Sudah diketahui, tes polymerase chain reaction – atau PCR merupakan standar emas pemeriksaan Covid-19. Dari hasil tes tersebut, ini termasuk nilai cycle threshold alias CT value yang kerap kali menjadi perbincangan banyak pihak.

CT value sebenarnya dapat digunakan sebagai penentu positif dan negatif Covid-19. Mungkin bagi sebagian orang sudah memahami hal yang satu ini, namun, masih banyak pula yang masih bingung mengenai CT value.

Biar lebih memahaminya, yuk, simak ulasan mengenai CT value yang terdapat di tes PCR di bawah ini, ya!

 

 

Sistem CT Value pada Hasil Tes PCR Covid-19

Credit Image - alodokter.com

Profesor patologi klinis Universitas Airlangga, Prof. Dr. Jusak Nugraha, dr., MS., SpPK(K), mendefinisikan CT value sebagai suatu batasan atau pada siklus ke berapa virus menembus batasan (threshold).

Untuk mengerti bagaimana hal ini terjadi, perlu kamu tahu bahwa PCR memiliki tiga tahap utama, yaitu:

  • Denaturation: Pemisahan total dua filamen DNA dari sampel yang direplikasi dengan dipanaskan. Dengan begitu, terjadi pelepasan heliks ganda dan dua filamen pun terpisah.
  • Annealing: Penempelan primer (basa nukleotida spesifik untuk gen tertentu) pada untai tunggal DNA.
  • Elongation: Enzim polimerase memperpanjang ujung 3' dari setiap primer di sepanjang untai tunggal DNA.

Cycle tersebut diulang dan ketika jumlah tertentu menembus threshold, maka disebut CT value. Pada dasarnya tes PCR bertujuan untuk memperbanyak – atau amplifikasi jumlah virus ke jumlah yang cukup untuk dideteksi, umumnya dengan bahan fluoresen.

 

Membaca Hasil CT Value

Menurut metode reagennya, dikatakan bahwa nilai normal CT value bisa berkisar dari 32, 40, hingga 45. Jika melebihi cut-off, maka gen spesifik SARS-CoV-2 terdeteksi atau positif Covid-19. Lantas, bagaimana sih cara membaca CT value ini?

Makin rendah jumlah CT value justru makin banyak jumlah virus karena cepat terdeteksi. Sebagai contoh, jika CT value menunjukkan nilai 14, maka virus SARS-CoV-2 cukup banyak untuk terdeteksi pada siklus PCR ke-14. Pada waktu CT value positif, berarti ada virus dan bisa diperbanyak. Jadi, jika value negatif, berarti tidak ada virus.

 

Bukan Indikator Beban Virus

Credit Image - prudential.co.id

Perlu diketahui, CT value pada hasil tes PCR bukanlah untuk dibandingkan dengan hasil tes PCR lain. Selain perbedaan laboratorium, metode, reagen, dan alat yang digunakan juga pasti berbeda. Selain itu, CT value juga tidak dapat dijadikan patokan pasti – dan harusnya masih diperlukan beberapa pertimbangan.

CT Value juga dapat berbeda-beda serta perlu interpretasi saksama dari dokter penanggung jawab, variasi pada CT value dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti:

  • Jenis reagen (dan nilai cut-off normalnya).
  • Faktor mesin.
  • Target gen.
  • Teknik dan waktu pengambilan spesimen.
  • Analisis prakerja.
  • Kualitas isolasi RNA.
  • Kinerja PCR.

Yang juga harus diketahui, CT value bukan indikator besarnya beban virus absolut tubuh. Viral load sejatinya membutuhkan pengukuran kuantitatif. CT value adalah pengukuran semi kuantitatif untuk pertimbangan dokter dan pasien selanjutnya.

 

Tak Mencerminkan Keparahan Infeksi Virus

Yang juga masih salah kaprah, yakni CT value sering dianggap sebagai salah satu indikator tingkat keparahan virus. Hal ini tidaklah benar.

Pada hari pertama dan kedua, jumlah virus mungkin rendah, dan pada hari ke-3, ke-4, dan ke-5, jumlah virus memuncak. Lalu, pada hari ke-9 hingga hari ke-14, jumlah virus akan terus menurun. Nah, jika dihubungkan dengan CT value, pada waktu jumlah virus tinggi, maka CT value rendah, dan sebaliknya.

Jadi, CT value tidak berbanding lurus dengan keparahan Covid-19 yang dialami. Ada pasien dengan CT value 12 namun tidak bergejala, lalu ada pula pasien dengan kondisi parah dengan jumlah virus yang justru rendah.

Kondisi gejala pasien ditentukan dari respons tubuh terhadap Covid-19 bukan jumlah virus tersebut. Selain komorbiditas dan status vaksinasi kasus kematian akibat virus corona bukanlah murni karena infeksi SARS-CoV-2, melainkan respons imun yang berlebihan. Inilah yang sering disebut badai sitokin, sehingga butuh pengobatan untuk mengurangi respons imun tubuh yang berlebihan tersebut.

Meskipun tidak bisa menunjukkan keparahan, tetapi menurut berbagai studi, setidaknya tinggi atau rendahnya CT value juga bisa digunakan untuk melihat potensi penularan.

 

Bagaimana Jika Hasil Tes Menunjukkan Positif?

Credit Image - fnha.ca

Kalau hasil tes yang diperoleh menunjukkan positif serta sudah mengetahui jumlah CT value, maka segera lakukan komorbid, direkomendasikan untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit.

Selama isolasi mandiri, tetap terapkan gaya hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi, istirahat yang cukup, hingga tetap bergembira – intinya, jangan stres, karena ini justru dapat melemahkan kekebalan tubuh.

Selain itu, optimalkan perlawanan tubuh terhadap virus dengan rutin mengonsumsi multivitamin, terutama yang mengandung vitamin C dan vitamin B kompleks – seperti Enervon-C dan Enervon Active.

Konsumsi multivitamin Enervon-C tablet – yang mengandung Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk jaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Atau, kamu dapat konsumsi multivitamin Enervon-C Effervescent – yang memiliki kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg.

Bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, direkomendasikan mengonsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

 

Itulah informasi mengenai serba-serbi CT value yang penting dipahami. Jadi, jangan sampai salah kaprah lagi, ya!

 

 

Featured Image – linksehat.com

Source – idntimes.com