Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK adalah anak dengan karakteristik yang berbeda dari anak pada umumnya. Terdapat kondisi fisik yang membuat organ tubuh mereka bekerja dengan cara yang berbeda. Anak penyandang disabilitas tidak hanya anak yang tidak mampu melihat atau berbicara saja. Setidaknya ada 11 jenis ABK berdasarkan gangguan yang dialami. Tidak hanya perawatan medis, proses pendampingan oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya perlu diperhatikan agar tumbuh kembang mereka optimal. Mari mengenal dan memahami klasifikasi anak berkebutuhan khusus serta tips dalam mendampingi mereka.

Klasifikasi Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam karya ilmiahnya, Chamidah¹ (2010) menjelaskan bahwa ABK dapat diidentifikasi sejak anak berusia 0 tahun melalui perkembangan fisik, psikologis, dan sosial mereka. Semakin cepat kamu mendeteksinya, maka intervensi dalam bentuk pola asuh yang diberikan akan jauh lebih tepat dan sesuai kebutuhan. Berikut ini adalah beberapa jenisnya dilihat dari kelainan yang dimiliki.

1. Tunanetra

Tunanetra adalah ABK yang tidak mampu melihat karena kebutaan sebagian atau seluruh matanya. Kebutaan ini tidak mampu diatasi dengan alat bantu khusus. Sehingga indera perabaan perlu dilatih dan dikenalkan dengan huruf braille.

2. Tunarungu

Tunarungu adalah ABK yang mengalami gangguan pendengaran pada sebagian atau seluruhnya sehingga kemampuan memahami bahasa menjadi sulit. Anak dengan jenis disabilitas ini dapat belajar bahasa isyarat sejak usia 6-8 bulan.

3. Tunadaksa

Lalu ada tunadaksa, ABK dengan gangguan menetap pada anggota tubuh yang berfungsi untuk bergerak. Tulang, sendi, dan otot pada tangan dan kaki sulit atau tidak bisa bergerak karena beberapa penyebab, seperti kelainan bentuk, fungsi, atau kelumpuhan.

4. Tunagrahita

Tunagrahita adalah ABK yang mengalami perkembangan mental yang terhambat dan tertinggal jauh dibanding anak lain. Tidak hanya dalam bersosialisasi dan berinteraksi, anak tunagrahita juga kurang bisa mengikuti pelajaran akademik seperti anak lainnya.

5. Tunalaras

Sama-sama mengalami kelainan secara emosional, jenis ABK tunalaras lebih sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Baik dengan teman sebaya maupun masyarakat pada umumnya. Sikap anak juga cenderung lebih agresif ketika ada hal yang tidak ia sukai.

6. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Memiliki istilah bahasa Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), anak dengan jenis gangguan ini tidak mampu berkonsentrasi dan mengontrol perilakunya. Ia kesulitan untuk duduk diam meskipun energinya tinggal sedikit dan sulit menyelesaikan tugas karena mudah teralihkan dengan hal lain.

7. Autisme

Berikutnya ada autisme, kelainan saraf yang menyebabkan terjadinya gangguan kompleks. Tidak hanya kesulitan berkomunikasi, anak autis juga sulit merespon emosi dan mengikuti kebiasaan orang lain.

8. Kesulitan Belajar Spesifik

Selanjutnya adalah gangguan fungsi neurologis spesifik yang membuat anak sulit melakukan tugas dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Beberapa istilah yang termasuk dalam jenis ini dan umum ditemui adalah disleksia, disgrafia, dan diskalkulia. Tidak semua anak dengan gangguan ini memiliki intelegensi yang rendah, bahkan ada juga yang lebih tinggi dari rata-rata usianya.

9. Slow Learner

Sedangkan anak dengan inteligensi di bawah rata-rata disebut sebagai slow learner. Berbeda dengan tunagrahita, anak slow learner masih bisa memberikan respon pada stimulasi dan pembelajaran. Hanya saja, butuh rangsangan atau perintah berulang kali untuk menyelesaikan tugas tertentu.

10. Berbakat dan Cerdas Luar Biasa

Kemudian anak dengan intelegensi di atas rata-rata usianya juga termasuk ABK. Anak pada kategori ini membutuhkan pendampingan khusus agar potensi mereka dapat berkembang secara optimal.

