Hingga kini virus corona masih terus bermutasi. Yang terakhir, varian Omicron telah terdeteksi di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Angka penularannya pun sangat cepat, sehingga mendominasi kasus positif Covid-19.

Sama seperti varian Covid-19 lainnya, varian Omicron juga dapat menyebabkan tingkatan gejala yang berbeda. Mulai dari tanpa gejala – atau OTG, gejala ringan, hingga sedang dan berat. Sejumlah gejala ini mesti diketahui, sehingga jika pasien mengalami gejala sedang dan berat, maka tindakan yang tepat dapat segera dilakukan.

Berikut ini informasi lengkap mengenai tingkatan gejala Covid-19.

 

 

Tanpa Gejala

Credit Image - health.grid.id

Beberapa orang yang terinfeksi Covid-19 tidak mengembangkan gejala sama sekali. Kondisi ini dikenal dengan orang tanpa gejala – atau disebut juga asimptomatik. Sering kali, OTG tidak mengetahui mereka terinfeksi Covid-19.

Meskipun tidak mengalami gejala apapun, namun pasien yang termasuk dalam OTG masih tetap dapat menularkan virus ke orang lain. Untuk itu, OTG tetap disarankan melakukan isolasi mandiri, setidaknya selama 10 hari atau sampai hasil tes menunjukkan negatif Covid-19.
 

Gejala Ringan

Kemudian, ada pula pasien yang dapat mengalami gejala ringan. Tingkatan gejala ini dapat ditandai dengan munculnya sejumlah gejala, seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, diare, hilang nafsu makan, hingga anosmia – atau kehilangan kemampuan penciuman sementara waktu.

Pasien dengan gejala ringan dapat berkonsultasi dengan petugas kesehatan, misalnya melalui telemedicine. Langkah ini dilakukan agar pasien bisa mendapat obat-obatan dan vitamin yang sesuai dengan gejalanya.

Sama seperti OTG, pasien bergejala ringan dapat menjalani isolasi mandiri selama 10 hari dengan tambahan 3 hari sudah bebas dari gejala. Atau, isolasi dapat dilakukan sampai hasil tes Covid-19 menunjukkan negatif.

 

Gejala Sedang

Credit Image - alodokter.com

Setelah gejala ringan, Covid-19 juga dapat menyebabkan gejala dengan tingkatan sedang. Perbedaannya terletak pada keparahan gejala yang muncul. Dikutip dari NIH, terdapat pula bukti penyakit pernapasan bagian bawah. Selain itu, saturasi oksigen mencapai 94 persen.

Untuk mendapat treatment yang sesuai dengan gejala, pasien dengan gejala sedang dapat berkonsultasi dengan dokter. Dan, kondisi pasien bergejala sedang harus dipantau, sehingga jika ada peburukan kondisi, maka penanganan dapat segera dilakukam.
 

Gejala Berat

Gejala berat biasanya dialami oleh pasien dengan komorbid, belum divaksinasi, atau lansia. Bagi pasien bergejala berat sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang tepat – serta kondisi dapat selalu dipantau.

Gejala berat ditandai dengan munculnya sesak napas, kesulitan bernapas, atau nyeri di bagian dada. Selain itu, saturasi oksigen pada penyakit berat kurang dari 94 persen. Dan infiltrat paru juga lebih rendah dari 50 persen. Jadi, pasien dengan gejala berat membutuhkan perawatan di rumah sakit.

 

Penyakit Kritis

Credit Image - klikdokter.com

Setelah gejala berat, pasien Covid-19 juga berisiko mengalami penyakit kritis. Pada kondisi ini, pasien juga dapat mengalami badai sitokin. Sindrom ini merupakan kondisi yang disebabkan oleh peningkatan respons imun tubuh.

Seharusnya, kekebalan berfungsi untuk membantu tubuh melawan infeksi. Tapi, terkadang sistem tersebut justru memberikan respons yang tidak semestinya, hingga menyebabkan penyakit semakin parah. Kondisi ini pun membutuhkan perawatan yang intensif di rumah sakit.

 

Cegah Penularan Virus Corona, Lakukan Langkah Ini!

Cara terbaik untuk menghindari gejala buruk dari infeksi Covid-19, yaitu dengan menerapkan langkah pencegahan paparan virus. Diimbau untuk terus kembali penerapan protokol kesehatan, yang masih harus dijalani usai mendapatkan vaksinasi sekalipun. Perlu diketahui, sudah vaksin juga tetap memiliki risiko untuk terinfeksi virus.

Jadi, rutin mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan usahakan tidak bepergian – kecuali untuk urusan yang mendesak.

Selain itu, masyarakat juga dianjurkan untuk terus menjaga kesehatan tubuh, sehingga kekebalan semakin kuat. Memang, imunitas merupakan perlindungan utama bagi tubuh yang dapat membantu meminimalisir risiko infeksi virus.

Tak hanya menerapkan kebiasaan sehat, seperti rutin mengonsumsi suplemen vitamin C.

Di masa pandemi, mendapat asupan vitamin C memang penting, apalagi kalau bukan untuk memaksimalkan imunitas tubuh. Ini bisa diperoleh dengan mengonsumsi suplemen yang punya kandungan lengkap, seperti Enervon-C dan Enervon Active.

Enervon-C memiliki kandungan Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat – kombinasi sejumlah vitamin tersebut dapat menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Multivitamin Enervon-C Effervescent dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk memberikan perlindungan ekstra – serta memberi sensasi rasa segar sepanjang hari.

Bagi yang memiliki masalah lambung sensitif, tak perlu khawatir, sebab kamu direkomendasikan untuk mengonsumsi Enervon Active yang mengandung non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc yang dapat menjaga stamina tubuh agar tak mudah lelah – dan pastinya menjaga imunitas tubuh tetap optimal.

Kandungan vitamin B kompleks dalam Enervon Active pun dapat membantu optimalkan proses metabolisme, sehingga tubuh dapat memperoleh sumber energi yang lebih tahan lama. Manfaat yang satu ini akan membuatmu semakin produktif – tanpa perlu takut gampang merasa kehilangan stamina.



Itulah tingkatan gejala Covid-19 yang mesti diketahui. Untuk menghindari risiko infeksi virus corona, yuk, terus lakukan langkah pencegahan dan jaga selalu imunitas tubuhmu!

 

 

Credit Image – kilat.com

Source – cnnindonesia.com