Penyakit alzheimer adalah jenis penyakit degeneratif yang umumnya dialami lansia usia 60 tahun ke atas. Saat seseorang terkena penyakit ini, umumnya mereka akan menunjukkan gejala seperti kesulitan mengingat nama-nama benda, hal yang baru saja diucapkan, hingga tidak bisa mengingat kejadian yang belum lama terjadi.

Sayangnya, penyakit tersebut bisa menjadi semakin parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Simak informasi lebih jauh tentang Alzheimer, gejala, serta langkah pencegahannya dengan membaca artikel berikut ini.

Mengenal Penyakit Alzheimer

Secara umum, Alzheimer merupakan penyakit otak degeneratif yang terjadi karena adanya kerusakan sel dan perubahan fungsi otak secara kompleks. Gejala awal yang paling sering terjadi adalah penderita tidak bisa mengingat informasi baru. Dengan kata lain, penyakit ini sangat memengaruhi bagian otak yang berhubungan dengan pembelajaran terlebih dahulu.¹

Gejala Alzheimer bisa semakin parah dari waktu ke waktu. Bahkan, pasien berpotensi mengalami kebingungan dan perubahan perilaku sehingga kesulitan untuk berbicara, menelan, hingga berjalan. Walaupun jenis penyakit ini secara umum menyerang orang lanjut usia, tapi kondisi tersebut bukan sesuatu yang normal pada proses penuaan. 

Alzheimer juga bisa menjadi pemicu utama seseorang terkena demensia yang secara bertahap akan memburuk seiring berjalannya waktu. Meskipun ada banyak faktor yang menjadi penyebab demensia baik penyakit atau cedera yang secara langsung dan tidak langsung merusak bagian otak, penyakit Alzheimer menjadi faktor yang paling umum dan bisa memicu terjadinya kasus sebesar 60 hingga 70%.²

 

 

Gejala Penyakit Alzheimer

Ciri-ciri utama atau gejala awal yang terjadi pada pasien Alzheimer biasanya adalah gangguan kognitif yang berhubungan dengan masalah ingatan. Kondisi ini juga sering disebut dengan istilah Mild Cognitive Impairment (MCI) atau gangguan kognitif ringan.

Pada usia lanjut, gangguan kognitif ringan memang akan memicu banyak masalah terkait memori seseorang. Hal ini juga bisa berkembang dan menyebabkan lansia sulit bergerak hingga mengalami masalah pada indra penciuman. Bahkan, MCI juga berisiko besar menyebabkan seseorang mengalami Alzheimer. 

Gejala awal Alzheimer yang muncul pada tiap-tiap orang bisa jadi berbeda-beda. Bahkan, sebagian orang justru mengalami penurunan kognitif yang sifatnya non memori seperti mencari padan kata, gangguan penglihatan, hingga ketidakmampuan untuk menalar sesuatu. 

Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk bisa mendeteksi perubahan awal pada otak lansia dengan gangguan kognitif ringan yang memiliki risiko lebih besar mengalami Alzheimer.³

 

 

Pencegahan Penyakit Alzheimer

Hingga sekarang, dokter belum menemukan metode tertentu yang bisa menyembuhkan 100% penyakit Alzheimer. Jadi, beberapa pengobatan yang diberikan lebih bertujuan untuk memperlambat gejala yang dialami pasien menjadi semakin parah. Umumnya dokter akan memberikan terapi obat seperti rivastigmine atau melakukan psikoterapi seperti stimulasi kognitif.

Meskipun terdapat kemajuan yang cukup pesat dalam pemahaman terkait penyakit ini, banyak ilmuwan yang belum bisa menentukan penyebab pasti pada lansia yang menunjukkan gejala Alzheimer.

Pasalnya, ada banyak faktor yang bisa jadi pemicunya, seperti misalnya usia otak, faktor genetik, faktor lingkungan, hingga gaya hidup seseorang. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara penurunan kognitif dengan kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.³ Tiap-tiap pasien juga bisa terdampak karena faktor yang berlainan.

Menanggapi hal ini, dapat disimpulkan bahwa sulit untuk menentukan langkah pencegahan penyakit Alzheimer. Namun, kamu bisa mengupayakan untuk menjaga kesehatan otak dengan berhenti merokok, konsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang, serta melakukan aktivitas fisik/berolahraga.

Memiliki pola makan sehat, aktif berolahraga, dan rajin bersosialisasi dengan orang lain secara efektif akan menunjang kesehatan tubuh seiring dengan bertambahnya usia para lansia. Tak hanya itu saja, berbagai cara di atas juga akan meminimalisir risiko penurunan kognitif dan juga penyakit Alzheimer.³

 

 

Selain menerapkan gaya hidup sehat dengan tidak merokok, berolahraga, dan makan makanan bergizi, para lansia juga bisa mengonsumsi multivitamin tambahan seperti Enervon Gold secara rutin.

Enervon Gold adalah multivitamin yang mengandung kombinasi vitamin C, vitamin B kompleks, asam folat, omega 3, dan lutein yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan fungsi otak pada lansia.

Perpaduan vitamin C dan B kompleks di dalamnya akan meningkatkan sistem imunitas dan bantu tubuh dalam pembentukan energi, sehingga tidak gampang sakit dan tetap bertenaga. Asam folatnya akan mengoptimalkan kesehatan jantung dan kandungan omega 3 di dalamnya juga efektif menjaga kesehatan otak lho! 

Bahkan, kandungan Lutein yang ada di dalam Enervon Gold juga akan mendukung kesehatan mata para lansia. Ayo dukung orang tua tercinta untuk selalu memelihara kesehatan tubuh dan senantiasa fit serta tetap aktif dengan rutin minum Enervon Gold. 

Diformulasikan khusus untuk usia 50+, Enervon Gold akan menemani masa-masa tua agar tetap aktif, sehat, dan juga berenergi. Order sekarang juga dengan klik link Shopee atau Tokopedia berikut!

 

Referensi:

1. Alzheimer’s Association, Dementia vs. Alzheimer’s Disease: What is the Difference? Diakses pada 11 Agustus 2023 dari https://www.alz.org/alzheimers-dementia/difference-between-dementia-and-alzheimer-s

2. World Health Organization, Dementia. Diakses pada 11 Agustus 2023 dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

3. National Institute on Aging, Alzheimer’s Disease and Related Dementias/Basic of Alzheimer’s Disease and Dementia. Diakses pada 11 Agustus 2023 dari https://www.nia.nih.gov/health/alzheimers-disease-fact-sheet

4. Pengertian Penyakit Alzheimer. Diakses pada 11 Agustus 2023 dari https://www.alodokter.com/penyakit-alzheimer