11. Gangguan Berkomunikasi

Khusus pada anak dengan gangguan berkomunikasi, mereka secara spesifik sulit menerima dan memberikan respon informasi dari orang lain. Namun hal ini bukan karena faktor pendengaran mereka. Salah satu cirinya adalah memiliki suara dan/atau artikulasi yang kurang jelas saat berbicara.

Sebagai catatan tambahan, beberapa anak berkebutuhan khusus bisa mengalami salah satu atau beberapa gangguan di atas sekaligus. Sehingga perlakuan yang didapatkan juga perlu dilakukan secara khusus.

Tips Mendampinginya

Hal pertama yang perlu dipahami orang tua dan orang terdekat di sekitarnya adalah anak berkebutuhan khusus pasti memiliki kekuatannya masing-masing. Sehingga sangat disarankan untuk fokus pada kemampuan dan/atau bakat yang mereka miliki. UNICEF² membagikan beberapa tips yang harus kamu coba saat mendampingi ABK sehari-hari.

1. Aktif Berkomunikasi dengan Anak di Usia Kritisnya

Sama seperti anak lainnya, ABK juga memiliki usia kritis untuk tumbuh dan berkembang dalam beberapa tahun. Anak disabilitas juga harus mendapatkan stimulasi untuk memastikan otaknya berkembang dengan optimal. Salah satu caranya adalah dengan aktif berkomunikasi dengan berbagai cara. Meskipun anak belum bisa berbicara, kenali cara atau pola interaksi mereka. Misalnya melalui senyuman, cemberut, tertawa, menangis, dan sebagainya.

2. Sertakan Mereka Beraktivitas di Rumah

Cara lain untuk memberikan anak stimulasi adalah dengan menyertakan mereka dalam berbagai aktivitas di dalam rumah seperti urusan domestik. Ajak mereka ke ruangan yang akan kamu bersihkan, misalnya, lalu ceritakan apa yang sedang kamu lakukan. Secara tidak langsung kamu telah mengajak mereka belajar sedikit demi sedikit.

3. Temani Mereka Bermain

Begitu juga saat bermain, kenalkan mereka pada benda-benda di sekitarnya. Baik itu melalui bunyi yang dihasilkan, tekstur benda, maupun warnanya. Pendampingan dengan meluangkan banyak waktu untuk mereka adalah langkah terbaik.

4. Minta Dukungan dari Anggota Keluarga Terdekat untuk Mendampingi

Apabila orang tua terpaksa bekerja atau meninggalkan anak sendiri di rumah, mintalah pendampingan dari anggota keluarga lain seperti kakak, adik, nenek, dan lainnya. Dengan dukungan yang diberikan, proses pendampingan akan terus berjalan. Beritahu mereka untuk memperlakukan ABK sama dengan anak-anak pada umumnya.

5. Kasih Sayang Penuh dan Lingkungan yang Hangat

Menjadi hal yang sangat penting untuk memberikan anak berkebutuhan khusus lingkungan hangat dan penuh kasih sayang. Mereka akan tumbuh menjadi orang yang baik dan disayangi orang-orang disekitarnya meskipun memiliki kekurangan. Semua ini dimulai dari lingkungan rumah bersama orang tua dan saudara-saudaranya.

Meskipun tantangan mendampingi anak berkebutuhan khusus jelas berbeda dengan anak pada umumnya, tidak ada kata sulit jika kamu memahaminya. Dengan metode parenting yang tepat, anak penyandang disabilitas pun akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan berkarakter baik.

Untuk mendukung kesehatan tubuhnya, pola makan dan gaya hidup sehat adalah kuncinya. Soal makanan, pastikan anak-anak mendapat asupan gizi yang cukup dan lengkap. dosis vitamin anak yang sesuai dengan pedoman kesehatan atau himbauan dokter. Tumbuh kembang anak, termasuk anak berkebutuhan khusus, akan lebih optimal saat tubuh mereka sehat setiap hari. Produk Enervon yang asli bisa kamu akses melalui toko resminya di marketplace Tokopedia dan Shopee.

Referensi:

  1. Chamidah, Atien Nur. (2010). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Pelatihan Layanan Komperehensif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi. Diakses pada 22 Agustus 2023 dari https://staffnew.uny.ac.id/upload/132326899/pengabdian/mengenal-abk.pdf
  2. UNICEF. (2019). Caring for children with disabilities: Mini Parenting Master Class. Diakses pada 22 Agustus 2023 dari https://www.unicef.org/parenting/child-development/children-with-disabilities-class