Seperti diketahui, long Covid adalah kondisi di mana pasien Covid-19 yang sudah sembuh, namun masih memiliki gejala dan sifatnya jangka panjang. Dilansir dari CDC, kondisi tersebut dapat menyerang penderita yang sebelumnya memiliki gejala parah, ringan, sampai yang tak alami gejala apapun.

Gejala berkepanjangan yang dirasakan pun dapat berbeda-beda setiap pasiennya, ada yang kesulitan bernapas, letih dan lesu, gejala yang makin terasa berat setelah melakukan aktivitas fisik, kesulitan berkonsentrasi, batuk, nyeri perut dan dada, serta gejala lainnya.

Baru-baru ini, peneliti menemukan hubungan antara kemungkinan seseorang terjangkit long Covid dengan beberapa faktor kesehatan. Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Cell tersebut memonitor 210 pasien Covid-19 – dan melihat perkembangan pasien tiga sampai empat bulan setelah didiagnosis positif virus corona pertama kali.

Dari penelitian tersebut, ditemukan sekitar 37 persen pasien mengaku memiliki tiga atau lebih gejala long Covid, 24 persen melaporkan masih memiliki satu atau dua gejala, dan sisa 39 persen melaporkan tidak memiliki gejala apapun.

Pada kelompok yang memiliki tiga atau lebih gejala Long Covid, peneliti menemkan bahwa mereka menunjukkan minimal satu dari empat risiko gejala berkepanjangan yang diidentifikasi. Faktor ini tidak berhubungan apakah pasien memiliki gejala ringan, berat, atau bahkan tanpa gejala sama sekali.

Faktor-faktor yang peneliti temukan akan meningkatkan risiko seorang pasien mengidap long Covid – atau tidak. Ada pun faktor yang dimaksud, yaitu:

 

 

1. Kuantitas Material Genetik Virus di Dalam Darah Ketika Awal Infeksi

Credit Image - finance.detik.com

Diketahui sekitar satu per tiga pasien yang mengidap long Covid memiliki cukup tinggi kandungan material genetik SARS-CoV-2 atau RNA di dalam darahnya ketika didiagnosis. Kelompok ini mengaku memiliki gejala long Covid seperti masalah ingatan.

Menurut ungkapan dari salah satu peneliti, disebutkan bahwa semakin cepat seseorang dapat menghilangkan virus, semakin kecil kemungkinan mengembangkan virus persisten atau autoimunitas, yang dapat mendorong Covid panjang.

 

2. Virus Epstein-Barr yang Sudah Ada Dalam Tubuh, Lalu Aktif Lagi

Virus Epstein-Barr adalah virus yang berasal dari keluarga virus Herpes, dan termasuk virus yang cukup umum menyebar antara manusia. Ketika berhasil masuk tubuh manusia, EBV akan menimbulkan penyakit yang disebut sebagai Infectious mononucleosis atau disingkat menjadi mono.

Gejala infeksi EBV biasanya akan muncul di beberapa minggu pertama, setelah itu virus ini akan menjadi tidak aktif tapi tetap bersirkulasi di dalam tubuh. Keberadaan EBV di dalam tubuh inilah yang peneliti curiga berpotensi memperparah long Covid.

Beberapa pasien studi yang memiliki virus EBV di darahnya menunjukkan kemungkinan tinggi untuk mengidap masalah ingatan di kemudian hari, ditambah dengan gejala lain seperti lelah dan kemunculan sputum, cairan kental yang mengisi paru-paru.

 

3. Malfungsi Antibodi Tertentu

Credit Image - penntoday.upenn.edu

Pada sampel darah pasien, terdapat antibodi yang dapat dijadikan petunjuk bagaimana tubuh memerangi Covid-19. Peneliti menemukan antibodi yang berbeda memengaruhi risiko seseorang mengidap long Covid.

Sebagai contoh, pada sampel darah salah satu pasien peneliti menemukan adanya antibodi anti-IFN-α2. Antibodi ini terikat dengan interferon anti-IFN-α2 yang kemudian terlibat dengan aktivitas spesifik sel imun. Keberadaan anti-IFN-α2 dapat menimbulkan malfungsi sel imun dan juga mendorong produksi radang dalam tubuh.

Selain anti-IFN-α2, peneliti juga menemukan antibodi lain yang terlibat pembentukan gejala long Covid.

 

4. Sudah Didiagnosis Diabetes Tipe-2 Sebelumnya

Hampir satu per tiga pasien yang mengidap gejala berkepanjangan memiliki diabetes tipe 2. Gejala long Covid, seperti lelah, batuk, dan masalah pernapasan lain cukup umum di kelompok ini.

Beberapa dari faktor di atas dapat diketahui ketika seseorang pasien didiagnosis Covid-19. Ketika kondisi tidak kunjung membaik, maka pasien disarankan untuk segera mengunjungi fasilitas kesehatan guna mendapat penanganan yang tepat.

 

5. Hindari Risiko Long Covid, Lakukan Langkah Ini!

Credit Image - rafflesmedicalgroup.com

Untuk menghindari kondisi long Covid, maka kamu perlu melakukan langkah pencegahan, sehingga tidak terinfeksi virus corona dari awal. Untuk menghindarinya, ada baiknya kamu terus melakukan langkah pencegahan, seperti tetap memakai masker dan rutin mencuci tangan.

Selain itu, optimalkan daya tahan tubuhmu dengan menerapkan pola makan sehat yang dimulai dari mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Serta, lengkapi hidup sehat dengan rutin mengonsumsi multivitamin Enervon Active.

Enervon Active mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc.

Kandungan vitamin C di dalamnya dapat membantu menjaga kekebalan tubuh agar tidak mudah sakit. Selain itu, kandungan vitamin B kompleksnya akan membantu optimalkan proses metabolisme, sehingga tubuh dapat memperoleh energi yang lebih tahan lama, sehingga tak mudah lelah saat beraktivitas!

Yuk, segera dapatkan multivitamin andalan satu ini dengan mengunjungi official store Enervon, ya.

 

Itulah berbagai faktor penyebab timbulnya gejala berkepanjangan – alias long Covid yang wajib diwaspadai!

 

 

Featured Image – swhr.org

Source – kumparan.com