Saat ini, sudah ada beragam jenis vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia, mulai dari Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, hingga yang menjadi banyak incaran – yakni, vaksin Johnson & Johnson. Mengapa ketiga vaksin tersebut banyak dicari? Pasalnya, CDC telah mengungkapkan ketahanan antibodi pasca divaksinasi dosis lengkap.

Meski demikian, setelah mendapat vaksin, memakai masker, menjaga jarak, sampai rutin mencuci tangan. Hal tersebut dapat membantu memaksimalkan perlindungan tubuh terhadap paparan virus yang mengintai.

Berbicara soal ketiga vaksin yang paling diincar, namun apa perbandingan dari vaksin Moderna, Pfizer, dan Johnson & Johnson – alias Janssen tersebut? Dan, bolehkah masyarakat memilih-milih vaksin yang tersedia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini ulasan lengkapnya yang perlu diketahui!

 

 

Siapa yang Boleh Memilih-Milih Jenis Vaksin?

Credit Image - independent.ie

Dengan adanya beragam hasil penelitian soal efektivitas vaksin, tentu masyarakat cenderung memilih-milih vaksin. Mengenai hal tersebut, dalam kondisi tertentu memang boleh diperbolehkan, bahkan harus dilakukan. Apalagi, ketika ada kontradindikasi – atau rentan mengalami efek samping pada vaksin tertentu, sehingga perlu menggunakan jenis vaksin yang lebih cocok terhadap kondisi tubuh.

Tetapi, pada kondisi normal, memilih-milih vaksin tidak dianjurkan. Bagi yang tidak punya komorbid – atau kerentanan tertentu, vaksin terbaik merupakan vaksin yang tersedia dan paling mudah diakses. Tujuan vaksinasi tidak hanya untuk perlindungan diri sendiri, melainkan orang di sekitar. Dengan vaksin, kekebalan kelompok pun dapat lebih mudah tercapai.

Ada pun memilih-milih vaksin boleh dilakukan oleh beberapa kelompok berikut ini, yaitu:

  • Ibu hamil
  • Anak remaja usia 12-17 tahun
  • Pengidap komorbid
  • Penduduk lansia

 

Moderna, Pfizer, Janssen – Ini Perbandingannya

Dikutip dari Detik, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, melakukan penelitian yang melibatkan lebih dari 3.600 orang dewasa – yang mengidap Covid-19, serta dirawat di rumah sakit selama rentang waktu 11 Maret sampai 15 Agustus 2021.

Jadi, bagaimana dengan hasilnya? Dari studi tersebut, ditemukan bahwa vaksin Moderna 93 persen efektif mencegah pengidap Covid-19 mengalami gejala berat – atau serius, sampai mesti dirawat di rumah sakit.

Sementara itu, hasil penelitian juga menunjukkan angka yang cukup tinggi untuk vaksin Pfizer – yaitu, dapat mencegah gejala berat akibat Corona sebesar 88 persen. Dan, 71 persen efektif untuk vaksin Janssen.

Kemudian, ditemukan pula perbedaan terbesar antara vaksin yang dibuat oleh Moderna dan vaksin Pfizer didorong oleh adanya penurunan antibodi yang dimulai sekitar empat bulan setelah seseorang mendapatkan dosis vaksinasi penuh dengan vaksin Pfizer.

Perbedaan efektivitas antara Moderna dan Pfizer mungkin disebabkan oleh kandungan mRNA yang lebih tinggi di dalam vaksin Moderna. Perbedaan waktu antara dosis, yakni 3 minggu untuk Pfizer, dan 4 minggu buat Moderna.

Seperti diketahui, kedua vaksin tersebut menggunakan materi genetik yang disebut messenger RNA – alias mRNA yang berperan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh, namun keduanya memang menggunakan dosis dan formulasi yang sedikit berbeda.

Berbeda dengan Moderna dan Pfizer, vaksin Janssen menggunakan virus flu biasa yang tidak aktif – dan disebut juga sebagai adenovirus untuk memunculkan instruksi genetik ke dalam tubuh. Satu dosis vaksin vektor virus Janssen memiliki respons antibodi Covid-19 yang lebih rendah – jika dibandingkan dengan dua vaksin lainnya.

 

Meski Sudah Vaksin, Tetap Patuhi Prokes!

Credit Image - yahoo.com/lifestyle

Menurut pakar vaksin dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Kate O’Brien menjelaskan bahwa pada dasarnya vaksin bekerja dengan cara mengenalkan sebagian dari virus – untuk dikenali oleh imunitas tubuh. Harapannya, kekebalan dapat dengan cepat mengindentifikasi dan melawan, jika virus aslinya datang menyerang tubuh.

Tapi yang perlu diketahui, tidak ada vaksin yang dapat bekerja 100 persen efektif – terhadap 100 persen penerimanya. Artinya, respons imun setiap orang bisa berbeda-beda terhadap vaksin. Dari hal ini, tak menutup kemungkinan penerima vaksin masih bisa terinfeksi virus.

Dalam proses imunitas mengenai virus penyebab penyakit, tubuh bisa saja membutuhkan paparan dosis yang lebih banyak dan konstan. Meski akhirnya vaksin bukanlah kunci utama tubuh terhindar dari Covid-19 – namun, dengan mendapat vaksinasi tetap bisa mengurangi kemungkinan tingkat keparahan penyakit. Jadi, bisa tetap terinfeksi, namun dengan gejala yang ringan.

Jadi, setelah mendapatkan vaksin, protokol kesehatan masih harus dijalani. Namun, bukan berarti vaksinasi tidak bermanfaat, melainkan dengan vaksin risiko terinfeksi dapat semakin diminimalisir – dan, jika pun terkena penyakit maka gejala yang dirasakan tidak berat, atau bahkan tidak berisiko mengalami kematian.

Untuk itu, masyarakat terus diimbau menerapkan protokol kesehatan setelah mendapat vaksin, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas – hindari bepergian kecuali untuk urusan mendesak.

 

Optimalkan Perlindungan Dengan Kuatkan Imunitas Tubuh

Yang tidak kalah penting, selain menerapkan protokol kesehatan, menjaga imunitas setelah vaksinasi juga penting dilakukan. Mudahnya, masyarakat sangat dianjurkan menjalani gaya hidup sehat, seperti memiliki pola makan bergizi seimbang, rutin berolahraga — aktif bergerak bisa kurangi risiko infeksi virus, miliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas, serta kelola stres dengan baik.

Kemudian, mengonsumsi suplemen setelah vaksin juga masih sangat dianjurkan. Adapun suplemen yang baik dikonsumsi, yaitu suplemen jenis imunomodulator. Ini merupakan jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan pembentukan sistem imun, atau menahan laju pembentukan sistem imun ketika tubuh merasa sudah terbentuk sistem imun dalam jumlah cukup.

Untuk suplemen yang direkomendasikan – kamu dapat konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon-C dan Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga tubuh bisa mengolah makanan yang dikonsumsi, kemudian diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini tentunya bisa membuat makin produktif dalam melakukan aktivitas harian.

 

Itulah perbandingan antara ketiga vaksin yang paling diincar, mulai dari Moderna, Pfizer, sampai Janssen. Meski demikian, bagi masyarakat dengan kondisi sehat – tanpa komorbid atau kondisi kesehatan tertentu, ada baiknya tak perlu memilih-milih vaksin, ya.

Pasalnya, vaksin terbaik, yakni vaksin yang bisa didapatkan sesegera mungkin, sehingga kekebalan kelompok pun semakin mudah tercapai – dan pandemi bisa berakhir.

 

 

Featured Image - consultorsalud.com

Source - detik.com