Kabar baik mengenai antibodi terhadap Covid-19 kembali muncul. Jika sebelumnya kekebalan tubuh terhadap virus corona dapat bertahan hingga 12 bulan. Hal yang satu ini, berlaku bagi para penyintas Covid-19.

Tentu saja, kabar tersebut dapat lebih menenangkan bagi masyarakat yang sudah pernah terinfeksi virus corona. Meski demikian, bukan berarti boleh lengah – protokol kesehatan, serta sejumlah langkah pencegahan mesti tetap dilakukan secara disiplin.

Informasi mengenai antibodi yang bisa bertahan selama 12 bulan tersebut berdasarkan hasil penelitian dari tim ilmuwan di Amerika Serikat. Para peneliti tersebut menyelediki tingkat kekuatan dan daya tahan tubuh penyintas Covid-19.

Dirangkum dari Popmama, berikut ini ulasan lengkapnya.

 

 

Respons yang Kuat Pada Tubuh Usai Terinfeksi Virus

Credit Image - alodokter.com

Penemuan yang dikeluarkan di jurnal kesehatan tersebut, mengungkapkan bahwa pasien Covid-19 menunjukkan respons antibodi anti-SARS-COV-2 yang kuat hingga 1 tahun. Namun, ketahanan respons tersebut bergantung pada usia pasien, dan tingkat keparahan penyakit.

Dilansir dari medrxiv.org – respons antibodi merupakan prediktor utama reinfeksi dan respons vaksin. Dalam konteks ini, penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan dosis vaksin tunggal mampu menginduksi respons antibodi yang kuat pada individu dengan infeksi SARS-COV-2 sebelumnya.

Selanjutnya, ada pula bukti yang menunjukkan bahwa ketahanan respons antibodi memiliki korelasi yang positif dengan tingkat keparahan Covid-19. Para ilmuwan telah mengevaluasi besarnya dan daya tahan antibodi pengikatan anti-SARS-COV-2 khusus IgG pada pasien Covid-19 yang dengan gejala ringan, sedang, atau berat.

 

Penelitian Tersebut Dilakukan Pada Pasien Covid-19

Studi ini dilakukan pada pasien Covid-19 yang dikonfirmasi laboratorium yang menerima perawatan medis di tujuh rumah sakit militer di Amerika Serikat. Sampel serum dikumpulkan dari pasien pada saat pendaftaran dan hingga satu tahun pasca-pendaftaran.

Sebanyak 505 pasien – baik yang dirawat di rumah sakit dan maupun tidak, didaftarkan untuk penelitian, kemudian dievaluasi untuk respons antibodi Covid-19. Para pasien dibagi menjadi tiga kelompok umur, yaitu  18 - 44 tahun; 45 - 64 tahun; dan lebih dari 65 tahun. Pasien yang telah dirawat di rumah sakit dianggap memiliki Covid-19 sedang hingga berat.

Tingkat serum antibodi pengikat anti-spike khusus IGG diperkirakan pada 250 dari 505 pasien yang terdaftar. Besarnya dan daya tahan antibodi penetralisasi dievaluasi pada 72 pasien dalam waktu 6 bulan setelah gejala pertama dirasakan. Lalu, sampel serum juga dikumpulkan dari 11 pasien yang pernah terinfeksi 12 bulan silam.

 

Hasilnya, Penyintas Punya Antibodi yang Lebih Tinggi

Credit Image - sehatq.com

Hail penelitian mengungkapkan bahwa 100% pasien rawat inap punya respons antibodi Covid-19, bahkan setelah satu tahun gejala dialami. Di antara pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, sekitar 95% dan 80% tetap seropositif 6 bulan dan 12 bulan setelah mengalami gejala.

Dua tes netralisasi yang berbeda dibawa oleh para ilmuwan untuk menentukan durasi dan kemanjuran antibodi netralisasi anti-SARS-COV-2. Dalam satu percobaan, paruh menetralkan antibodi pada pasien yang dirawat di rumah sakit dan tidak dirawat di rumah sakit ditemukan 88 hari dan 77 hari.

Mirip dengan respons antibodi yang mengikat, pasien rawat inap menunjukkan antibodi penetral yang lebih tinggi, daripada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit selama fase infeksi awal. Diambil bersama, temuan ini mengungkapkan korelasi positif antara keparahan penyakit dan respons antibodi.

Besarnya respons ditemukan meningkat seiring bertambahnya usia pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit selama fase infeksi awal. Demikian pula, tingkat antibodi penetralisasi yang lebih tinggi diamati pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit berusia 45 tahun ke atas.

 

Tetap Waspada Akan Risiko Reinfeksi, Patuhi Langkah Pencegahan!

Meskipun antibodi virus corona dapat bertahan sampai 12 bulan, namun risiko reinfeksi akan tetap mengintai! Saat ini, sudah banyak kasus reinfeksi yang terjadi – walau pasien tersebut pernah terdeteksi memiliki antibodi.

Hingga sekarang, belum diketahui kadar antibodi yang cukup untuk mencegah infeksi virus corona. Untuk itu, masyarakat tetap diimbau agar terus waspada terhadap segala risiko yang ada – salah satunya dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin, sekaligus menjaga kesehatan tubuh yang dapat bantu mempertahankan sistem kekebalan.

Terapkan berbagai kebiasaan sehat, seperti menjalani pola makan bergizi seimbang, rutin berolahraga, miliki waktu tidur berkualitas, hingga mengelola stres dengan baik. Dan, yang tak boleh dilupakan – memenuhi kebutuhan vitamin harian yang penting untuk menjaga imun tubuh.

Sejumlah jenis vitamin, termasuk Vitamin C memiliki peran penting dalam membantu memperkuat serta menjaga kekebalan tubuh. Dengan demikian, tubuh pun tidak mudah terserang berbagai macam penyakit, termasuk virus corona.

Tak hanya dari makanan, Vitamin C juga bisa diperoleh dengan rutin mengonsumsi multivitamin, seperti dari Enervon.

Konsumsi Enervon-C yang memiliki kandungan lengkap, yaitu Vitamin C, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, dan Kalsium Pantotenat untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit.

Minum Enervon-C Effervescent — dengan kandungan Vitamin C lebih tinggi, yaitu 1000 mg untuk berikan perlindungan ekstra, terutama kamu yang sudah sering beraktivitas di luar rumah.

Atau, kamu dapat konsumsi Enervon Active – dengan kandungan non-acidic Vitamin C 500 mg, Vitamin B Kompleks (Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12), Niacinamide, Kalsium Pantotenat, dan Zinc dapat menjaga stamina tubuh, sekalius mengoptimalkan kinerja sistem imun.

 

Itulah ulasan mengenai antibodi virus corona yang bisa bertahan sampai 12 bulan. Meski demikian, pastikan kamu tetap menjalani sejumlah protokol kesehatan, serta langkah pencegahan lainnya – sebab, risiko reinfeksi masih tetap ada!

 

 

Featured Image - voi.id

Source - popmama.com