Dalam upaya pencegahan penularan dan penyebaran virus corona – sudah mulai menemukan titik terangnya. Hal ini berkaitan dengan sejumlah vaksin yang sudah mulai memasuki proses uji coba, sebelum akhirnya didistribusikan ke berbagai negara.

Seperti yang sudah diketahui – deretan lembaga ternama sedang berlomba-lomba dalam menyelesaikan vaksin Covid-19. Rencananya di akhir tahun 2020 ini, vaksin sudah dapat tersedia.

Meski vaksin dinilai sebagai titik terang, tetapi kekhawatiran baru di masyarakat kembali muncul. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang ragu dan percaya akan berbagai mitos mengenai vaksin dan imunisasi yang berbedar.

Berderarnya mitos mengenai vaksin – bukanlah hambatan baru. Sejak dahulu, beredarnya informasi palsu menjadi hambatan program vaksinasi. Hal serupa pun turut terjadi pada program vaksin Covid-19. Tak sedikit masyarakat yang jadi enggan melakukan vaksin karena mitos tersebut.

Berkaitan dengan berbagai mitos soal vaksin, setidaknya ada empat informasi palsu yang perlu segera diluruskan. Dikutip dari CNN Indonesia – berikut ini ulasan lengkap mengenai mitos tersebut.

 

 

 

Deretan Mitos Mengenai Vaksin

Kerap Membuat Khawatir, Ini Deretan Mitos Vaksin yang Mesti Diluruskan / Credit: nst.com.my

Penyakit Infeksi Bisa Dihindari Dengan Pola Hidup Sehat

Memang, pola hidup sehat merupakan salah satu langkah pencegahan terinfeksi virus. Tetapi, menjalani cara ini saja belum lah cukup. Fakta ini dapat dilihat dari kasus campak di Amerika Serikat – ketika ditemukan vaksin pada tahun 1963, penyakit ini berangsur hilang dari negara tersebut.

Yang perlu diketahui – pola dan gaya hidup masyarakat setempat tidak berubah sejak wabah campak menyerang.

Tetapi, kondisi kembali memburuk ketika masyarakat mulai meragukan vaksin campak. Sejumlah masyarakat kembali terkena penyakit ini – salah satunya karena enggan diberikan vaksin MMR (campak, beguk, rubella).

 

Anak Tetap Sakit Meski Diimunisasi

Vaksin memang tidak dapat 100 persen menghindari seseorang dari suatu penyakit tertentu, tapi jika terinfeksi pun kondisinya tidak akan parah – hal ini berlaku pada anak- anak. Ketika anak mendapatkan imunisasi, jika ia sakit maka tingkat keparahan lebih ringan dan terhindar dari kecacatan yang mungkin terjadi.

 

Kerap Membuat Khawatir, Ini Deretan Mitos Vaksin yang Mesti Diluruskan / Credit: forbes.com

Vaksin Mengandung Zat Berbahaya

Vaksin yang sudah diproduksi massal mesti memenuhi syarat utama, yaitu aman, efektif, stabil, dan efisien dari segi biayanya. Artinya – vaksin sudah melalui berbagai proses monitoring yang panjang. Jadi, vaksin tentu aman.

Kalau dalam proses pembuatan vaksin ditemukan ada efek samping yang tidak diinginkan – maka vaksin tersebut pasti segera ditarik. Kasus ini biasanya ketahuan sejak fase awal.

 

Tak Perlu Vaksinasi Ulang

Ini juga jelas informasi yang salah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa penurunan angka vaksinasi dapat memicu kenainan penyakit spesifik yang dilawan vaksin tersebut. Untuk itu, mendapat vaksin secara berkala juga penting dilakukan.

Dibuktikan dalam kasus yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 silam – wabah difteri terjadi di Jawa hingga Sumatera. Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk melakukan imunisasi nasional. Lalu, polio juga sempat kembali muncul di Papua, padahal sebelumnya WHO sudah memberi bendera bebas polio pada Indonesia.

 

 

 

Diketahui, vaksinasi merupakan salah satu cara terampuh untuk memutus rantai penularan penyakit, termasuk Covid-19. Tetapi, penerapan protokol kesehatan mesti tetap diterapkan untuk mengoptimalkan perlindungan diri.

 

Featured Image - asia.nikkei.com

Source - cnnindonesia.com