Vaksin Johnson & Johnson Hanya Perlu Satu Suntik Saja, Mengapa Demikian?
Saat ini, sudah tersedia beragam merek Johnson & Johnson – yang cukup berbeda dibanding jenis lainnya, karena hanya disuntikkan satu kali saja.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa vaksin Johnson & Johnson tersebut akan diberikan bagi masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas. Ada pun dosis tunggal akan diberikan sebanyak 0,5 ml melalui suntikan intramuscular.
Lantas, mengapa vaksin yang satu ini hanya diberikan dalam satu kali suntikan saja? Berikut informasi lengkapnya.
Hanya Diberikan Dalam Satu Dosis
Credit Image - leaderpost.com
Vaksin yang dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies ini menggunakan platform non-replicating viral vector – atau menggunakan vektor adenovirus. Dokter patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto, memberikan penjelasan tentang alasan vaksin Janssen hanya perlu satu kali suntikan. Apakah itu?
Vaksin Johnson & Johnson menggunakan metode viral vector – metode yang juga digunakan pada vaksin Cansino, AstraZeneca, dan Sputnik. Seperti diketahui, AstraZeneca dan Sputnik diberikan dalam dua dosis, sementara Johnson & Johnson serta Cansino hanya satu penyuntikan saja.
Lebih spesifik, keempat vaksin tersebut termasuk dalam viral vector dengan tipe non-replicating. Maka, seharusnya tidak cukup jika hanya satu kali pemberian saja. Virusnya sendiri sudah dihilangkan kemampuan replukasinya, sehingga sekali dimasukkan dapat segera ditangkap sel imun bawaan tanpa ada aktivitas lagi.
Perlu diketahui, virus vector tersebut tidak bisa berkembang biak dalam tubuh manusia penerima vaksin, maka pemberiannya minimal dapat 2 kali – atau bahkan lebih.
Berbeda Jenis Adenovirus
Dijelaskan pula bahwa alasan vaksin Johnson & Johnson dan Cansino hanya butuh satu kali suntikan yakni, karena kedua vaksin tersebut memiliki adenovirus yang berbeda dengan dua vaksin lainnya. Ia mengatakan, pada vaksin Janssen dan Cansino, virusnya termasuk dalam adenovirus yang biasa menginfeksi manusia, namun ringan.
Ketika menjadi vector, maka tubuh membentuk antibodi terhadap vaksin virus Covid-19 yang dititipkan, maupun terhadap virus vector yang membawanya. Kalau nanti diberikan lagi vaksin yang sama, maka virus vector tersebut akan "ditangkap" oleh antibodi yang sudah terbentuk.
Maka dari itu, virus vectornya tidak bisa menjalankan tugasnya membawa vaksin Covid-19. Itulah mengapa ada perbedaan pada kedua vaksin tersebut, yaitu Johnson & Johnson dan Cansino.
Bagaimana Dengan Vaksin Viral Vector Lainnya?
Credit Image - nature.com
Sementara itu, pada vaksin AstraZeneca yang digunakan, yaitu adenovirus yang biasanya menginfeksi simpanse. Setelah disuntikkan, tubuh manusia akan membentu antibodi terhadap vaksin Covid-19 yang dibawa, tetapi tidak banyak bereaksi terhadap virus vectornya.
Sedangkan, untuk vaksin Sputnik sebenarnya sama dengan vaksin Johnson & Johnson – serta Cansino, menggunakan adenovirus yang biasa menginfeksi manusia. Namun, vaksin Sputnik sengaja dibuat dalam dua versi. Strain virus vector pada dosis kedua sengaja dibedakan dengan dosis pertama. Untuk itu, diharapkan virus vectornya tidak ditangkap antibodi yang sudah terbentuk pada tubuh penerima vaksin.
Efikasi Vaksin Johnson & Johnson
Untuk efikasi dari vaksin Janssen, berdasarkan data dari interim studi klinik fase ketiga pada 28 hari setelah pelaksanaan vaksinasi, efikasi vaksin Janssen untuk mencegah keseluruhan gejala Covid-19, yaitu sebesar 67,2 persen. Kemudian, efikasi untuk mencegah gejala sedang sampai berat, mencapai 66,1 persen.
Selain itu, BPOM pun sudah melakukan penilaian mengenai mutu vaksin yang mengacu dari pedoman mutu vaksin yang berlaku secara internasional – dan hasil evaluasi terhadap aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik terhadap sarana produksi di negara asalnya. Hasilnya, vaksin Janssen sudah memenuhi standar persyaratan mutu.
Mendapatkan dosis vaksinasi memang penting untuk membantu proses pembentukan antibodi agar perlindungan terhadap Covid-19 semakin maksimal, ya. Namun, jangan sampai lengah, sehabis vaksin kamu juga mesti tetap mematuhi prokes – dan pastinya menjaga sistem imun tubuh, termasuk memenuhi asupan vitamin dengan mengonsumsi suplemen.
Untuk jenis suplemen, kamu dianjurkan memilih dengan kandungan vitamin bersifat imunomodulator, yaitu dapat membantu meningkatkan, sekaligus menjaga kekebalan tubuh. Lantas, apa suplemen yang sebaiknya dikonsumsi?
Direkomendasikan untuk mengonsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.
Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra bagi tubuh, terutama bagi yang masih harus melakukan aktivitas di luar rumah.
Bagi yang punya masalah lambung sensitif, direkomendasikan minum Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc untuk menjaga sistem kekebalan, sekaligus mempertahankan stamina tubuh biar tidak mudah lelah.
Tak hanya membantu menjaga kekebalan saja, namun kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon Active juga dapat membantu proses metabolisme, sehingga makanan yang kamu konsumsi dapat diubah menjadi sumber energi yang lebih tahan lama.
Untuk mendapatkan sejumlah produk multivitamin Enervon, pastikan kamu membelinya dari official store di Tokopedia, Shopee, Lazada, dan BukaLapak. Atau kunjungi drug store dan apotek terdekat di daerahmu.
Jadi, itulah alasan mengapa vaksin Johnson & Johnson hanya diberikan dalam satu kali suntikan saja. Bagi kamu yang sudah vaksinasi, pastikan tetap menjalani protokol kesehatan guna memaksimalkan perlindungan diri!
Featured Image – npr.org
Source – kompas.com