Sebagai antisipasi semakin meluasnya penyebaran Covid-19, pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk belajar dan bekerja dari rumah atau work from home. Hal ini ternyata memberi dampak yang baik pada kualitas udara di Jakarta.

Credit: kompasiana.com

Menurunnya penggunaan kendaraan bermotor, membuat kualitas udara di Jakarta jadi lebih sehat, dibanding sebelumnya. Misalnya, pada 22 November 2019 lalu, indeks kualitas udara di Jakarta mencapai 157. Saat itu, Jakarta berada di peringat ke 22 sebagai kota dengan kualitas udara yang buruk, diantara kota- kota besar lainnya.

Bahkan, di tanggal 29 Juli 2019, indeks kualitas udara Jakarta mencapai 183 dan berada di urutan pertama kualitas udara terburuk di dunia.

Dampak Baik Work From Home

Credit: rencanamu.id

Kualitas udara, terutama di DKI Jakarta sudah mulai membaik sejak diterapkan bekerja dari rumah selama pandemi corona. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih. Berdasarkan pemantauan di lima Stasiun Pemantauan Kualitas Udara yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup, menunjukkan bahwa terjadinya penurunan pada konsentrasi parameter 2.5.

Perbaikan kualitas udara ini terjadi semenjak diterapkannya PSBB, termasuk work from home, sehingga penggunaan kendaraan bermotor pun menurun. 

Meski begitu, ini bukanlah satu- satunya faktor yang menurunkan polusi udara di Jakarta.

Faktor Lainnya

Credit: cnnindonesia.com

Faktor lainnya yang mempengaruhi penurunan polusi udara adalah seperti tingkat curah hujan. Ketika curah hujan tinggi, maka konsentrasi parameter PM 2.5 menunjukkan penurunan dan ketika hari dimana tidak hujan, konsentrasi parameter tersebut bisa saja mengalami sedikit peningkatan.

Selain curah hujan, arah angin pun juga berpengaruh pada tingkat polusi udara, terutama pada polutan jenis PM 2.5 atau partikel debu halus yang biasanya memenuhi udara di Jakarta. Arah angin yang mengarah ke Ibu Kota juga mempengaruhi konsentrasi parameter, sehingga adanya penurunan polusi udara.

Riset Inventarisasi Emisi dan Air Monitoring Station

Credit: straitstimes.com

Meskipun begitu, sampai saat ini faktor utama yang mempengaruhi berkurangnya polusi dan meningkatnya udara bagus di Jakarta belum bisa dilacak secara pasti.

Setidaknya ada tiga poin utama dalam polusi udara. Pertama adalah sebaran alat pantau udara yang memadai, kemudian riset inventarisasi emisi yang regular yang memudahkan untuk identifikasi sumber pencemaran udara. Dan yang terakhir adalah upaya pengendalian sumber pencemaran udara berdasarkan hasil inventarisasi emisi.

Adanya data sumber pencemaran udara sangat penting untuk proses identifikasi, sehingga yang benar- benar menjadi pemicu polusi dapat diatasi secara tepat.

Selain itu, air monitoring station juga perlu disebar di seluruh wilayah, dan tidak hanya di titik tertentu. Paling tidak Jakarta membutuhkan 60 air monitoring station yang disebar hingga ke wilayah yang jauh dari pusat kota. Jadi, pemantauan kualitas udara pun dapat lebih optimal.

 

 

Featured Image - thejakartapost.com

Source - kompas.com