan saat ditinggal sebentar.
  • Menolak berangkat ke sekolah/pra sekolah, penitipan anak, dan/atau bermain dengan teman seusianya.

Cara Mengatasi Gangguan Ini

UNICEF² dan The Australian Parenting³ memberikan beberapa cara untuk mendukung anak yang mengalami beberapa gejala separation anxiety. Sebelum masuk dalam daftar caranya, orang tua harus memiliki pemahaman untuk membantu anak mengelola perasaan mereka. Jangan sampai ayah dan ibu justru ikut takut meninggalkan mereka sendiri. Membantu mereka untuk sedikit demi sedikit memiliki keberanian dan kemandirian sangat direkomendasikan. Ini tips detailnya.

1. Rencanakan Kegiatan Bersama Setelah Kegiatan Pribadi Selesai

Agar anak tidak cemas saat terpaksa berpisah, misal harus masuk sekolah dan kamu harus bekerja, rencanakanlah kegiatan seru sepulang dari kegiatan pribadi tersebut. Saat berpisah pun, lakukan dengan tenang serta bangun suasana yang positif seperti mengatakan selamat tinggal disertai senyuman. Hindari meninggalkan anak secara tiba-tiba agar anak tidak bingung atau sedih.

2. Jangan Ragu Meminta Orang Terpercaya untuk Merawat Anak Sesekali

Bila kamu harus meninggalkan anak di rumah, percayakan mereka pada keluarga dekat, teman, atau pengasuh terbaik. Meski tidak lama, lakukan cara ini dengan bertahap agar anak tidak terkejut dengan metode ini.

3. Berikan Mereka Mainan atau Benda yang Mereka Sukai

Jika anak memiliki barang favorit yang mampu memberikan mereka rasa nyaman di tempat yang baru, pastikan anak membawanya. Dekatkan mereka pada benda-benda tersebut untuk mengurangi ketakutan. Baik itu berupa selimut, bantal, maupun mainan.

4. Mendengarkan dan Memahami Perasaan Anak

Berikutnya adalah dengan mencoba memahami perasaan anak dengan mendengarkan keluhan mereka. Tunjukkan bahwa perasaan mereka valid dengan tidak mengejek dan meremehkan kekhawatiran anak. Selain itu, bacakan mereka cerita dengan tema menghadapi ketakutan akan perpisahan. Berikan juga mereka apresiasi saat berani melakukan banyak hal sendiri.

Selain melakukan beberapa upaya mengatasi dan mencegah separation anxiety di atas, memastikan anak selalu memiliki pola makan sehat juga tak kalah penting. Tubuh yang sehat akan mendukung jiwa yang bahagia. Dukung proses pengasuhan sehari-hari dengan memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral anak. Enervon-C Plus Syrup hadir dengan kandungan multivitamin dan mineral lengkap sekaligus memiliki bentuk yang disukai banyak anak yaitu sirup. Tidak hanya mampu menjaga daya tahan tubuhnya, suplemen ini juga akan membantu mengoptimalkan proses tumbuh kembang mereka. Produk yang asli bisa diakses dengan praktis melalui marketplace resmi Enervon di Tokopedia dan Shopee.

Referensi:

  1. Stanford Medicine Children’s Health. Separation Anxiety Disorder in Children. Diakses pada 10 Agustus 2023 dari https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=separation-anxiety-disorder-90-P02582#:~:text=Separation%20anxiety%20disorder%20(SAD)%20is,is%20not%20with%20the%20person.
  2. UNICEF. How to manage your child’s separation anxiety. Diakses pada 10 Agustus 2023 dari https://www.unicef.org/parenting/child-care/managing-child-separation-anxiety
  3. The Australian Parenting. (2022). Separation anxiety in babies and children. Diakses pada 10 Agustus 2023 dari https://raisingchildren.net.au/babies/behaviour/common-concerns/separation-anxiety